Saat bencana, misalnya banjir dan longsor, perhatian publik biasanya tertuju pada keselamatan, tempat tinggal, dan makanan. Namun, ada satu aspek penting yang kerap luput, yaitu kesehatan gigi dan mulut. Situasi darurat ini membuat akses terhadap air bersih menjadi sangat terbatas, sementara air yang tersedia sering kali tercemar lumpur, kuman, dan limbah.
Masalah-masalah seperti sariawan, bau mulut, gigi ngilu, hingga infeksi gusi biasanya mulai muncul setelah beberapa hari tinggal di pengungsian, banjir belum surut, atau lingkungan yang terdampak belum pulih. Tantangannya sederhana tetapi serius, yaitu bagaimana menjaga kebersihan mulut jika air bersih hanya cukup untuk minum? Banyak orang akhirnya menunda menyikat gigi atau memakai air apa adanya yang justru bisa memicu penyakit.
Di tengah kondisi darurat, perhatian terhadap gigi mungkin kesannya sepele. Namun, kesehatan mulut yang buruk bisa memperburuk infeksi, mengganggu makan, dan menambah beban tubuh yang sudah lelah menghadapi bencana. Karena itu, memahami risikonya penting untuk tetap sehat.
