Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Thimerosal dalam Vaksin, Apakah Berbahaya?

ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)
ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Thimerosal adalah senyawa pengawet vaksin yang mengandung etilmerkuri, berbeda dengan metilmerkuri yang lebih berbahaya.
  • Etilmerkuri dalam thimerosal cepat diurai dan dikeluarkan dari tubuh, sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan seperti metilmerkuri.
  • Thimerosal masih digunakan untuk vaksin flu yang dikemas dalam botol multi dosis. Fungsinya penting, yaitu mencegah kontaminasi.

Mitos soal vaksin rasanya tidak pernah habis. Mulai dari tuduhan memicu autisme, bikin mandul, sampai isu soal zat-zat di dalamnya yang dianggap berbahaya. Salah satu nama yang sering muncul di daftar "tokoh jahat" dalam teori konspirasi vaksin adalah thimerosal, yaitu pengawet berbasis merkuri.

Kekhawatiran publik tentang thimerosal sempat membuat beberapa negara, terutama di Eropa dan Amerika Serikat (AS), memilih mengurangi atau bahkan melarang penggunaannya pada vaksin anak-anak sebagai langkah pencegahan meski buktinya masih diperdebatkan. Akibatnya, hingga kini, isu thimerosal sering dibicarakan, padahal fakta ilmiahnya tidak seseram yang sering dibicarakan.

Jadi, apa sebenarnya thimerosal itu? Seberapa besar bahayanya? Dan kenapa mitosnya terus bertahan sampai sekarang?

Apa itu thimerosal?

Thimerosal adalah senyawa yang mengandung jenis merkuri bernama etilmerkuri. Sejak tahun 1930-an, thimerosal digunakan untuk mencegah kontaminasi bakteri dan jamur pada vaksin, terutama vaksin yang dikemas dalam botol multi dosis.

Hal penting yang perlu diketahui, etilmerkuri berbeda dengan metilmerkuri, jenis merkuri yang ditemukan pada beberapa jenis ikan.

Metilmerkuri vs etilmerkuri

Merkuri sebenarnya bukan zat asing. Unsur ini memang sudah ada di kerak bumi, udara, tanah, sampai air sejak Bumi terbentuk. Letusan gunung berapi, pelapukan batuan, dan pembakaran batu bara membuat merkuri terus dilepaskan ke lingkungan. Nah, begitu terlepas ke alam, ada jenis bakteri tertentu yang bisa mengubah merkuri menjadi metilmerkuri. Metilmerkuri inilah yang kemudian masuk ke rantai makanan lewat ikan, hewan, lalu ke manusia. Kalau kadarnya tinggi, metilmerkuri bisa menjadi racun bagi tubuh.

Lalu, bagaimana dengan merkuri dalam thimerosal?

Thimerosal mengandung etilmerkuri, bentuk merkuri yang lain. Penelitian yang membandingkan etilmerkuri dan metilmerkuri menunjukkan bahwa tubuh manusia memproses keduanya dengan cara yang berbeda.

Etilmerkuri lebih cepat diuraikan dan dibuang dari tubuh, sedangkan metilmerkuri cenderung menumpuk lebih lama. Itu sebabnya, etilmerkuri—seperti yang dipakai untuk beberapa vaksin flu—jauh lebih kecil kemungkinannya menumpuk dan berbahaya dibandingkan dengan metilmerkuri di lingkungan.

Sejarah penggunaan thimerosal

ilustrasi vaksin flu (unsplash.com/CDC)
ilustrasi vaksin flu (unsplash.com/CDC)

Sejak pertama kali ditemukan, thimerosal sudah banyak digunakan sebagai bahan pengawet di berbagai produk biologis. Sifat antimikroba thimerosal juga dimanfaatkan dalam pembuatan produk rumah tangga, seperti obat tetes mata, semprotan hidung, dan vaksin.

Pada awalnya, thimerosal digunakan untuk beberapa vaksin anak-anak, seperti vaksin hepatitis B, vaksin difteri-tetanus-pertusis (DTP), dan vaksin Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Namun, karena muncul kekhawatiran soal paparan merkuri, lembaga kesehatan di AS dan Eropa pada awal tahun 2000-an merekomendasikan agar thimerosal dihilangkan atau dikurangi dari vaksin anak-anak, sebagai langkah pencegahan.

Saat ini, thimerosal masih digunakan untuk beberapa vaksin flu, terutama yang dikemas dalam botol multi dosis. Namun, kebanyakan vaksin rutin untuk anak di negara seperti AS dan Kanada sekarang sudah bebas thimerosal atau hanya mengandung sisa kandungan dalam jumlah yang sangat sedikit.

Apakah thimerosal aman?

Pertanyaan ini sudah lama membuat orang ragu dan waswas. Padahal, berbagai penelitian ilmiah yang dilakukan dengan metode yang baik sudah berulang kali membuktikan bahwa thimerosal dalam vaksin tidak berbahaya, kecuali reaksi ringan seperti kemerahan atau bengkak di area suntikan—yang sebenarnya wajar terjadi.

Yang banyak diperbincangkan adalah isu hubungan thimerosal dengan autisme. Faktanya, penelitian besar-besaran sudah membuktikan tidak ada kaitannya sama sekali antara vaksin yang mengandung thimerosal dan autisme. Bahkan setelah thimerosal dihilangkan dari hampir semua vaksin anak-anak, tingkat autisme terus meningkat, yang merupakan kebalikan dari apa yang diharapkan jika thimerosal menyebabkan autisme.

Selain itu, beberapa studi telah mengkaji kemungkinan hubungan antara paparan etilmerkuri dari vaksin yang mengandung thimerosal dan fungsi neuropsikologis, termasuk pengukuran objektif fungsi neuropsikologis. Penelitian tidak menunjukkan adanya kaitan antara paparan thimerosal dengan keterlambatan neuropsikologis.

Lembaga-lembaga kesehatan besar di dunia, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sampai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa vaksin dengan thimerosal tetap aman digunakan.

Kenapa thimerosal masih dipakai untuk beberapa vaksin?

Thimerosal masih digunakan untuk vaksin flu yang dikemas dalam botol multi dosis. Fungsinya penting, yaitu mencegah kontaminasi, yang bisa terjadi setiap kali jarum disuntikkan ke botol untuk mengambil dosis vaksin berikutnya. Namun, sekarang juga sudah banyak pilihan vaksin flu kemasan dosis tunggal yang bebas thimerosal.

Risiko thimerosal dalam vaksin ini sebenarnya hampir tidak ada bila dibandingkan dengan risiko nyata penyakit flu itu sendiri.

Kalau kamu masih ragu, diskusikan dengan dokter tentang vaksin flu mana yang paling cocok buat kamu dan keluarga. Yang terpenting adalah tetap mencari informasi dari sumber tepercaya dan melindungi diri dengan vaksinasi.

Thimerosal adalah senyawa yang sudah lama dipakai untuk menjaga keamanan dan keampuhan vaksin, terutama vaksin multi dosis.

Bukti ilmiah selama puluhan tahun menunjukkan bahwa etilmerkuri (produk sampingan metabolisme thimerosal) tidak menumpuk dalam tubuh, cepat dibuang, dan tidak memicu kerusakan saraf pada dosis vaksin yang digunakan.

Isu thimerosal yang dikaitkan dengan autisme juga sudah dibantah lewat berbagai studi dan peninjauan lembaga kesehatan dunia. Namun, karena hoaks masih sering beredar, edukasi publik tetap sangat dibutuhkan. Saat banyak negara berupaya memperluas akses vaksin, pengawet seperti thimerosal tetap penting agar vaksin bisa diproduksi massal, aman, dan terjangkau.

Referensi

"Thimerosal and Vaccines." National Foundation for Infectious Diseases. Diakses Juli 2025.

"Vaccine Ingredients: Thimerosal." Children's Hospital of Philadelphia. Diakses Juli 2025.

L. Magos, “Neurotoxic Character of Thimerosal and the Allometric Extrapolation of Adult Clearance Half-time to Infants,” Journal of Applied Toxicology 23, no. 4 (July 1, 2003): 263–69, https://doi.org/10.1002/jat.918.

Julie Leask, Harold W Willaby, and Jessica Kaufman, “The Big Picture in Addressing Vaccine Hesitancy,” Human Vaccines & Immunotherapeutics 10, no. 9 (August 22, 2014): 2600–2602, https://doi.org/10.4161/hv.29725.

Leslie K. Ball, Robert Ball, and R. Douglas Pratt, “An Assessment of Thimerosal Use in Childhood Vaccines,” PEDIATRICS 107, no. 5 (May 1, 2001): 1147–54, https://doi.org/10.1542/peds.107.5.1147.

"Thimerosal and Vaccines." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Juli 2025.

"Thimerosal in Vaccines: Myths vs. Medical Facts." News Medical Life Sciences. Diakses Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us