Saran POGI: Vaksin HPV untuk Perempuan Pranikah dan Pascapersalinan

- Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua perempuan Indonesia, disebabkan oleh infeksi HPV risiko tinggi.
- POGI mengeluarkan rekomendasi vaksinasi HPV untuk perempuan pranikah dan pascapersalinan berdasarkan bukti ilmiah.
- Pemerintah Indonesia memiliki ambisi tinggi untuk eliminasi kanker serviks pada 2030.
Kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan Indonesia. Setiap tahunnya, diperkirakan lebih dari 36 ribu kasus baru terdeteksi, dan lebih dari 20 ribu meninggal dunia. Indonesia menempati peringkat pertama kasus terbanyak di Asia Tenggara. Padahal, 95 persen kasusnya disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) risiko tinggi, virus yang bisa dicegah dengan vaksin.
Jika kamu masih ingat, sosok mendiang Julia Perez pernah membawa isu kanker serviks ke ruang publik. Perjuangannya selama tiga tahun melawan penyakit ini hingga wafat pada 2017 menjadi pengingat bahwa deteksi dan pencegahan sangatlah penting.
Melihat urgensi ini, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) merilis rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi HPV. Fokus utamanya adalah perempuan pranikah dan pascapersalinan—dua fase penting yang dinilai ideal untuk memberikan perlindungan sejak dini.
Rekomendasi ini diumumkan dalam acara bertajuk "Rekomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pascamelahirkan" di Jakarta, Selasa (24/6/2025), sebagai langkah untuk menurunkan angka kanker serviks di Indonesia.
Ancaman virus HPV
Sebanyak 8 dari 10 perempuan dan laki-laki akan terinfeksi HPV. HPV merupakan penyebab dari berbagai macam kanker, di antaranya:
Kanker serviks.
Kutil kelamin.
Kanker anal.
Kanker vagina.
Kanker orofaring.
Kanker penis.
Kanker vulva.
Kanker serviks sendiri tidak terjadi secara tiba-tiba, biasanya diperlukan waktu bertahun-tahun meski terkadang juga bisa terjadi dalam waktu singkat.
Bila tidak terdeteksi atau diobati secara dini, maka sel-sel abnormal akan berkembang menjadi prakanker dan bertahan ada di level kanker.
Melawan kanker serviks: dari bukti ke aksi

Rekomendasi POGI mengenai vaksinasi HPV untuk perempuan pranikah dan pascapersalinan ini disusun berdasarkan bukti ilmiah terkini dan bertujuan untuk memperkuat pencegahan primer kanker serviks, sebagai jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia.
Skriningnya sendiri di Tanah Air baru mencapai 12 persen pada populasi usia 30–50 tahun pada tahun 2020. Cakupan skrining terendah ada di Papua (0,9 persen), sementara tertinggi di Bangka Belitung (25 persen).
Dijelaskan oleh Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk, tipe HPV tinggi yang paling umum ditemukan adalah tipe 52, 16, 18, 58—sebagian besar ditularkan melalui aktivitas seksual.
"Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV, dan jika tidak ditangani, dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian," kata Prof. Yudi menjelaskan kepada awak media.
Ambisi Indonesia menuju eliminasi kanker serviks pada tahun 2030
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan:
90 persen perempuan mendapat vaksinasi saat usia 15 tahun.
70 persen dari perempuan terpilih melakukan tes berkinerja tinggi pada usia 35 tahun dan selanjutnya, 45 tahun.
90 persen dari perempuan yang teridentifikasi dengan penyakit serviks menerima pengobatan.
Namun, ambisi pemerintah Indonesia untuk eliminasi kanker serviks pada tahun 2030 lebih tinggi daripada target WHO. Adapun yang dilakukan meliputi:
Vaksinasi HPV pada perempuan berusia 11 dan 12 tahun, 15 tahun dan 21–26 tahun yang telah dimulai sejak 2024.
Rencana aksi menuju gender-neutral vaccination (GNV) mulai 2028.
Peningkatan skrining dengan uji DNA HPV.
Peningkatan kapasitas dalam menangani pasien.
Seruan perlindungan untuk perempuan Indonesia
Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan ketersediaan vaksin, masih banyak perempuan usia reproduktif di Indonesia yang belum tersentuh upaya pencegahan kanker serviks.
“Setiap jam, dua perempuan Indonesia meninggal akibat kanker serviks. Ini bukan sekadar angka, tapi panggilan darurat bagi semua pihak. Melalui rekomendasi ini, POGI ingin memberikan panduan berbasis ilmiah bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk memperluas cakupan perlindungan, khususnya bagi kelompok pranikah dan pascapersalinan yang belum pernah menerima vaksinasi HPV," kata Prof. Yudi dengan penuh keprihatinan.
Dua kelompok yang menjadi fokus utama adalah perempuan pranikah dan ibu pascapersalinan. Fase sebelum aktif secara seksual dianggap sebagai waktu terbaik untuk mendapatkan vaksinasi, tetapi ibu menyusui pun tetap bisa menerima vaksin ini dengan aman. Upaya ini diharapkan tak hanya melindungi individu, tetapi juga menciptakan benteng perlindungan bagi generasi berikutnya.
Baik untuk dua kategori perempuan

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk, dari Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI, menekankan pentingnya vaksinasi sedini mungkin. Ia menjelaskan bahwa pemberian vaksin sebelum seseorang aktif secara seksual dapat mencegah hingga 90 persen kanker yang berkaitan dengan infeksi HPV, angka yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan dampak nyata di lapangan.
"Untuk perempuan, termasuk pranikah, kami merekomendasikan untuk mendapat vaksin HPV. Pada mereka yang sudah aktif secara seksual, vaksin tetap dapat membantu dalam mengurangi risiko dan memberikan perlindungan dari kanker serviks," ujarnya.
Vaksinasi ini pun tetap aman diberikan kepada ibu menyusui, dan dapat dilakukan bersamaan dengan layanan skrining serviks. Langkah ini merupakan bagian dari pendekatan yang lebih terintegrasi, yang tidak hanya berfokus pada pencegahan individu, tetapi juga sebagai strategi kolektif dalam eliminasi kanker serviks.
Panduan ini dirancang agar tenaga kesehatan, termasuk dokter dan bidan, memiliki acuan yang praktis dan konsisten saat memberikan edukasi serta layanan vaksinasi. Harapannya, tidak ada lagi perempuan dewasa yang terlewat dari upaya pencegahan yang seharusnya dapat menyelamatkan hidup mereka.
Dukungan MSD Indonesia
Rekomendasi POGI ini mendapat dukungan penuh dari PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia), yang secara konsisten mendorong edukasi dan perluasan akses vaksinasi HPV di Indonesia.
POGI berharap ini dapat diadopsi secara luas oleh tenaga kesehatan dan menjadi bagian dari layanan kesehatan reproduksi rutin di seluruh Indonesia.
Dengan menjadikan fase pranikah dan pascapersalinan sebagai titik masuk strategis, vaksinasi HPV diharapkan mampu menekan angka kematian akibat kanker serviks dan mempercepat tercapainya target eliminasi secara nasional dan global.
MSD Indonesia menyambut baik langkah POGI dan menegaskan komitmennya untuk memperkuat edukasi serta kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi HPV sebagai langkah pencegahan kanker serviks.