Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hoaks atau Fakta: Vaksin HPV Sebabkan Mandul dan Kelainan pada Bayi

Boks kemasan vaksin HPV Gardasil 9. (commons.wikimedia.org/Aveaoz)
Boks kemasan vaksin HPV Gardasil 9. (commons.wikimedia.org/Aveaoz)
Intinya sih...
  • Vaksin HPV tidak menyebabkan kemandulan.
  • Vaksin HPV memberi perlindungan sejak awal.
  • Hoaks memperlambat upaya eliminasi kanker serviks.

Dengan ambisi pemerintah untuk menekan angka kanker serviks, vaksin human papillomavirus (HPV) hadir sebagai salah satu langkah pencegahan yang paling efektif. Tak hanya melindungi dari kanker serviks, vaksin ini juga terbukti mencegah beberapa jenis kanker lain yang berkaitan dengan infeksi HPV. Sayangnya, dengan banyaknya bukti ilmiah yang kuat, masih ada ketakutan dan keraguan yang menyelimuti sebagian masyarakat.

Salah satu mitos yang paling sering terdengar dan meresahkan adalah anggapan bahwa vaksin HPV dapat menyebabkan kemandulan. Klaim ini tidak hanya keliru, tetapi juga membahayakan karena bisa membuat banyak perempuan yang berada dalam usia ideal untuk vaksinasi tidak mendapatkan perlindungan dari kanker serviks yang berpotensi mematikan.

Meluruskan informasi dan menghapus stigma adalah langkah penting agar makin banyak perempuan merasa aman, didukung, dan yakin untuk mengambil keputusan kesehatan yang terbaik bagi diri mereka.

Vaksin HPV dan kemandulan

PXL_20250624_062353137.jpg
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk (IDN Times/Misrohatun)

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) resmi mengeluarkan rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi HPV, yang menargetkan dua kelompok kunci: perempuan pranikah dan pascapersalinan.

Dalam acara "Rekomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pascamelahirkan" di Jakarta pada Selasa (24/06/2025), para profesional medis juga menjawab tentang anggapan bahwa vaksin HPV dapat menyebabkan kemandulan.

"Itu hanya mitos, bukan fakta, tidak ada bukti ilmiah sama sekali karena tidak ada hubungannya," kata Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk, menegaskan.

Vaksin HPV memberi perlindungan sejak awal

Kalau kamu aktif di media sosial, kamu mungkin pernah membaca pendapat netizen bahwa vaksin HPV yang diberikan sejak usia dini akan mendorong penerimanya untuk aktif secara seksual, dalam arti mereka sudah mendapatkan "kebebasan" karena sudah terlindungi. Prof. Yudi turut meluruskan anggapan tersebut.

"Ini bukan mendorong seksual aktif, justru melindungi orang yang seksual aktif pada awal-awal karena tidak dilindungi. Itu bahaya," kata Prof. Yudi.

Dia lebih lanjut menjelaskan untuk tidak membalik persepsi tersebut, seolah memberikan perlindungan terhadap perempuan untuk menjadi aktif secara seksual dengan diberikannya vaksin HPV.

Reaksi vaksin HPV terhadap ibu hamil

Vaksin HPV tidak diberikan kepada ibu hamil. Pasalnya, saat hamil, sistem kekebalan tubuh perempuan sedang tidak baik, sehingga vaksin yang diterima tubuh dianggap "gugur".

"Itu sebuah 'keguguran', karena pada ibu hamil sistem kekebalan tubuhnya sedang jelek. Nanti kalau sudah melahirkan dan sebagainya, antibodi yang terbentuk tidak optimal," Prof. Yudi menjelaskan.

Klaim ini sekaligus mematahkan mitos tentang kelainan pada bayi jika vaksin HPV diberikan kepada ibu hamil. Alasannya karena ini termasuk vaksin partikel replikasi virus (VRP), yang merupakan partikel virus yang dimodifikasi, bukan bakteri yang dilemahkan, sehingga terhitung aman untuk ibu hamil.

Jadi, vaksin HPV jangan dilakukan saat perempuan sedang hamil. Jika terlanjur sudah melakukannya dan tidak mengetahuinya, solusinya adalah dengan mendapatkan ulang vaksin HPV.

Hoaks memperlambat upaya eliminasi kanker serviks

Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk (IDN Times/Misrohatun)
Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk (IDN Times/Misrohatun)

Di tengah berbagai upaya meningkatkan cakupan vaksinasi HPV, masih saja beredar narasi menyesatkan yang membuat banyak orang, terutama perempuan, merasa ragu untuk melindungi diri. Ini bukan cuma tidak berdasar secara ilmiah, tetapi juga berpotensi menghambat langkah besar dalam pencegahan kanker serviks.

Dari Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk, turut angkat bicara mengenai isu ini, menegaskan hoaks terkait vaksin HPV harus segera diluruskan. Ia mencontohkan Australia sebagai negara yang telah memulai vaksinasi HPV sejak tahun 2006, dan kini berada di jalur untuk bebas dari penyakit terkait HPV pada 2035.

"Jadi kalau kita masih hoaks jadi mandul, jadi ini, jadi itu, tidak tahu berapa lama kita akan eliminasi. Malah perhitungannya kita baru tereliminasi tahun 2160," Dr. Fitriyadi menegaskan.

Pernyataannya menjadi pengingat bahwa penyebaran informasi keliru bukan hanya memperlambat kemajuan, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan generasi mendatang. Berhenti percaya anggapan yang tidak berdasar dan pilihlah perlindungan berbasis bukti ilmiah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us