6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Eksem

Apa hubungan antara perubahan iklim dan eksem?

Dermatitis atopik adalah bentuk eksem yang paling umum, yaitu kondisi peradangan kulit kronis yang menyebabkan gatal dan gejala lainnya. Faktor genetik, imun, dan lingkungan berperan dalam perkembangan dermatitis atopik. Pemicu lingkungan tertentu juga dapat menyebabkan gejala memburuk pada orang yang hidup dengan kondisi ini.

Walaupun masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi para ilmuwan telah melaporkan bahwa perubahan iklim secara tidak langsung bisa memiliki efek terhadap dermatitis atopik dengan memengaruhi faktor lingkungan yang berkontribusi pada gejala. Perubahan iklim melibatkan pola pergeseran suhu, kelembapan, curah hujan, angin, dan peristiwa cuaca ekstrem. Perubahan ini, pada gilirannya, memengaruhi ekologi di seluruh dunia.

Untuk tahu lebih lanjut tentang hubungan potensial antara perubahan iklim dan dermatitis atopik, simak pembahasannya di bawah ini, ya.

1. Peningkatan suhu

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap EksemIlustrasi cuaca panas (pixabay.com)

Cuaca panas maupun dingin yang ekstrem dapat menyebabkan perburukan proses penyakit (flare) pada orang-orang dengan dermatitis atopik. Beberapa orang dengan kondisi ini memiliki gejala yang lebih buruk selama musim panas, ketika berkeringat dapat mengiritasi kulit. Orang lain memiliki perburukan gejala saat kondisi kulit lebih kering, yang biasanya selama musim dingin.

Ada kemungkinan bahwa perubahan suhu terkait perubahan iklim dapat menyebabkan gejala dermatitis atopik menjadi lebih baik atau lebih buruk, meskipun para peneliti masih perlu mengonfirmasi hubungan ini, mengutip Medical News Today.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melaporkan bahwa tahun 2020 adalah tahun terpanas kedua yang pernah tercatat di dunia. Organisasi tersebut juga menunjukkan bahwa 10 tahun terpanas yang tercatat telah terjadi sejak 2005.

2. Tingkat serbuk sari yang tinggi

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Eksemilustrasi serbuk sari yang meningkat (pexels.com/Nita)

Beberapa orang dengan dermatitis atopik memiliki kepekaan atau alergi terhadap serbuk sari tanaman tertentu. Paparan serbuk sari tersebut dapat memicu gejala dermatitis atopik.

Tanaman cenderung menghasilkan lebih banyak serbuk sari pada suhu yang lebih hangat, dan musim serbuk sari juga cenderung dimulai lebih awal ketika suhu lebih hangat dari biasanya.

Oleh karena itu, peningkatan suhu terkait perubahan iklim dapat meningkatkan kadar serbuk sari. Ini dapat memperburuk gejala pada orang-orang dengan dermatitis atopik yang pemicunya adalah serbuk sari.

3. Kebakaran hutan

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Eksemilustrasi kebakaran hutan (pexels.com/Pixabay)

Polusi udara dari kebakaran hutan juga dapat memperburuk gejala dermatitis atopik. Menurut studi dalam jurnal JAMA Dermatology tahun 2021, di San Fransisco, Amerika Serikat, kunjungan klinik dermatologi untuk dermatitis atopik dan gatal meningkat selama 

Menurut studi tahun 2021 di San Francisco, kunjungan klinik dermatologi untuk AD dan gatal meningkat selama kebakaran California Camp Fire tahun 2018. Dibanding minggu-minggu tanpa kebakaran, kunjungan klinik ini meningkat 15 persen untuk orang dewasa dan 49 persen untuk anak-anak.

Fourth National Climate Assessment (NCA4) menemukan bahwa kebakaran hutan besar telah menjadi lebih umum di Amerika Serikat sejak awal 1980-an. NCA4 melaporkan bahwa perubahan iklim menciptakan kondisi yang lebih hangat dan lebih kering yang meningkatkan risiko kebakaran hutan.

Baca Juga: Hati-hati, 6 Hal Ini Dapat Memperburuk Dermatitis Atopik 

4. Risiko banjir

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap EksemIlustrasi Banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam studi bertajuk "Emergency room visits for childhood atopic dermatitis are associated with floods?" dalam jurnal Science of The Total Environment tahun 2021, para peneliti mengaitkan banjir dengan peningkatan risiko kunjungan ke unit gawat darurat untuk dermatitis atopik di antara anak-anak.

Banjir meningkatkan jumlah jamur di lingkungan, yang dapat memicu munculnya gejala pada beberapa orang dengan dermatitis atopik.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari bagaimana perubahan iklim memengaruhi risiko banjir.

5. Berkurangnya keanekaragaman hayati

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Eksemilustrasi hutan gundul (pexels.com/ Matthis)

Dermatitis atopik sekarang lebih umum daripada di masa lalu. Alasannya belum diketahui persis, tetapi satu teori adalah "hipotesis keanekaragaman hayati."

Menurut teori tersebut, dermatitis atopik mungkin menjadi lebih umum sebagai akibat dari penurunan keanekaragaman hayati. Banyak orang hidup di lingkungan dengan jenis mikroorganisme yang lebih sedikit, yang meliputi jamur, bakteri, virus, dan parasit.

Kurangnya keanekaragaman hayati ini dapat berdampak negatif pada perkembangan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan orang menjadi lebih sensitif terhadap pemicu alergi potensial dan meningkatkan risiko kondisi seperti dermatitis atopik.

Perubahan iklim merupakan salah satu dari banyak faktor yang memengaruhi keanekaragaman hayati.

6. Stres psikis

6 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap EksemIlustrasi perempuan sedang stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kejadian cuaca ekstrem dan akibat dari perubahan iklim lainnya dapat menyebabkan stres dan berdampak negatif pada kesehatan mental, menurut American Psychiatric Association.

Menurut laporan dalam jurnal Acta Dermato-Venereologica tahun 2013, peningkatan stres, yang merupakan pemicu umum flare pada dermatitis atopik, bisa memperburuk gejala yang dialami.

Walaupun masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memahami efek perubahan iklim terhadap eksem, tetapi perubahan iklim ini dapat memengaruhi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko seseorang mengembangkan eksem. Pada orang dengan eksem, hal ini dapat memengaruhi faktor-faktor yang meningkatkan risiko flare.

Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat memperburuk ataupun mengurangi gejala pada beberapa orang. Tingkat serbuk sari yang lebih tinggi, lebih banyak kebakaran hutan, dan perubahan pola banjir juga dapat memengaruhi gejalanya.

Mendapatkan perawatan eksem dari dokter penting untuk mengelola kondisi kulit tersebut. Mengidentifikasi dan membatasi pemicu juga dapat membantu orang-orang untuk mengelola kondisi yang dialaminya.

Baca Juga: 7 Tips Ampuh Mencuci Pakaian untuk Pasien Eksim, Cegah Gejala Kambuh

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya