Benarkah Eksim Kambuh karena Makanan dan Udara Dingin?

Terdapat 2 jenis penyakit eksim yang umum terjadi, yaitu atopic dan contact dermatitis. Keduanya memiliki gejala yang mirip dan karenanya banyak orang yang salah persepsi. Pada penderita atopic dermatitis kulit menjadi meradang secara berkala, terkadang tanpa pemicu yang jelas. 

Sementara itu, pada penderita contact dermatitis peradangan terjadi setelah penderita kontak dengan alergen, misalnya tanaman tertentu, sabun, cairan tertentu, pakaian yang menggunakan pewangi dan lain sebagainya. Namun, siapa sangka peradangan contact dermatitis dapat juga terjadi setelah seseorang bersentuhan dengan benda logam, terutama nikel. 

Sebagaimana yang dilansir Healthline, nikel menjadi penyebab umum alergi logam yang sering ditemukan pada perhiasan atau ritsleting. Bahkan, 18% orang di Amerika Utara alergi terhadap nikel, menurut American Academy of Dermatology (AAD).

Ponsel bahkan menjadi salah satu benda yang dapat memicu penyakit eksim, karena kandungan nikel dan kromium di dalamnya, berdasarkan laporan dalam jurnal National Library of Medicine berjudul "Mobile Phone Dermatitis in Children and Adults: A Review of the Literatur" yang dipublikasikan tahun 2014. 

Keringat berfungsi mengatur temperatur tubuh karena saat menguap ia mendinginkan tubuh, sekaligus mengandung zat yang melembabkan kulit. Namun, bagi penderita eksim bisa berlaku sebaliknya sebab kandungan sodium dalam keringat dapat meningkatkan rasa gatal dan perih. Sudah menjadi pengetahuan umum, penyakit eksim pantang digaruk. Sekali digaruk peradangan akan langsung menyeluruh dan menyebar secara masif.

Dilansir Medicalnewstoday, komposisi keringat pada penderita eksim jenis atopic dermatitis kekurangan bahan-bahan alami yang biasanya terkandung dalam keringat, seperti air, urea, laktat dan mineral-mineral lainnya. Padahal bahan-bahan alami ini berfungsi sebagai pelembab alami dan antimikroba. Oleh karena itu, pada penderita eksim jenis atopic dermatitis berkeringat membuat kulitnya makin kering dan rentan terkena infeksi.

Penelitian lainnya mengungkapkan penderita atopic dermatitis lebih sedikit berkeringat daripada manusia umumnya. Hal ini menyebabkan, kulit penderita atopic dermatitis cenderung panas dan kering yang kemudian menyebabkan rentan terhadap gatal dan infeksi.

Dilansir nutrisense, peradangan pada dasarnya reaksi normal tubuh untuk melawan virus atau infeksi. Namun, saat peradangan menjadi kronis akan berdampak negatif terhadap tubuh. Beberapa penelitian mengungkapkan mengkonsumsi makanan tinggi gula dapat memicu respon peradangan yang hanya akan memperburuk kondisi kulit, seperti psoriasis atau eksim. 

Jadi, orang-orang dengan kondisi kulit tertentu sangat dianjurkan mengurangi gula. Selain baik untuk kulit, diet gula juga baik untuk penderita diabetes.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian, dilansir laman Pfizer bahwa 30% penderita eksim atopik juga mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Pasalnya,  Kecemasan dan depresi sering menyebabkan stres yang kemudian memicu eksim. 

Dr. Mark Levenberg, FAAD, seorang dokter kulit bersertifikat, dan Direktur Medis, Urusan Medis AS, di Pfizer mengungkapkan stres terbukti mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan skin barrier secara negatif, yaitu lapisan terluar kulit yang berfungsi melindungi kulit, yang kemudian berkontribusi memperburuk eksim. 

Bahkan, berdasarkan hasil penelitian, bahwa stres menyebabkan pemulihan dari eksim lebih sulit. Sebab, penyembuhan eksim yang berkepanjangan kemudian memicu stres lebih lanjut dan ini berkontribusi pada siklus stres dan eksim yang tiada hentinya.

Alasan stres memicu eksim terletak pada hormon kortisol yang dihasilkan tubuh saat seseorang stres. Hormon kortisol yang dilepaskan dalam jumlah besar menekan sistem kekebalan dan meningkatkan peradangan di seluruh tubuh yang kemudian memperburuk gejala eksim. 

Secara tidak disadari ternyata merokok dapat memicu penyakit eksim. Pada beberapa orang yang sedang mengalami tekanan berat dalam hidupnya, sering sekali dorongan untuk merokok begitu kuat dengan harapan dapat menenangkan perasaan. Tapi tahukah? Ternyata merokok dapat memperburuk eksim bersamaan dengan dampak buruk lainnya, dilansir Healthline.

Masih dilansir dari laporan yang sama, berdasarkan jurnal penelitian tahun 2009 oleh British Journal Dermatology berjudul "Does tobacco smoking influence the occurrence of hand eczema?" merokok 10 batang atau lebih sehari membuat seseorang rentan terkena eksim pada tangan. Bahkan, hasil studi ini diperkuat dengan hasil penelitian lainnya oleh International Journal of Dermatology yang dipublikasikan tahun 2002 berjudul  "Nargile (Hubble-Bubble) smoking-induced hand eczema bahwa merokok hookah dapat memicu eksim pada tangan.

Hasil penelitian mengungkapkan beberapa orang dengan riwayat penyakit eksim kambuh setelah mendapat suntikan vaksin COVID-19. Juga, hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penyuntikan vaksin COVID-19 tidak terjadi apa-apa pada orang-orang yang tak punya riwayat eksim, dilansir laman Healthline. 

Namun demikian, kambuhnya penyakit eksim pada orang-orang dengan riwayat eksim bukanlah kasus yang sering, walaupun mungkin terjadi.  Juga, menurut penelitian gejalanya relatif mudah diatasi serta tidak membahayakan. 

Eksim kambuh karena makanan dan udara dingin memang benar. Namun tak hanya dua faktor tersebut, ada pula hal lainnya yang memengaruhi kekambuhan. Coba analisa lebih lanjut penyebabnya, ya. Namun kamu juga perlu ke dokter untuk mendapat sejumlah tes sehingga dirimu mengetahui penyebab pastinya.