Selain prokes, tak lupa Prof. Wiku mengingatkan masyarakat Indonesia untuk segera menerima vaksinasi COVID-19 jika belum. Vaksinasi saat ini digadang-gadang masih andal untuk melindungi dari gejala parah dan kematian akibat COVID-19.
"... segera vaksinasi bagi yang belum. Karena para ahli bersepakat bahwa vaksin masih cukup efektif meningkatkan perlindungan dari beberapa varian baru," ujar Prof. Wiku.
Dokter Pandu memperingatkan imunitas kelompok berisiko tinggi (lansia dan/atau orang dengan komorbiditas) harus ditingkatkan. Ia mengatakan bahwa kekhawatiran terhadap BA.4 dan BA.5 bisa dikonversi menjadi semangat untuk memperluas cakupan vaksinasi COVID-19 dan booster.
Menurut data Komisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), cakupan vaksinasi COVID-19 dosis kedua dan dosis ketiga di Indonesia untuk kelompok berisiko masih perlu ditingkatkan. Per 8 Juni 2022, cakupan dosis ketiga di Indonesia baru mencapai 22,71 persen.
“Kecemasan ini harusnya dialihkan untuk mendorong cakupan booster... Harus di-booster semua 100 persen,” kata dr. Pandu.
ilustrasi vaksin LSD. (IDN Times/Aditya Pratama)
Mengutip Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), peluang penularan BA.4 dan BA.5 berkurang jika seseorang telah divaksinasi. Malah, vaksinasi lebih disarankan, dibanding mereka yang mengandalkan riwayat infeksi SARS-CoV-2 dari varian sebelumnya.
Salah satu studi pracetak mengenai keampuhan vaksinasi COVID-19 terhadap BA.4 dan BA.5 dilakukan di Afrika Selatan dan dimuat dalam jurnal medRxiv pada awal Mei 2022. Melibatkan 39 partisipan penyintas Omicron, peneliti Afrika Selatan menguji 15 partisipan yang telah divaksinasi dengan 24 partisipan yang tak divaksinasi.
Hasilnya, mereka yang telah divaksinasi memiliki antibodi lebih andal dalam menetralisasi varian BA.4 dan BA.5, dibanding mereka yang mengandalkan imunitas dari infeksi Omicron BA.1. Meski begitu, penelitian tersebut memperingatkan bahwa BA.4 dan BA.5 tetap berisiko menghindari antibodi.
"Kemampuan penghindaran antibodi BA.4 dan BA.5 cukup berpotensi menimbulkan masalah dan gelombang infeksi lain, tetapi tidak separah gelombang yang lama, terutama pada mereka yang telah divaksinasi," cuit peneliti utama dari Africa Health Research Institute, Alex Sigal.