Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Omicron Varian BA.4 dan BA.5, Perlukah Kita Khawatir?

ilustrasi COVID-19 varian Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Dunia masih berjuang keras melawan pandemik COVID-19. Sementara kehidupan berangsur kembali pulih, COVID-19 masih menjadi ancaman dunia.

Masih belum usai dengan varian B.1.1.529 (Omicron), dunia harus berhadapan dengan subvarian Omicron yang tidak kalah ganas. Jika sebelumnya BA.2 sudah bikin pusing, giliran BA.4 dan BA.5 yang sekarang melanda dunia. Apakah perlu kita khawatir?

1. Berasal dari Afrika Selatan

ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir GAVI, asal-usul BA.4 dan BA.5 bisa ditelusuri sejak awal 2022 di provinsi-provinsi Afrika Selatan. BA.4 pertama kali ditemukan pada Januari 2022 di Limpopo, Afrika Selatan. Kemudian, menjelang akhir Februari 2022, BA.5 ditemukan di Kwazulu-Natal, Afrika Selatan.

"Afrika Selatan melakukan proses sekuens gen sampel SARS-CoV-2 dibanding beberapa negara lainnya. Jadi, kemungkinan besar, sebenarnya varian-varian ini sudah ada di negara-negara lain, dan peneliti Afrika Selatan hanya jadi yang pertama menemukannya," tulis GAVI.

Per Mei 2022, epidemiolog Amerika Serikat dan technical lead satgas COVID-19 Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Maria Van Kerkhove, mengatakan bahwa varian BA.4 sudah ada di beberapa negara. Ia mengatakan bahwa hampir 700 kasus BA.4 ditemukan di minimal 16 negara, dan lebih dari 300 kasus BA.5 di sekitar 17 negara.

"Sementara jumlah sekuens masih minim, dengan peningkatan proses sekuens dunia, angkanya bisa berubah. Mayoritas kasus BA.4 dan BA.5 masih dominan di Afrika Selatan, hal ini bisa berubah," ujar Dr. Maria.

2. Mutasi baru, apakah lebih ganas?

Diwawancarai oleh IDN Times pada Kamis (9/6/2022), epidemiolog Universitas Indonesia (UI), dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D, mengatakan bahwa baik BA.4 dan BA.5 masih termasuk dalam lini Omicron. Hanya saja, ia mengatakan bahwa BA.4 dan BA.5 memiliki mutasi baru yang bisa membuatnya lebih menular.

"Akan tetapi, seperti Omicron lainnya, dampaknya terhadap rawat inap dan kematian tetap rendah," ujar dr. Pandu saat dihubungi via WhatsApp.

Meski begitu, GAVI mencatat bahwa mutasi pada BA.4 dan BA.5 lebih mirip dengan BA.2. Kedua varian memuat mutasi L452R dan F486V. Kedua mutasi tersebut membuat BA.4 dan BA.5 lebih mudah menular dan lebih ahli dalam menghindari sistem imun.

Kecepatan penularan BA.4 dan BA.5 memaksa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) memasukkan kedua varian tersebut sebagai variant of concern. Hal ini karena Portugal melaporkan lonjakan kasus COVID-19 dan BA.5 tercatat menyumbang sekitar 37 persen dari jumlah kasus.

3. Keparahan BA.4 dan BA.5 masih belum diketahui

Hingga saat ini, Dr. Maria mengatakan bahwa masih sedikit studi mengenai keparahan BA.4 dan BA.5. Selain itu, GAVI mencatat bahwa kebanyakan studi mengenai kedua varian tersebut belum menjalani ulasan sejawat (peer review) sehingga belum bisa menjadi tolok ukur absolut.

"Yang kami lihat adalah apakah ada kenaikan kasus rawat inap pada kasus BA.4 dan BA.5? Masih terlalu dini," ujar Dr. Maria.

Salah satu studi pracetak mengenai BA.4 dan BA.5 dilakukan di Afrika Selatan dan dimuat dalam jurnal medRxiv pada awal Mei 2022. Melibatkan 39 partisipan penyintas Omicron, peneliti Afrika Selatan menguji 15 partisipan yang telah divaksinasi dengan 24 partisipan yang tak divaksinasi.

Hasilnya, mereka yang telah divaksinasi memiliki antibodi lebih andal dalam menetralisasi varian BA.4 dan BA.5, dibanding mereka yang mengandalkan imunitas dari infeksi Omicron BA.1. Meski begitu, BA.4 dan BA.5 tetap berisiko menghindari antibodi.

"Kemampuan penghindaran antibodi BA.4 dan BA.5 cukup berpotensi menimbulkan masalah dan gelombang infeksi lain, tetapi tidak separah gelombang yang lama, terutama pada mereka yang telah divaksinasi," cuit peneliti utama dari Africa Health Research Institute, Alex Sigal.

4. Indonesia tak perlu khawatir

ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Dokter Pandu menekankan bahwa BA.4 dan BA.5 tidak seharusnya membuat Indonesia khawatir. Ini karena bahwa mutasinya tidak berpotensi fatal, dan dr. Pandu yakin akan tingkat kekebalan penduduk Indonesia yang tinggi. Selain itu, ia juga yakin bahwa vaksin saat ini masih andal menangkal BA.4 dan BA.5.

“Kalau [imunitas] sangat tinggi seperti pada survei serologi Maret [2022] lalu, Omicron apa pun tak akan berbahaya,” ujar dr. Pandu.

Hanya saja, dr. Pandu ingin imunitas pada kelompok berisiko (lansia dan/atau orang dengan komorbiditas) ditingkatkan. Jadi, ia mengatakan bahwa kecemasan akan BA.4 dan BA.5 harusnya dijadikan tenaga pendorong untuk memperluas cakupan vaksinasi COVID-19 dan booster-nya.

"Bukan PPKM lagi, bukan yang lain, melainkan mempercepat booster dan menganjurkan prokes terus-menerus," dr. Pandu menyarankan.

5. Pengawasan dan prokes tetap harus digalakkan

Apakah BA.4 dan BA.5 bisa masuk ke Indonesia? Dokter Pandu tak menutup kemungkinan tersebut. Namun, ia mengulangi bahwa Indonesia tak sepatutnya khawatir berlebihan. Apa yang bisa dilakukan agar Indonesia siap menghadapi BA.4 dan BA.5?

Ia menyarankan peningkatan pengawasan atau surveillance untuk memastikan masuknya BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Meski begitu, saat ini, dr. Pandu mengatakan bahwa kedua subvarian Omicron tersebut masih absen di Indonesia.

GAVI mencatat bahwa baik BA.4 dan BA.5 mengalami perubahan gen yang bisa memengaruhi pembacaan tes polymerase chain reaction (PCR), memicu s-gene target failure (SGTF) atau s-gene dropout. Meski begitu, dr. Pandu mengatakan bahwa tes PCR dan antigen saat ini masih tetap mampu mendeteksi BA.4 dan BA.5.

"Testing yang sama bisa berlaku untuk BA.4 dan BA.5, yaitu PCR dan antigen," kata dr. Pandu.

Selain surveillance, dr. Pandu mengingatkan untuk terus mendorong imunitas rakyat Indonesia. Sementara tingkatnya sudah cukup tinggi, dr. Pandu mengatakan bahwa Indonesia masih harus meningkatkan cakupan booster untuk menjaga imunitas tetap konsisten.

Pada akhirnya, jika memang BA.4 dan BA.5 masuk ke Indonesia, maka protokol kesehatan COVID-19 harus digalakkan. Jika terlupa, prokes COVID-19 mencakup:

  • Menggunakan masker berlapis ganda.
  • Menjaga jarak di kerumunan 1,8 sampai 2 meter.
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun maksimal 20 detik.
  • Tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan penting atau tidak fit.
  • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut.

Dokter Pandu menambahkan bahwa kunci bertahan dari BA.4 dan BA.5 adalah imunitas. Oleh karena itu, imunitas harus tetap dijaga, terutama pada kelompok berisiko tinggi yang sebelumnya disebutkan.

“Kecemasan ini harusnya dialihkan untuk mendorong cakupan booster... Harus di-booster semua 100 persen,” tutup dr. Pandu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Alfonsus Adi Putra
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us