Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?

Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia menimbulkan pro kontra

Program pelepasan nyamuk Aedes aegypti mengandung Wolbachia tengah menjadi perbincangan. Kementerian Kesehatan telah menerapkan inovasi teknologi Wolbachia di beberapa kota di Indonesia. Namun, sebagian masyarakat menilai Wolbachia pada nyamuk termasuk hasil rekayasa genetik sehingga dikhawatirkan menimbulkan bahaya bagi manusia. 

Indonesia sendiri termasuk salah satu negara endemik demam berdarah. Adanya teknologi Wolbachia diharapkan mampu menurunkan kasus demam berdarah. Lantas, apakah nyamuk Aedes aegypti Wolbachia hasil rekayasa genetik? Berikut pembahasannya. 

1. Wolbachia tidak berdampak negatif pada serangga inang

Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?ilustrasi bakteri (freepik.com/kjpargeter)

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Wolbachia merupakan bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga. Bakteri tersebut tidak dapat bertahan hidup di luar sel serangga. Artinya, ia tidak dapat bertahan hidup di lingkungan, seperti udara atau tanah. Meski ada di dalam tubuh serangga, bakteri tersebut tidak berdampak negatif pada inangnya.

Secara umum, Wolbachia tidak ada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Namun, banyak spesies nyamuk lainnya yang mengandung bakteri tersebut. Meski tidak ditemukan secara alami pada Aedes aegypti, Wolbachia berhasil ditransfer ke dalam nyamuk dan terbukti mengurangi penularan berbagai virus, termasuk demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning, mengutip penjelasan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

2. Apakah nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia hasil rekayasa genetik?

Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?ilustrasi rekayasa genetik (freepik.com/kjpargeter)

Laman National Environment Agency, Government of Singapore menyebutkan bahwa nyamuk Wolbachia-Aedes tidak dimodifikasi secara genetik karena tidak ada perubahan yang dilakukan pada materi genetiknya. Hal senada juga dijelaskan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) bahwa nyamuk dengan Wolbachia bukan hasil rekayasa genetik.

Dilansir World Mosquito Program, tidak ada satu pun dari 14 negara (termasuk Indonesia) tempat pelepasan nyamuk ber-Wolbachia yang menganggap teknologi ini sebagai teknologi transgenik. Bakteri Wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil modifikasi genetik.

Baca Juga: Mengenal Nyamuk Wolbachia, Efektif Perangi DBD?

3. Wolbachia mampu menghambat virus dengue di tubuh nyamuk

Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?ilustrasi nyamuk (pixabay.com/FotoshopTofs)

Nyamuk Aedes aegypti merupakan penyebar utama virus dengue, Zika, chikungunya, dan demam kuning. Pada dasarnya, nyamuk tidak membawa virus di dalam tubuhnya. Nyamuk dapat membawa virus jika mengisap darah orang yang terinfeksi. Karena cuma nyamuk betina yang mengisap manusia, maka hanya mereka yang dapat menularkan virus.

Wolbachia berperan dalam menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Nyamuk yang mengandung bakteri tersebut tidak dapat menularkan virus dengue ketika mengisap darah.

Di Indonesia, teknologi Wolbachia diimplementasikan dengan metode penggantian, di mana nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Ini bertujuan agar nyamuk betina berkembang biak dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan yang mengandung Wolbachia. Dengan begitu, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan membawa bakteri tersebut.

4. Wolbachia efektif menurunkan kasus demam berdarah hingga 77 persen

Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?ilustrasi pasien di rumah sakit (pexels.com/Anna Shvets)

Wolbachia yang digunakan pada nyamuk merupakan jenis Wolbachia yang sama yang ditemukan di banyak serangga. Efektivitas teknologi Wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Di lokasi yang telah disebar Wolbachia, kasus demam berdarah terbukti turun hingga 77 persen. Cara ini juga mampu menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86 persen.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang telah membuktikan efektivitas teknologi Wolbachia. Efektivitas teknologi Wolbachia dalam menurunkan kasus demam berdarah juga telah terbukti di Australia, Brazil, Columbia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.

5. Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan

Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?ilustrasi nyamuk (pexels.com/ Pixabay)

Tidak ada laporan yang menyebutkan bahwa Wolbachia menimbulkan bahaya pada manusia atau hewan. Menurut laman Wolbachia Malaysia, Wolbachia tidak dapat menular ke manusia dan tidak ditularkan melalui air liur nyamuk. Seperti disebutkan sebelumnya, bakteri ini hanya bisa hidup di sel serangga dan tidak ada Wolbachia yang dapat bertahan hidup di sel vertebrata.

Selain tidak berbahaya bagi makhluk hidup, Wolbachia juga tidak berbahaya bagi lingkungan. Ada banyak serangga yang mengandung Wolbachia di sekitar kita. Ketika serangga inangnya mati, Wolbachia akan secara alami terurai bersama dengan tubuh serangga. Oleh sebab itu, nyamuk yang mengandung Wolbachia tidak membahayakan lingkungan.

Wolbachia merupakan bakteri alami yang dapat ditemukan di sebagian serangga. Baik Wolbachia maupun nyamuk yang menjadi inangnya bukanlah hasil rekayasa genetik. Efektivitas metode ini telah terbukti dalam menurunkan kasus demam berdarah di berbagai negara. 

Baca Juga: Musim Hujan, Kenali Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya