Cedera Whiplash: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Waspadai leher yang terasa sakit dan kaku

Cedera whiplash terjadi saat kepala bergerak ke belakang dan kemudian ke depan secara tiba-tiba dengan kekuatan yang besar. Cedera ini paling sering terjadi setelah tabrakan mobil dari belakang, tetapi bisa juga disebabkan oleh hal lain, seperti kekerasan fisik, cedera olahraga, atau bahkan saat bermain di wahana taman hiburan.

Whiplash terjadi saat jaringan lunak pada leher, yaitu otot dan ligamen, keluar rentang gerak khasnya. Gejala mungkin baru muncul setelah beberapa saat, jadi penting untuk memperhatikan setiap perubahan selama beberapa hari setelah kecelakaan atau cedera.

Cedera whiplash dianggap sebagai kondisi yang relatif ringan, tetapi ini dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka panjang. Mari, kita bahas lebih jauh seputar cedera whiplash. Ini dia informasinya yang dirangkum dari laman Healthline dan Mayo Clinic.

1. Gejala

Gejala umumnya dirasakan dalam waktu 24 jam setelah peristiwa yang memicu cedera. Namun, terkadang gejala juga dapat berkembang beberapa hari setelah kecelakaan. Gejala umumnya meliputi:

  • Leher terasa sakit dan kaku.
  • Sakit kepala, khususnya di pangkal tengkorak.
  • Pusing
  • Penglihatan kabur
  • Selalu merasa kelelahan.

Kadang, cedera whiplash kronis dapat menyebabkan sejumlah gejala yang kurang umum, yang meliputi:

  • Gangguan konsentrasi dan ingatan.
  • Tinitus atau telinga berdenging.
  • Sulit tidur nyenyak.
  • Mudah marah.
  • Nyeri di leher, bahu, atau kepala.

Gejala cedera whiplash bisa bertahan selama beberapa minggu.

2. Penyebab

Cedera Whiplash: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi kecelakaan mobil, salah satu penyebab quadriplegia (pexels.com/Pixabay)

Whiplash terjadi saat otot-otot di leher mengalami ketegangan sebagai akibat dari gerakan ke belakang dan ke depan dengan cepat. Gerakan yang tiba-tiba ini menyebabkan tendon dan ligamen leher meregang dan robek.

Beberapa peristiwa yang berisiko menyebabkan cedera whiplash meliputi:

  • Tabrakan mobil.
  • Dipukul, diguncang, atau kekerasan fisik lainnya.
  • Olahraga kontak, seperti sepak bola, tinju, dan bela diri.
  • Menunggang kuda.
  • Jatuh di mana kepala tersentak ke belakang dengan keras.
  • Kepala dipukul dengan benda berat.

Baca Juga: 7 Penyebab Nyeri Leher yang Paling Umum, Ketahui di Sini!

3. Diagnosis

Sebelum mendiagnosis cedera whiplash, dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang peristiwa cedera terlebih dahulu, seperti:

  • Bagaimana cedera terjadi.
  • Bagian mana yang terasa sakit.
  • Apakah rasa sakitnya tumpul atau tajam.

Dokter kemudian mungkin akan melakukan pemeriksaan rentang gerak dan mencari area nyeri tekan. Dokter mungkin juga merekomendasikan tes pencitraan yang memungkinkan mereka menilai kerusakan atau peradangan pada jaringan lunak, sumsum tulang belakang, atau saraf. Tes pencitraan ini meliputi:

  • Sinar-X. Tes pencitraan ini dilakukan untuk memastikan rasa sakit tidak terkait dengan jenis cedera atau penyakit degeneratif lainnya, seperti arthritis.
  • CT scan.
  • Pemindaian MRI.

Pada kasus yang jarang, dokter akan merekomendasikan difus tensor imaging (DTI) atau positron emission tomography (PET) scan, yang akan membantu menemukan dan mengukur tingkat cedera pada otak atau area lain.

4. Pengobatan

Cedera Whiplash: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi terapi medis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pengobatan cedera whiplash bertujuan untuk:

  • Mengelola rasa sakit.
  • Mengembalikan rentang gerak normal di leher.
  • Membuat individu dapat kembali ke aktivitas normal.

Rencana perawatan yang diberikan akan tergantung pada tingkat keparahan cedera whiplash. Beberapa orang hanya membutuhkan perawatan di rumah. Sementara yang lainnya mungkin memerlukan obat resep, perawatan nyeri khusus, atau terapi fisik.

Secara umum, berikut ini adalah pengobatan untuk cedera whiplash:

  • Manajemen nyeri. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, yang biasanya dilakukan dengan istirahat, kompres panas atau dingin, obat pereda nyeri, relaksasi otot, atau injeksi lidokain.
  • Latihan. Dokter mungkin merekomendasikan serangkaian latihan peregangan dan gerakan untuk dilakukan di rumah, yang biasanya melibatkan kepala, leher, dan bahu.
  • Terapi fisik. Pengobatan ini melibatkan terapis yang memandu melalui latihan untuk memperkuat otot, memperbaiki postur, dan mengembalikan gerakan normal.
  • Penyangga leher. Ini bertujuan untuk menahan leher dan kepala yang dipakai selama waktu tertentu.
  • Terapi lainnya. Pilihan pengobatan lain, meliputi akupunktur, perawatan kiropraktik, dan pijat.

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Umumnya, cedera whiplash adalah kondisi ringan yang dapat membaik dalam beberapa minggu tanpa mengalami efek jangka panjang. Namun, terkadang orang yang mengalami cedera ini terus merasa sakit selama beberapa bulan atau tahun setelah cedera terjadi.

Seseorang mungkin berpotensi mengalami nyeri kronis jika gejala pertama terasa intens, yang mungkin termasuk:

  • Sakit leher yang parah.
  • Rentang gerak terbatas.
  • Rasa sakit menjalar ke lengan.

Ada juga beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan pengalaman yang lebih buruk, yang mencakup:

  • Pernah mengalami cedera whiplash sebelumnya.
  • Usia yang lebih tua.
  • Memiliki nyeri punggung bawah atau leher.
  • Cedera berkecepatan tinggi.

Biasanya, cedera whiplash dapat pulih beberapa hari hingga beberapa minggu. Juga, sangat jarang cedera whiplash mengalami komplikasi jangka panjang. Namun, tak ada salahnya segera mencari pengobatan begitu mengalaminya.

Baca Juga: Bukan karena Dijilat Setan, Ini 5 Penyebab Kulit Tiba-tiba Memar

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya