Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhir

Namun, bisa dikendalikan dengan terapi antiretroviral

Human immunodeficiency virus atau HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 (atau sel T) yang ditularkan melalui cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan anal, dan ASI. HIV paling sering menyebar melalui hubungan seks tanpa pengamanan, berbagi jarum suntik, dan kelahiran.

Saat ini, sudah ditemukan antiretroviral yang mampu membantu penderita HIV bertahan hidup lebih lama dengan virus mematikan ini. Namun, antiretroviral tidak benar-benar dapat menyembuhkan seseorang dari HIV.

Lantas bagaimanakah awal mula ditemukannya HIV hingga menjadi pandemik mematikan yang tidak kunjung berakhir sampai sekarang? Simak penjelasannya berikut ini.

1. Dari mana HIV berasal?

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirunsplash.com/Francesco Ungaro

Pada 1999, para peneliti mengidentifikasi virus jenis SIV pada simpanse yang disebut SIVcpz yang hampir identik dengan virus HIV pada manusia.

Peneliti kemudian menemukan bahwa SIVcpz kemungkinan melompat dari simpanse ke manusia ketika pemburu di Afrika memakan simpanse yang terinfeksi SIV atau ketika darah yang mengandung SIVcpz masuk ke dalam kulit yang terluka.

Para peneliti percaya bahwa penularan pertama SIV ke HIV pada manusia yang kemudian menyebabkan pandemik global yang terjadi pada 1920 di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo.

Kemudian, pada 1960-an, HIV menyebar dari Afrika ke Haiti dan Karibia ketika para profesional Haiti di Republik Demokratik Kongo pulang ke tempat asalnya. Virus itu kemudian pindah dari Karibia ke Kota New York sekitar 1970 dan kemudian ke San Francisco pada dekade berikutnya.

2. Munculnya epidemi AIDS di Amerika

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirdrvorobjev.com

Meskipun mulai muncul di Amerika Serikat sekitar 1970, HIV tidak mendapatkan perhatian publik sampai awal 1980-an.

Pada 1981, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerbitkan laporan tentang lima orang laki-laki homoseksual yang sebelumnya sehat tiba-tiba terinfeksi Pneumocystis pneumonia yang disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii yang biasanya tidak berbahaya.

Tahun berikutnya, The New York Times menerbitkan sebuah artikel tentang gangguan sistem kekebalan baru yang pada saat itu telah menginfeksi 335 orang dan menewaskan 136 dari mereka.

Karena sebagian besar pengidap penyakit ini yaitu laki-laki homoseksual, penyakit ini kemudian dikenal dengan sebutan gay-related immune deficiency atau GRID, bahkan wabah akibat virus ini kemudian disebut sebagai wabah gay.

Hingga akhirnya, pada September 1982, CDC menggunakan istilah AIDS untuk menggambarkan penyakit ini untuk pertama kalinya. Pada akhir 1982, kasus-kasus AIDS juga dilaporkan terjadi di sejumlah negara Eropa.

3. Mulai diberlakukan tes HIV secara massal

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirrefletsdafriquetv.com

Pada 1984, para peneliti akhirnya berhasil mengidentifikasi Human Immunodeficiency Virus atau HIV sebagai penyebab AIDS. Kemudian pada 1985, untuk pertama kalinya, Food and Drug Administration (FDA) melisensi tes darah komersial untuk HIV.

Pada 1985, aktor Rock Hudson menjadi public figure pertama yang meninggal dunia akibat AIDS. Karena takut HIV masuk ke bank darah, FDA akhirnya memberlakukan peraturan yang melarang laki-laki homoseksual untuk mendonorkan darah mereka.

Pada akhir 1985, ada lebih dari 20 ribu kasus AIDS yang dilaporkan dengan setidaknya satu kasus di setiap wilayah di dunia.

Baca Juga: Mengenal 4 Tahap Infeksi pada Anak-anak dengan HIV/AIDS

4. Obat HIV mulai dikembangkan

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirzimbabwesituation.com

Pada 1987, obat antiretroviral pertama untuk HIV, yaitu azidothymidine (AZT), mulai tersedia. Saat ini, sudah banyak obat yang bisa digunakan untuk merawat orang dengan HIV AIDS dan biasanya digunakan bersama dengan terapi antiretroviral atau antiretroviral therapy (ART).

Regimen obat ini bekerja dengan mencegah virus berkembang biak, memberi kesempatan sistem kekebalan tubuh untuk pulih, dan melawan infeksi dan kanker terkait HIV. Terapi ini juga membantu mengurangi risiko penularan HIV, termasuk antara ibu yang terinfeksi dan anaknya yang belum lahir.

Pada 1988, World Health Organization (WHO) menyatakan 1 Desember sebagai hari AIDS Sedunia. Pada akhir dekade ini, setidaknya ada 100 ribu kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika Serikat dan WHO memperkirakan 400 ribu kasus AIDS di seluruh dunia.

5. Perkembangan kasus AIDS pada 1990-an hingga 2000-an

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirjejooweb.net

Pada 1991, pita merah menjadi simbol internasional untuk kesadaran AIDS. Pada tahun yang sama, pemain basket Magic Johnson mengumumkan bahwa dirinya mengidap HIV untuk membantu meningkatkan kesadaran terhadap masalah ini dan menghilangkan stereotip bahwa HIV merupakan penyakit gay.

Segera setelah itu, Freddie Mercury, vokalis band Queen, mengumumkan bahwa ia menderita AIDS dan meninggal sehari kemudian.

Kematian terkait AIDS dan rawat inap di negara maju mulai menurun tajam pada 1995 berkat obat-obatan baru dan pengenalan ARV. Namun, hal yang sebaliknya terjadi di Afrika pada 1999. Kala itu, AIDS menjadi penyebab kematian utama di Afrika dan terbesar keempat di dunia.

6.  Perkembangan kasus HIV hingga saat ini

Sejarah Panjang AIDS, Pandemik Mematikan yang Tak Kunjung Berakhirrd.com

Pada 2001, produsen obat generik mulai menjual obat-obatan HIV yang dipatenkan ke negara-negara berkembang dengan harga murah yang menyebabkan beberapa produsen farmasi besar menurunkan harga obat-obatan HIV.

Tahun berikutnya, United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa AIDS merupakan penyebab utama kematian di Afrika sub-Sahara.

Pada 2006, para peneliti menemukan bahwa sunat penis dapat mengurangi risiko penularan HIV dari perempuan ke laki-laki sebesar 60 persen. Di negara-negara berkembang dengan tingkat penularan HIV yang tinggi, sunat dianggap sebagai metode untuk membantu mengurangi risiko penularan.

Pada 2012, CDC melaporkan bahwa konsumsi pre-exposure prophylaxis atau PrEP pada orang negatif HIV setiap hari dapat mengurangi risiko penularan HIV secara seksual hingga lebih dari 90 persen dan dari penggunaan obat intravena hingga 70 persen.

Kemudian, sebuah penelitian yang diselesaikan pada 2019 menunjukkan bahwa lebih dari 750 laki-laki gay yang menggunakan pengobatan antivirus tidak menularkan virus ke pasangan mereka.

Menurut laporan WHO, hingga akhir 2018, ada sekitar 37,9 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Adapun, jumlah kematian 770 ribu jiwa pada 2018 dan total 32 juta orang telah meninggal sejak awal AIDS menjadi epidemi hingga saat ini.

Selain itu, Afrika Sub-Sahara tetap menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak HIV. Terhitung hampir 70 persen dari kasus HIV saat ini di dunia berasal dari Afrika.

Demikian tadi asal mula HIV saat pertama kali menjadi epidemi hingga saat ini. Semoga informasi ini bermanfaat dan jangan lupa jaga kesehatan!

Baca Juga: WHO Tunjuk Malaysia Uji Coba Pengobatan COVID-19, Ada Obat Malaria-HIV

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya