Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?

Bisa berakibat fatal jika terlambat terdiagnosis

Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang mencegah pankreas memproduksi insulin. Dalam kondisi ini, pankreas menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Akibatnya, tubuh kekurangan insulin sehingga menyebabkan glukosa darah tinggi atau hiperglikemia, karena glukosa menumpuk di aliran darah.

Perlu diketahui bahwa insulin merupakan hormon yang digunakan tubuh untuk memungkinkan gula (glukosa) memasuki sel untuk menghasilkan energi.

Diabetes tipe 1 bisa terjadi karena berbagai faktor, yaitu mencakup genetika, paparan virus, dan faktor lingkungan lainnya. Dilansir Cleveland Clinic, diabetes tipe 1 paling umum didiagnosis antara usia 4 hingga 6 tahun, dan pada masa pubertas awal yaitu 10 hingga 14 tahun. Namun, kondisi ini juga bisa berkembang pada orang dewasa.

Gula darah tinggi dikaitkan dengan sejumlah gejala seperti peningkatan buang air kecil, rasa haus atau lapar yang ekstrem, dan luka yang lama sembuh.

Seiring waktu, peningkatan kadar glukosa darah juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi dalam tubuh karena hiperglikemia merusak berbagai jenis jaringan. Nah, berikut ini deretan komplikasi yang bisa terjadi pada pasien diabetes tipe 1.

1. Penyakit celiac

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi sakit perut (freepik.com/diana.grytsku)

Penyakit celiac adalah kelainan autoimun saat sistem kekebalan tubuh merespons secara negatif terhadap gluten.

Gluten merupakan protein yang ditemukan dalam makanan yang terbuat dari gandum, barlei, rye, dan triticale. Gluten juga ditemukan dalam oat yang dibuat di pabrik pengolahan yang menangani biji-bijian lainnya. Gluten juga bisa ditemukan pada produk olahan, beberapa obat, vitamin, lipstik, hingga bir.

Pada penyakit celiac, respons imun terhadap gluten menghasilkan racun yang merusak vili. Vili merupakan tonjolan kecil seperti jari di dalam usus kecil. Ketika vili rusak, maka tubuh tidak mampu menyerap nutrisi dari makanan. Hal ini bisa menyebkan malnutrisi dan komplikasi kesehatan lainnya.

Mengutip laman Diabetes Canada, penyakit celiac merupakan gangguan pencernaan yang tampaknya lebih umum terjadi pada pasien diabetes tipe 1 daripada populasi umum.

Penyakit celiac ditemukan pada 4 persen hingga 9 persen anak-anak dengan diabetes tipe 1, tetapi 60 persen hingga 70 persen dari mereka tidak memiliki gejala. Anak-anak dengan diabetes tipe 1 berisiko lebih tinggi terkena penyakit celiac selama 10 tahun pertama mengidap diabetes.

Banyak pengidap penyakit celiac tidak menunjukkan gejala sama sekali, itulah sebabnya penyakit ini sering kali tidak terdiagnosis. Pada orang yang memiliki gejala, biasanya bervariasi dari masalah pencernaan seperti diare parah hingga perilaku yang lebih emosional (yang terakhir ini sangat umum terjadi pada anak-anak).

Ini merupakan beberapa gejala penyakit celiac yang lebih umum:

  • Gejala gastrointestinal berulang seperti sakit perut, kram, kembung, gangguan pencernaan dan mual, diare kronis dan/atau sembelit, serta kotoran berbau busuk.
  • Pertambahan berat badan yang buruk.
  • Anemia (kekurangan zat besi, folat, atau vitamin B12).
  • Kelemahan dan kelelahan yang ekstrem.
  • Pada pasien diabetes tipe 1 sering terjadi gula darah rendah tanpa sebab yang jelas.
  • Pada beberapa orang timbul ruam, sensasi terbakar dan gatal yang hebat (dermatitis herpetiformis).
  • Seriawan.

Gejala tambahan pada anak:

  • Pertumbuhan tertunda.
  • Iritabilitas dan perubahan perilaku.
  • Muntah.
  • Pubertas tertunda.
  • Kelainan email gigi.

Orang dengan penyakit celiac perlu menghilangkan gluten dari makanannya. Jika tidak, maka bisa mengakibatkan kerusakan pada lapisan ususnya. Hal ini memengaruhi kemampuan sistem pencernaan untuk menyerap vitamin dan mineral.

Satu-satunya pengobatan penyakit celiac yaitu dengan diet bebas gluten seumur hidup.

2. Nefropati diabetik

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi penyakit ginjal (freepik.com/gpointstudio)

Nefropati diabetik merupakan jenis penyakit ginjal progresif yang terjadi pada pasien diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2. Kondisi ini terjadi saat kadar glukosa yang tinggi merusak fungsi ginjal.

Risiko penyakit ini meningkat seiring dengan durasi penyakit dan faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi dan riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan komplikasi diabetes yang juga diyakini berkontribusi paling langsung terhadap nefropati diabetik. Hipertensi diyakini sebagai penyebab nefropati diabetik serta akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Selain itu, seiring berkembangnya penyakit ginjal, maka perubahan fisik pada ginjal sering kali mengakibatkan tekanan darah tinggi.

Hipertensi yang tidak terkontrol bisa membuat perkembangan kondisi ini menuju nefropati diabetik stadium 5 terjadi lebih cepat. Nefropati diabetik stadium 5 merupakan tahap akhir dari penyakit ini, atau disebut juga dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD).

Pada ESRD, ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. ESRD bisa menyebabkan gagal ginjal dengan konsekuensi yang berpotensi mengancam nyawa. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal jangka panjang dan ESRD.

Meskipun diabetes tipe 1 dan tipe 2 bisa menyebabkan nefropati diabetik, tetapi diabetes tipe 1 lebih mungkin menyebabkan ESRD. Sekitar 20 persen hingga 30 persen pasien diabetes tipe 1 mengalami nefropati diabetik.

Penyakit ginjal pada diabetes tipe 1 sedikit berbeda daripada diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2, beberapa pasien sudah memiliki penyakit ginjal ketika mereka didiagnosis diabetes, sedangkan pada tipe 1, penyakit ginjal jarang dimulai pada 10 tahun pertama sesudah didiagnosis diabetes. Ini kemungkinan besar muncul 15 hingga 25 tahun sesudah timbulnya diabetes.

Nefropati diabetik berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Kerusakan ginjal tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala nyata. Seseorang kemungkinan tidak mengalami gejala apa pun hingga berada pada tahap akhir penyakit ginjal kronis. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan tes penyakit ginjal setiap tahunnya untuk mendeteksi adanya masalah pada ginjal.

Gejala ESRD kemungkinan termasuk:

  • Kelelahan.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Sakit kepala.
  • Perasaan tidak enak badan secara umum.
  • Kulit gatal dan kering.
  • Mual atau muntah.
  • Pembengkakan pada lengan dan kaki.

Permulaan dan perkembangan nefropati diabetik bisa diperlambat dengan penangan diabetes dan gejalanya secara intensif, termasuk mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah.

3. Gangguan penglihatan

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi masalah penglihatan (freepik.com/stefamerpik)

Seiring waktu, gula darah tinggi bisa merusak pembuluh darah di mata. Hal ini bisa menyebabkan masalah mata diabetes yang serius, yang bisa membahayakan penglihatan dan terkadang menyebabkan kebutaan.

Berikut ini beberapa masalah mata akibat diabetes yang umum terjadi:

1. Retinopati diabetik

Ini terjadi karena terlalu banyak gula dalam jangka waktu yang lama merusak pembuluh darah di retina.

Retinopati diabetik bisa terjadi pada semua pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Masalah mata ini terjadi pada sekitar 80 persen orang dewasa dengan diabetes tipe 1 selama lebih dari 15 tahun. Kondisi ini jarang terjadi sebelum pubertas.

Retinopati diabetik sering kali menyebabkan penglihatan kabur dan kadang kebutaaan. Ini merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa usia 20 hingga 74 tahun (Endocrinology and Metabolism Clinics of North America, 2010).

2. Edema makula diabetik

Kondisi ini terjadi saat pembuluh darah di retina mengeluarkan cairan ke makula (bagian retina yang dibutuhkan untuk penglihatan sentral yang tajam). Ini biasanya terjadi pada pasien yang sudah memiliki tanda-tanda retinopati diabetik lainnya.

3. Glaukoma

Ini merupakan sekelompok penyakit mata yang bisa merusak saraf optik. Glaukoma akibat diabetes terjadi saat pembuluh darah di bagian depan mata rusak, dan pembuluh darah baru tumbuh di dekat iris. Pembuluh darah menghalangi keluarnya cairan dari mata. Hal ini mengakibatkan cairan menumpuk dan tekanan meningkat di dalam mata. 

4. Katarak

Kondisi ini terjadi saat lensa bening di bagian depan mata menjadi keruh. Katarak umum terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, pasien diabetes lebih mungkin terkena diabetes pada usia yang lebih muda dan berkembang lebih cepat daripada orang tanpa diabetes. Para peneliti berpendapat bahwa kadar glukosa yang tinggi, mengakibatkan penumpukan endapan di lensa mata.

 

Seluruh gangguan penglihatan di atas bisa menyebabkan hilangnya penglihatan. Namun, diagnosis dan pengobatan dini bisa membantu melindungi penglihatan.

Oleh sebab itu, selain mengontrol kadar gula darah, pasien diabetes juga harus memeriksakan matanya setidaknya setahun sekali agar dokter bisa menemukan masalah mata apa pun sejak dini, ketika masalah tersebut paling bisa diobati.

Baca Juga: 5 Fitur Apple Watch untuk Kontrol Gula Darah Pasien Diabetes

4. Neuropati diabetik

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi kaki nyeri (freepik.com/freepik)

Neuropati diabetik adalah komplikasi diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang serius dan juga umum. Ini merupakan jenis kerusakan saraf yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama. Kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan, terkadang selama beberapa dekade.

Pada pasien diabetes, ada empat jenis neuropati yang utama, yaitu:

1. Neuropati perifer

Ini merupakan jenis neuropati yang paling umum. Sekitar 50 persen pasien diabetes tipe 2 dan 20 persen pasien diabetes tipe 1 mengalami kerusakan saraf ini. Penyakit ini biasanya menyerang kaki, tetapi bisa juga menyerang tangan.

Dengan neuropati perifer, seseorang mungkin tidak merasakan cedera atau nyeri di kakinya. Selain itu, pasien diabetes sering kali mengalami sirkulasi yang buruk, sehingga luka akan lebih sulit disembuhkan. Kombinasi ini meningkatkan risiko infeksi, dan dalam kasus ekstrem infeksi bisa menyebabkan amputasi.

Pada pasien diabetes tipe 1 neuropati perifer biasanya didiagnosis sejak dini. Sekitar 20 persen pasien diabetes tipe 1 mengalami neuropati perifer setelah 20 tahun, dan risiko akan meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, anak-anak dan dewasa muda dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 pun bisa memiliki tanda-tanda dari neuropati perifer.

Kontrol gula darah bisa membantu mencegahnya. Bagi pasien diabetes tipe 1, kontrol glukosa yang tepat bisa mengurangi risiko neuropati perifer hingga 78 persen, sedangkan untuk pasien diabetes tipe 2 bisa mengurangi risiko 5 hingga 9 persen. 

2. Neuropati otonom

Neuropati otonom merupakan jenis neuropati kedua yang paling umum pada pasien diabetes. Sistem saraf otonom menjalankan sistem lain di tubuh yang tidak bisa dikendalikan secara sadar. Banyak organ dan otot yang dikendalikannya, termasuk sistem pencernaan, kelenjar keringat, organ intim dan kandung kemih, dan sistem kardiovaskular.

3. Neuropati proksimal

Ini bentuk neuropati yang jarang. Ini juga dikenal sebagai amiotrofi diabetik. Bentuk neuropati ini lebih umum pada pasien diabetes dewasa tipe 2 yang berusia di atas 50 tahun, dan lebih sering didiagnosis pada pria.

Neuropati proksimal sering memengaruhi pinggul, bokong, atau paha. Gejalanya bisa berupa nyeri tiba-tiba dan kadang parah. Kelemahan otot di kaki mungkin membuatnya sulit berdiri tanpa bantuan. Ini biasanya hanya memengaruhi satu sisi tubuh. Sesudah timbulnya gejala, biasanya gejalanya memburuk dan akhirnya membaik secara perlahan. 

4. Neuropati fokal

Neuropati fokal atau mononeuropati terjadi saat ada kerusakan pada satu saraf atau sekelompok saraf tertentu, sehingga mengakibatkan kelemahan pada area yang terkena. Ini paling sering memengaruhi tangan, kepala, batang tubuh, dan kaki.

Neuropati fokal muncul secara tiba-tiba dan biasanya sangat menyakitkan. Ini mengakibatkan kelemahan dan nyeri otot. Namun, kondisi ini cenderung membaik dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan dan biasanya tidak meninggalkan kerusakan permanen.

Jenis yang paling umum yaitu sindrom carpal tunnel. Namun, meski sebagian besar tidak merasakan gejala sindrom carpal tunnel, sekitar 25 persen pasien diabetes mengalami kompresi saraf pada tingkat tertentu di pergelangan tangannya. 

 

Gejala neuropati diabetik bervariasi, tergantung pada area yang terkena (jenisnya). Tanda dan gejala umum dari neuropati diabetik yaitu:

  • Kepekaan terhadap sentuhan.
  • Hilangnya indera peraba.
  • Kesulitan dengan koordinasi ketika berjalan.
  • Sensasi terbakar di kaki, terutama di malam hari.
  • Kelemahan atau pengecilan otot.
  • Kembung atau kenyang.
  • Mual, gangguan pencernaan, atau muntah.
  • Diare atau sembelit.
  • Pusing ketika berdiri.
  • Keringat berlebihan atau berkurang.
  • Masalah kandung kemih seperti pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas.
  • Kekeringan vagina.
  • Disfungsi ereksi.
  • Masalah penglihatan seperti penglihatan ganda.
  • Peningkatan detak jantung.
  • Ketidakmampuan untuk merasakan glukosa rendah.

Pada neuropati diabetik, kaki memiliki risiko lebih tinggi karena tidak mudah dilihat. Benda asing seperti paku bisa tersangkut di bagian bawah kaki atau iritasi bisa berkembang menjadi luka terbuka atau borok, dan luput dari perhatian karena kehilangan sensasi.

Oleh sebab itu, pasien diabetes perlu merawat kaki secara khusus dan memeriksanya secara teratur. Sirkulasi yang buruk merupakan masalah umum dan bisa memperlambat penyembuhan ulkus, infeksi, atau kematian jaringan, yang kemungkinan butuh amputasi.

5. Penyakit kardiovaskular

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi serangan jantung (freepik.com/jcomp)

Diabetes meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Walaupun mekanisme pasti bagaimana diabetes meningkatkan kemungkinan terbentuknya plak aterosklerotik belum diketahui secara pasti, tetapi hubungan keduanya sangat erat. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes tipe 1 dan 2, mengutip American Diabetes Association (ADA).

Di antara komplikasi diabetes makrovaskular, penyakit jantung koroner telah dikaitkan dengan diabetes dalam banyak penelitian. Banyak ahli kesehatan menganggap diabetes setara dengan risiko penyakit arteri koroner dan bukan sebagai faktor risiko.

Selain itu, diabetes juga merupakan prediktor independen yang kuat terhadap risiko stroke dan penyakit serebrovaskular, seperti penyakit arteri koroner. Pasien diabetes tipe 2  memiliki risiko stroke yang jauh lebih tinggi, dengan peningkatan risiko sebesar 150–400 persen. Risiko kekambuhan dan demensia terkait stroke serta kematian terkait stroke juga meningkat pada pasien diabetes.

Pasien diabetes tipe 1 juga menanggung beban penyakit jantung yang tidak proporsional. Penelitian menunjukkan bahwa mereka memiliki angka kematian lebih tinggi karena penyakit jantung iskemik pada semua usia daripada populasi umum. Pada individu yang berusia lebih dari 40 tahun, perempuan memiliki angka kematian pada penyakit jantung iskemik yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian observasional menunjukkan bahwa angka kematian serebrovaskular meningkat pada semua usia pada pasien diabetes tipe 1. 

Penyebab pasti bagaimana diabetes tipe 1 memengaruhi sistem kardiovaskular belum diketahui. Jika ada, tekanan darah tinggi, penyakit diabetik, dan kolesterol tinggi bisa berperan. Hiperglikemia sendiri dianggap sebagai penyebab utama peningkatan risiko, karena bisa merusak pembuluh darah dan saraf yang penting untuk sirkulasi dan kesehatan jantung. Hal ini bisa menyebabkan neuropati, yang juga bisa menyebabkan kelainan pada sistem pembuluh darah.

Meskipun hiperglikemia sering menjadi fokus penelitian tentang kesehatan jantung pasien diabetes tipe 1, tetapi para peneliti juga mengetahui bahwa hipoglikemia bisa membuat jantung stres dan juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Itu karena hipoglikemia dapat mengganggu sinyal listrik yang penting untuk jantung. Namun, para peneliti belum bisa mengetahui secara pasti seberapa besar peran hipoglikemia, terlepas dari faktor-faktor lain, dalam menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Sebuah penelitian besar di Swedia yang melacak 27.000 pasien diabetes tipe 1 menemukan bahwa mereka yang didiagnosis pada usia dini, memiliki jumlah komplikasi kardiovaskular yang lebih besar daripada mereka yang didiagnosis pada usia lanjut, mengutip Healthline. Sebagai contoh, mereka yang didiagnosis sebelum usia 10 tahun memiliki risiko 30 kali lebih besar terkena penyakit kardiovaskular yang serius daripada mereka yang didiagnosis setelah usia tersebut.

Oleh sebab itu, pasien diabetes harus memantau kesehatan jantungnya secara teratur. Tekanan darah harus diperiksa setiap kunjungan rutin ke dokter. Jenis dan frekuensi tes skrining lebih lanjut yang dilakukan bervariasi antar pasien.

Kemungkinan gejala dari penyakit kardiovaskular:

  • Nyeri dada.
  • Sesak napas. 
  • Pusing.
  • Kelemahan.
  • Mual.
  • Detak jantung yang cepat atau jantung berdebar.
  • Berkeringat.

Komplikasi jangka pendek

Apa Saja Komplikasi Diabetes Tipe 1?ilustrasi sakit kepala (freepik.com/jcomp)

Selain bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang, diabetes tipe 1 juga bisa menyebabkan komplikasi jangka pendek. Komplikasi jangka pendek terjadi jika kadar glukosa darah terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik pada kondisi saat ini.

Komplikasi jangka pendek bisa menimbulkan bahaya langsung dan oleh karena itu harus segera ditangani dengan cepat untuk menghindari keadaan darurat. Berikut komplikasi jangka pendek yang bisa terjadi karena diabetes tipe 1:

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa darah rendah dari yang seharusnya, yaitu lebih rendah dari 4 mmol/L (72 mg/dL).

Kondisi ini berkembang saat terlalu banyak insulin. Hipoglikemia juga bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk tidak makan tepat waktu, makan lebih sedikit dari yang seharusnya, minum alkohol, hingga berolahraga lebih dari biasanya.

Hipoglikemia terdiri dari tiga tingkat yaitu ringan, sedang, dan berat. Jika pasien diabetes mampu mengatasi hipoglikemia dalam tahap ringan atau sedang, maka ia bisa mencegah masalah yang jauh lebih serius. Namun, jika tidak bisa mengatasinya dan hipoglikemia berat terjadi, maka bisa menyebabkan koma, atau bahkan kematian (meskipun sangat jarang).

Tanda dan gejala hipoglikemia yaitu mencakup detak jantung cepat, gugup atau mudah tersinggung, kulit pucat, berkeringat, kecemasan, kantuk, sulit berkonsentrasi, kebingungan, sakit kepala, ucapan tidak jelas, serta mati rasa pada jari tangan, kaki, dan bibir. 

2. Hiperglikemia

Ini merupakan kondisi saat kadar glukosa darah terlalu tinggi. Glukosa tinggi terjadi saat tubuh memiliki terlalu sedikit insulin atau ketika tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan baik. Ini bisa terjadi saat pasien diabetes tipe 1 tidak memberikan cukup insulin pada tubuhnya.

Pada pasien diabetes tipe 2, ini terjadi ketika mereka memiliki cukup insulin namun tidak seefektif yang seharusnya. Selain itu, makan lebih banyak dari yang direncanakan atau berolahraga kurang dari yang direncanakan juga bisa menyebabkan hiperglikemia.

Mengalami stres karena suatu penyakit atau mengalami stres emosional seperti konflik dengan keluarga atau masalah sekolah atau hubungan, juga bisa memicu hiperglikemia.

Gejala hiperglikemia mencakup buang air kecil lebih sering dari biasanya (terutama malam hari), sangat lelah, dan merasa sangat haus. Jika kadar glukosa darah tetap tinggi dalam waktu yang lama, maka bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang.

3. Ketoasidoasis diabetik (DKA)

Jika hiperglikemia tidak segera ditangani, maka bisa menyebabkan ketoasidosis diabetik (DKA).

DKA terjadi saat tubuh tidak memiliki cukup insulin. Tanpa insulin, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai bahan bakar, sehingga tubuh memecah lemak untuk digunakan sebagai energi.

Ketika tubuh memecah lemak, produk limbah yang disebut keton diproduksi. Tubuh tidak bisa menoleransi keton dalam jumlah besar dan akan mencoba membuangnya melalui urine. Namun, sayangnya tubuh tidak bisa melepaskan semua keton dan menumpuk di dalam darah sehingga menyebabkan DKA.

DKA paling sering terjadi pada anak-anak yang menderita diabetes tipe 1. Namun, pasien dengan diabetes tipe 2 yang memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat sedikit juga bisa mengalami DKA.

Gejala khas DKA mencakup detak jantung cepat, hiperventilasi, dehidrasi, muntah, bau yang tidak biasa pada napas (bau buah), kebingungan dan disorientasi, koma. Gejala biasanya berkembang dalam 24 jam jika kadar glukosa darah menjadi terlalu tinggi.

DKA merupakan komplikasi serius jangka pendek yang bisa menyebabkan koma atau bahkan kematian jika tidak segera ditangani. Jika kamu atau anak memiliki tanda-tanda dari kondisi ini, segera lakukan dua tes, yaitu memeriksa kadar glukosa darah (jika di atas 250 mg/dl kemungkinan besar mengalami DKA) dan menggunakan strip keton untuk menguji urine (strip akan berubah menjadi ungu tua jika terlalu banyak keton di dalam tubuh).

Segera setelah memastikan DKA, hubungi dokter yang merawat. Jika tidak memiliki keton strip namun masih mencurigai adanya DKA, segera pergi ke IGD rumah sakit terdekat.

Dengan mengontrol secara ketat kadar glukosa darah, komplikasi jangka panjang maupun jangka pendek dari diabetes tipe 1 bisa dihindari.

Baca Juga: Studi: Jalan Cepat Bisa Turunkan Risiko Diabetes

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

Hobi nulis dan travelling

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya