Kleptomania: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Munculnya dorongan kuat untuk mencuri

Mengambil barang milik orang lain tanpa izin atau mencuri berpotensi menjadi sebuah adiksi atau kecanduan. Bila sampai kecanduan, ini disebut sebagai kleptomania.

Mencuri pada kasus kleptomania mungkin tidak seekstrem seperti membobol rumah orang mengutip barang mewah. Namun, kleptomaniak, sebutan untuk penderita kleptomania, lebih sering mengambil barang yang tidak dibutuhkan dan bernilai kecil.

Kleptomania merupakan gangguan mental yang cukup langka, tetapi kondisi ini mampu menimbulkan rasa sakit emosional pada pengidapnya juga orang-orang di sekitarnya bila tidak diobati.

1. Penyebab

Penyebab pasti kleptomania belum diketahui, tetapi para peneliti masih terus mencoba melihat kemungkinan hubungan antara gangguan kontrol impuls layaknya kleptomania dengan neurotransmiter di otak.

Neurotransmiter berfungsi membantu sel-sel saraf di otak mengirim pesan satu sama lain. Ketika neurotransmiter mengalami ketidakseimbangan, bahan kimia ini dapat memengaruhi cara otak mengontrol impuls.

Diperkirakan bahwa stres berat dapat memicu perilaku impulsif, termasuk kleptomania. Kemudian, kleptomaniak kerap memiliki gangguan mental lain, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, dan gangguan penyalahgunaan zat.

Melihat fakta tersebut, ada kemungkinan kalau kleptomania berkembang karena terkait dengan gangguan mental lain yang mendasarinya, dikutip Cleveland Clinic.

2. Gejala

Kleptomania: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi kleptomania (pexels.com/Alena Darmel)

Dilansir Mayo Clinic, gejala kleptomania bisa berupa:

  • Ketidakmampuan untuk menahan dorongan kuat untuk mencuri barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
  • Merasakan peningkatan perasaan tegang, cemas, atau gairah yang mengarah pada pencurian.
  • Merasa senang, lega, atau puas saat mencuri.
  • Merasa sangat bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu, atau takut ditangkap setelah berhasil mencuri.
  • Kembalinya dorongan dan pengulangan siklus kleptomania.

Adapun beberapa karakter kleptomaniak mungkin meliputi:

  • Tidak mencuri secara kompulsif untuk keuntungan pribadi. Kleptomaniak juga tidak berani untuk membalas ketika ada pemberontakan dari orang yang barangnya hendak dicuri. Sebab, mereka mencuri hanya karena dorongan itu begitu kuat dan tidak bisa menahannya.
  • Dorongan mencuri sering terjadi secara spontan, tanpa perencanaan, dan tanpa bantuan dari orang lain.
  • Sebagian besar kleptomaniak mencuri dari tempat umum, seperti toko dan supermarket. Beberapa lainnya mungkin mencuri dari teman atau kenalan.
  • Barang yang dicuri mungkin tidak bernilai bagi kleptomaniak dan mereka sebenarnya mampu membelinya.
  • Barang curian umumnya hanya disimpan dan tidak pernah digunakan. Kadang, barang curian akan disumbangkan, diberikan kepada keluarga atau teman, atau diam-diam dikembalikan ke tempat asal barang-barang itu diambil.
  • Dorongan untuk mencuri bisa muncul kapan saja dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil dari waktu ke waktu.

3. Faktor risiko

Faktor genetika dan biologi bisa berperan dalam perkembangan kleptomania. Mengutip Healthline, berbagai faktor yang dapat berkontribusi adalah:

  • Memiliki penyakit mental lain, termasuk gangguan bipolar, gangguan kecemasan, gangguan penggunaan zat, gangguan obsesif kompulsif, atau gangguan kepribadian (tampaknya hubungan yang paling kuat adalah gangguan obsesif kompulsif).
  • Memiliki kadar serotonin yang rendah, sehingga bisa meningkatan perilaku impulsif.
  • Gangguan adiktif, karena mencuri dapat melepaskan aliran dopamin yang menjadi adiktif.
  • Ketidakseimbangan dalam sistem opioid di otak, yang mengontrol dorongan atau hasrat.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kleptomania atau kecanduan.
  • Perempuan, sebab sekitar 2 dari 3 orang yang didiagnosis kleptomania adalah perempuan.
  • Pernah mengalami trauma kepala seperti gegar otak.
  • Pernah mengalami trauma psikologis, terutama pada usia muda, juga dapat berkontribusi pada perkembangan kleptomania.

Baca Juga: Buta Warna: Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Kebanyakan orang dengan kleptomania tidak mau berobat

Kleptomania: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi psikolog (pexels.com/SHVETS production)

Seandainya kamu menyadari dirimu sering mencuri atau mengutil dan tidak mampu berhenti melakukannya, sebaiknya segera cari pertolongan medis.

Kleptomania adalah gangguan kesehatan mental, sehingga harus diperiksakan kepada psikolog atau psikiater. Sayangnya, kebanyakan pengidap tidak mau berobat karena malu atau takut ditangkap atau dipenjara karena perilaku mereka.

Penting diketahui bahwa profesional kesehatan mental umumnya tidak akan melaporkan pencurian yang dilakukan oleh kleptomaniak kepada pihak berwajib. Jadi, tidak perlu takut untuk mencari bantuan dari profesional, ya!

5. Diagnosis

Psikolog, psikiater, atau profesional kesehatan mental lain bisa mendiagnosis kleptomania. Dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi perasaan apa yang dirasakan oleh pengidap sebelum, selama, dan setelah pencurian.

Ahli kesehatan mental juga akan mencoba untuk memastikan bahwa perilaku mencuri tersebut tidak disebabkan oleh kemarahan, delusi, halusinasi, atau gangguan kesehatan mental lainnya, mengutip dari Verywell Health.

6. Pengobatan

Kleptomania: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi terapi perilaku kognitif untuk kleptomania (freepik.com/pressfoto)

Mengatasi kleptomania tanpa bantuan medis sangatlah sulit. Menurut WebMD, pengobatan yang akan diberikan oleh ahli kesehatan mental dapat mencakup:

Terapi perilaku kognitif

Terapis akan membantu pasien mengatasi pemicu dirinya mencuri. Hal ini bertujuan untuk menghentikan perilaku merusak melalui teknik desensitisasi sistematis dan teknik sensitisasi rahasia.

Dalam desensitisasi sistematis, pasien akan mempraktikkan teknik relaksasi yang membantu mengendalikan dorongan untuk mencuri. Sementara pada teknik sensitisasi rahasia, pasien diminta untuk membayangkan diri mereka dalam menghadapi konsekuensi negatif setelah mencuri, sehingga ini memungkinkan pengidap menghindari kebiasaan buruk tersebut.

Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat selective serotonin reuptake inhibitor guna menyeimbangkan opioid di otak agar memiliki keseimbangan bahan kimia yang tepat.

Selain itu, obat untuk mengatasi kecanduan juga bisa diresepkan. Meski tidak dapat menyembuhkan kleptomania, obat untuk kecanduan dapat membantu meredakan gejalanya.  

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Kleptomania yang tidak diobati berpotensi mengakibatkan masalah emosional, keluarga, pekerjaan, hukum, dan keuangan yang parah.

Seorang kleptomaniak sebetulnya tahu kalau mencuri itu salah, tetapi ia tidak mampu menahan dorongan tersebut. Ini akan memunculkan rasa bersalah, malu, membenci diri sendiri, dan terhina. Selain itu, kleptomaniak bisa saja ditangkap karena mencuri karena ini pada dasarnya melanggar hukum.

Dilansir Drugs, sejumlah komplikasi dan kondisi lain yang terkait dengan kleptomania mungkin termasuk:

  • Gangguan kontrol impuls lainnya, seperti perjudian kompulsif atau belanja.
  • Penyalahgunaan alkohol dan zat.
  • Gangguan kepribadian.
  • Gangguan makan.
  • Depresi.
  • Gangguan bipolar.
  • Kecemasan.
  • Pikiran untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.

Kebanyakan kleptomaniak mungkin enggan berobat karena malu atau takut dilaporkan ke pihak berwajib. Oleh karenanya, peran orang terdekat seperti anggota keluarga atau sahabat yang tahu atau curiga menjadi sangat penting.

Bila kamu curiga orang yang kamu kenal memiliki kleptomania, sampaikan kekhawatiranmu dengan lembut, jangan menyalahkan atau menuduh. Penting untuk diingat bahwa kondisi ini adalah gangguan mental, bukan cacat karakter.

Baca Juga: 5 Jenis Gangguan Kebiasaan dan Impuls, Kleptomania Salah Satunya!

Topik:

  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya