Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder 

Anak sering mendebat dan menentang orang tua

Masa kanak-kanak digambarkan sebagai masa bermain yang penuh eksplorasi, rasa ingin tahu, dan manajemen emosi yang belum sepenuhnya stabil. Dari sini, anak umumnya dilabeli nakal, pembangkang, atau tidak patuh pada orang tua. Padahal, ini hal normal bisa masih pada batas wajar.

Namun, orang tua perlu waspada jika pola kemarahan, pembangkangan, bahkan pembalasan dendam dilakukan anak secara terus-menerus, khususnya pada orang tua. Pasalnya, kondisi ini bisa mengarah pada gangguan perilaku oppositional defiant disorder (ODD). Penjelasannya bisa disimak di bawah ini.

1. Apa saja gejala ODD? 

Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder pexels.com/Ba Phi

Terkadang sulit memang membedakan antara anak dengan kemauan gigih dan anak dengan ODD. Biasanya, tanda-tanda ODD ditunjukkan anak ketika memasuki fase prasekolah. ODD bisa berkembang ketika anak menginjak remaja. Namun, kebanyakan kasus ODD terjadi sebelum masa awal remaja.

American Psychiatric Association melalui Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition (DSM-5) mencantumkan kriteria untuk diagnosis. Kriteria tersebut mencakup gejala emosional dan perilaku yang berlangsung minimal selama 6 bulan. Spesifiknya diuraikan dalam tiga bagian, yaitu:

  • Marah dan mudah tersinggung: sensitif, mudah terganggu oleh orang lain, kesal, serta sering dan mudah marah.
  • Perilaku menentang dan argumentatif: sering berdebat dengan orang dewasa, sering menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kelakuannya, sering dengan sengaja membuat orang lain kesal, dan sering kali secara aktif menentang atau menolak untuk mematuhi permintaan atau aturan orang dewasa.
  • Vindictiveness: pendendam dan menunjukkan perilaku dengki setidaknya dua kali dalam 6 bulan terakhir.

Tingkat ODD sendiri bisa bervariasi. Dari mulai yang ringan (gejala cenderung hanya muncul di satu tempat seperti di rumah, sekolah, atau saat bersama teman sebaya), sedang (beberapa gejala terjadi setidaknya dalam dua tempat), dan berat (beberapa gejala muncul dalam tiga atau lebih tempat).

Perilaku ODD sering kali mengganggu hubungan anak dengan orang tua, kegiatan sosial, dan sekolah. Beberapa di antara mereka mungkin menunjukkan gejala awal hanya di rumah. Seiring berjalannya waktu, gejala yang diperlihatkan anak bisa meluas.

2. Penyebab dan faktor risiko ODD

Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder unsplash.com/Patrick Fore

Dilansir Mayo Clinic, tidak ada penyebab pasti ODD. Namun, diduga beberapa faktor bisa menjadi kontributor seorang anak mengembangkan gangguan perilaku tersebut.

Genetika menjadi faktor utama watak alami anak bisa diwariskan dari gen orang tua. Kemudian ada faktor biologis yang melibatkan kondisi neurobiologis dalam otak. Selanjutnya, faktor lingkungan seperti masalah dalam pengasuhan yang mungkin melibatkan kedisiplinan, kurang pengawasan, pelecehan, atau pengabaian.

Dilansir WebMD diperkirakan kasus ODD terjadi pada anak dan remaja sebanyak 2-16 persen. Pada anak kecil, ODD lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Pada remaja awal, ODD bisa memengaruhi laki-laki maupun perempuan (biasanya dimulai pada usia 6-8 tahun).

Beberapa faktor risiko juga bisa membentuk anak mengembangkan ODD, meliputi kesulitan mengatur emosi, masalah pengasuhan, masalah keluarga yang berdampak pada fisik maupun psikis anak, dan lingkungan (misalnya teman atau guru).

Baca Juga: Virus Corona Bertahan di Saluran Pernapasan Anak-anak Berminggu-minggu

3. Anak dengan ODD sering bermasalah, terutama berkaitan dengan akademis

Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder unsplash.com/Chinh Le Duc

Selain kesulitan menjalin pertemanan yang sehat, masalah lain yang sering kali mengintai anak dengan ODD adalah performa buruk di bidang akademis. Selain itu, anak bisa mengembangkan perilaku antisosial, masalah kontrol impuls, gangguan penggunaan zat berbahaya, bahkan hingga bunuh diri.

Beberapa anak dengan ODD diketahui mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, kegelisahan, gangguan belajar dan komunikasi, gangguan perilaku, dan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).

Jika anak menunjukkan tanda-tanda yang mungkin mengarah pada indikasi ODD, konsultasikan dengan ahli seperti psikolog atau psikiater anak.

4. Ahli kesehatan mental mungkin akan melakukan evaluasi psikologis yang komprehensif 

Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder unsplash.com/Sharon McCutcheon

Untuk menegakkan diagnosis, ahli kesehatan mental mungkin akan melakukan upaya evaluasi psikologis anak secara menyeluruh. Dikarenakan ODD sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lain, gejalanya mungkin akan sulit dibedakan.

Evaluasi medis dapat terdiri dari:

  • Pemeriksaan kesehatan menyeluruh, termasuk studi neuroimaging dan tes darah yang dilakukan oleh dokter;
  • Ada atau tidak adanya gangguan kesehatan mental lain;
  • Bagaimana situasi dan interaksi dalam keluarga;
  • Frekuensi dan intensitas perilaku;
  • Emosi dan perilaku di berbagai tempat dan hubungan;
  • Strategi yang telah berhasil atau gagal dalam pengelolaan perilaku bermasalah.

5. Pengobatan dan perawatan ODD 

Anak Pendendam dan Bandel? Waspada Oppositional Defiant Disorder unsplash.com/Rashid Sadykov

Pengobatan biasanya tidak digunakan untuk anak dengan ODD, kecuali jika memiliki gangguan kesehatan mental lainnya. Jika anak mengalami gangguan lain yang menyertai seperti ADHD, depresi, atau kecemasan, pemberian resep obat dapat dilakukan dokter untuk membantu mengendalikan gejala.

Sementara, intervensi berbasis keluarga merupakan perawatan yang diyakini cukup ampuh untuk mengatasi ODD. Psikoterapi dan pelatihan yang melibatkan anak dan orang tua juga dapat diterapkan.

Perawatan anak dengan ODD sering kali makan waktu beberapa bulan atau lebih, karena berfokus pada penanganan masalah yang muncul bersamaan dengan gangguan belajar (dapat memperburuk gejala ODD jika tidak ditangani).

Beberapa opsi perawatannya meliputi pelatihan orang tua, pelatihan pemecahan masalah kognitif, pelatihan keterampilan sosial, kelompok teman sebaya (peer group), terapi individu dan keluarga, serta terapi interaksi orang tua dan anak.

Sebagai bagian dari pelatihan, orang tua dapat mengasuh anak dan membantu mengelola emosi serta perilaku, yang diwujudkan dengan pemberian instruksi yang jelas dan membuat anak paham akan konsekuensi dari tindakan tertentu. Selain itu, jangan ragu memberi pujian bila anak berperilaku baik, agar anak bisa kembali melakukan perbuatan positif.

Membiasakan gaya hidup yang lebih positif bisa dimulai dari keluarga. Orang tua berperan penting dalam membentuk kepribadian dan watak anak. Mulai dari hal sederhana seperti memberi pujian, mencontohkan perilaku terpuji, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama anak bisa dipraktikkan. Orang tua dapat menentukan aturan dan batasan sesuai kemampuan anak sebagai bentuk pola asuh yang mengedepankan kedisiplinan.

Baca Juga: 7 Penyakit Ini Paling Sering Menyerang Anak Indonesia, yuk Jaga Mereka

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya