Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia 

Dapat menurunkan kualitas hidup dan risiko bunuh diri

Isu kesehatan mental sudah menjadi urgensi yang tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Faktanya, baik perempuan maupun laki-laki di segala usia memiliki kemungkinan mengembangkan masalah kesehatan mental. Depresi salah satunya, tidak hanya mengintai para Millenials dan Gen Z, tetapi juga kelompok lanjut usia atau lansia.

Sering disebut sebagai geriatri, lansia mengalami ketidakseimbangan mental maupun emosional. Menurut sebuah studi dalam BC Medical Journal tahun 2017, late-life depression (LLD) atau depresi pada usia lanjut terjadi di kisaran usia di atas 60 tahun.

Mari mengenal hal-hal seputar depresi geriatri lewat pembahasan di bawah ini.

1. Gejala depresi geriatri cenderung sama pada semua kelompok usia 

Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia pexels.com/Shashank Kumawat

Dirangkum dari berbagai sumber, lansia diduga mengembangkan depresi jika menunjukkan beberapa gejala meliputi:

  • Perasaan tidak berharga;
  • Kesedihan;
  • Kelelahan;
  • Kegelisahan;
  • Apati atau ketiadaan emosi;
  • Sifat lekas marah;
  • Kurang konsentrasi;
  • Masalah tidur;
  • Penarikan diri atau isolasi;
  • Perubahan nafsu makan;
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri;
  • Sakit dan nyeri fisik yang tidak bisa dijelaskan oleh kondisi medis lain.

Sebuah studi dalam Asian Nursing Research tahun 2009 mengemukakan temuan yang cukup mencengangkan terkait depresi pada lansia. Studi tersebut memperkirakan prevalensi depresi di antara partisipan mencapai 63 persen. Sebanyak 21 persennya memiliki gejala depresi parah.

2. Apa penyebabnya? 

Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia unsplash.com/JD Mason

Penyebab tunggal depresi tidak diketahui secara pasti. Namun, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara genetik dengan depresi di samping faktor lainnya seperti biologis, sosial, dan psikologis.

Riwayat keluarga dengan depresi, peristiwa traumatis (pelecehan atau kematian orang yang dicintai), dan masalah di otak seperti rendahnya bahan kimia neurotransmiter (serotonin dan norepinefrin) diduga dapat menjadi penyebab depresi.

Malasah terkait penuaan, seperti terbatasnya mobilitas, perubahan tempat tinggal (misal dari rumah ke panti jompo), transisi dari bekerja ke masa pensiun, kesulitan finansial, perceraian, dan kondisi medis kronis bisa menjadi faktor risiko yang dapat berimbas pada pengembangan depresi geriatri.

Baca Juga: 5 Cara Membujuk Orang Tua yang Gak Biasa dengan Pola Hidup Sehat

3. Diagnosis depresi geriatri 

Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia unsplash.com/Zahra Amiri

Dokter mungkin akan mengalami kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Pasalnya, gejala yang ditunjukkan memiliki beberapa kesamaan dengan masalah kesehatan mental pada umumnya.

Di samping gejala, ahli kesehatan mental akan menilai hal lainnya seperti perilaku, suasana hati, aktivitas sehari-hari, dan riwayat kesehatan keluarga.

Beberapa pertanyaan mungkin akan diajukan, seperti berapa lama pasien mengalami perasaan tertekan, apa yang menyebabkan depresi, dan apakah pasien pernah mengalami depresi di masa lalu.

Lansia yang diduga mengalami depresi geriatri harus menunjukkan gejala depresi setidaknya selama 2 minggu.

4. Langkah pengobatan 

Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia pexels.com/Steshka Willems

Depresi geriatri, selayaknya depresi, belum ada obat khususnya. Pengobatan dan perawatan sering kali melibatkan beberapa kombinasi, yakni terapi, konsumsi obat-obatan, dan perubahan gaya hidup lebih sehat.

Terapi seni dan psikoterapi mungkin akan direkomendasikan ahli kesehatan jiwa untuk meminimalkan gejala.

Pengobatan untuk meredakan depresi geriatri mungkin meliputi:

  • Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI);
  • Selective serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs);
  • Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs);
  • Antidepresan trisiklik;
  • Bupropion;
  • Mirtazapine.

Di samping intervensi medis, perubahan gaya hidup seperti meningkatkan aktivitas fisik, melakukan hobi atau minat baru yang positif, tidur cukup, makan makanan bergizi, dan rajin berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga atau kerabat diduga kuat mampu mengendalikan depresi pada lansia.

5. Merawat lansia yang mengalami depresi geriatri 

Depresi Geriatri, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Lansia unsplash.com/Jed Owen

Pada langkah awal, menurut keterangan dari American Association for Geriatric Psychiatry, keluarga dapat membantu pasien depresi geriatri dengan memastikan pasien mendapatkan pemeriksaan fisik lengkap.

Jika lansia dengan depresi geriatri memilih untuk menarik diri dari aktivitas sosial, keluarga atau teman dekat dapat menemani pasien melakukan beberapa aktivitas seperti berkunjung ke dokter untuk konsultasi.

Depresi geriatri bukan bagian normal dari siklus kehidupan para lansia. Penting untuk diingat bahwa depresi merupakan kondisi medis yang perlu pengobatan agar tidak berdampak buruk pada penderitanya.

Memperhatikan gejala yang diyakini merupakan indikasi depresi geriatri sangat penting agar lansia bisa segera mendapat diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Gejala Depresi Tiga Kali Lebih Tinggi selama Lockdown, Ini Alasannya

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya