Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecil

Dampak negatifnya dirasakan hingga dewasa

Masa kanak-kanak merupakan waktu yang rentan. Apa pun yang terjadi pada masa itu bisa menimbulkan bekas yang mendalam. Hal tersebut secara tidak langsung akan berdampak signifikan di kehidupan mendatang.

Ada suatu kondisi yang berkorelasi dengan kejadian tidak mengenakkan di masa kecil. Ialah adverse childhood experiences (ACEs) atau pengalaman buruk di masa kanak-kanak yang begitu membekas hingga mengganggu pertumbuhan. Kondisi ini digambarkan sebagai momen traumatis yang efeknya bertahan lama hingga dewasa.

1. Contoh pengalaman traumatis di masa kecil

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecililustrasi anak laki-laki mengenakan sepatu olahraga (pexels.com/Kampus Production)

Adverse childhood experiences (ACEs) merujuk pada pengalaman traumatis yang dialami anak-anak sebelum menginjak usia 18 tahun. Akibat peristiwa tersebut, dampaknya bisa memengaruhi kesehatan mental pun fisik secara jangka panjang.

Terdapat beberapa jenis peristiwa traumatis di masa kanak-kanak yang dikaitkan dengan ACEs, mencakup:

  • Mengalami pelecehan fisik atau emosional sedari kecil.
  • Korban pengabaian orangtua atau pengasuh lainnya.
  • Korban perceraian orangtua.
  • Kehilangan anggota keluarga karena bunuh diri.
  • Memiliki orang tua dengan masalah kejiwaan.
  • Orangtua dipenjara.
  • Tumbuh di lingkungan keluarga dengan penyalahgunaan zat atau alkoholisme.

2. Urgensi kasus

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecililustrasi anak membaca buku (pexels.com/mentatdgt)

Efek trauma akibat pengalaman buruk di usia kanak-kanak dapat mengganggu perkembangan otaknya. Hal demikian menempatkan seorang individu pada risiko yang jauh lebih kompleks. Ini bisa memengaruhi perhatian, pengambilan keputusan, sampai manajemen stres.

Menurut penelitian dalam Journal of the American Association of Nurse Practitioners, ACEs telah dikaitkan dengan beberapa konsekuensi kesehatan, seperti:

  • Gangguan perkembangan
  • Kondisi psikologis
  • Perilaku berisiko
  • Masalah kesehatan fisik

ACEs juga dapat berimplikasi lain bagi individu terkait, seperti masalah dalam bidang pendidikan, pekerjaan, serta hubungan interpersonal lain. Pada intinya, semakin banyak kasus ACEs yang dialami seorang anak, maka semakin tinggi pula konsekuensi negatifnya.

Baca Juga: Kondisi Fisik dan Psikologis setelah Nonton Film Action

3. Dampak peristiwa traumatis di masa kecil terhadap kesehatan fisik dan mental

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecililustrasi anak menggunakan kacamata dan bermain gawai (pexels.com/Kampus Production)

ACEs memiliki ragam implikasi yang perlu diwaspadai, baik yang berkaitan dengan kesehatan fisik maupun mental. Beberapa konsekuensi potensial ACEs yang berkaitan dengan kesehatan fisik di antaranya adalah peningkatan risiko penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung, penyakit menular seksual, hingga masalah kesehatan ibu dan anak.

Sementara itu, konsekuensi potensial ACEs terhadap kesehatan mental berhubungan dengan peningkatan depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan penyalahgunaan zat berbahaya, perilaku adiktif, sampai keinginan untuk bunuh diri. Penting untuk dipahami bahwa ACEs bisa berdampak dari generasi ke generasi. Hal ini karena pola kejadian traumatis masa kanak-kanak seorang individu bisa saja diturunkan kepada keturunannya.

4. Pencegahan 

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecililustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ACEs dapat dicegah dengan beberapa strategi yang melibatkan aksi nyata kelompok dalam masyarakat, meliputi:

  • Pengaturan kebijakan dalam pekerjaan guna membantu meningkatkan kondisi finansial setiap keluarga.
  • Menciptakan lingkungan pekerjaan yang lebih ramah.
  • Menetapkan kebijakan cuti keluarga.
  • Mempromosikan kampanye dan pendidikan anti-kekerasan.
  • Pengajaran keterampilan mengasuh anak secara positif.
  • Pembekalan pembelajaran sosio-emosional.
  • Menggencarkan program penguatan bagi perkembangan anak, seperti pendidikan anak usia dini, prasekolah, serta pilihan pengasuhan.
  • Memprioritaskan layanan kepemudaan, seperti mentor perkembangan karier atau program pemulihan penyalahgunaan zat.

Penelitian dalam academic pediatrics tahun 2017 mengungkap, ada empat kategori pengalaman masa kanak-kanak yang positif yang terdiri atas:

  • Berada dalam lingkungan dan hubungan yang saling memelihara dan mendukung.
  • Hidup, berkembang, bermain, dan belajar di lingkungan yang aman, stabil, protektif, dan adil.
  • Memiliki peluang dalam keterlibatan sosial yang konstruktif dan mengembangkan rasa keterhubungan.
  • Memiliki kapasitas dalam mempelajari kompetensi sosial dan emosional.

5. Strategi mekanisme koping 

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecililustrasi orangtua bermain bersama anaknya (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidak menutup kemungkinan bahwa individu dengan ACEs mungkin memiliki keinginan mencari bantuan melalui jalur medis. Terapis misalnya, dapat membantu mengatasi efek peristiwa traumatis di masa lalu. Sementara seorang dokter mungkin akan meresepkan obat untuk membantu mengelola gejala terkait dengan ACEs, seperti depresi atau kecemasan.

Perubahan gaya hidup dapat membantu seseorang keluar dari jerat ACEs. Ini melibatkan kegiatan meditasi, latihan pernapasan, dan olahraga. Pembuatan jurnal juga digadang-gadang dapat menjadi strategi efektif untuk mengeluarkan keluh kesah batin secara positif.

Perlu digarisbawahi bahwa menjadi korban ACEs dapat pulih dan disembuhkan. Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami kondisi ini, jangan ragu untuk membicarakannya dengan penyedia layanan kesehatan. Di samping itu, cobalah untuk memulai menerapkan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

ACEs adalah kasus yang terbilang umum dan memengaruhi orang-orang hampir di seluruh dunia. Meskipun demikian, kondisi ini tidak boleh diabaikan karena dapat berdampak negatif di kehidupan mendatang. Orang yang mengalaminya perlu mendapatkan penanganan secara tepat guna meminimalkan dampak negatif yang mengancam mereka.

Baca Juga: Mengenal Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Jarang Disadari

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya