Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Kelainan bawaan yang sebabkan masalah pada organ usus halus

Atresia duodenum merupakan kelainan langka yang bisa menjangkit bayi yang baru lahir. Keadaan ini termasuk dalam malformasi duodenum, yang merupakan bagian dari organ usus halus. Bayi yang terdiagnosis kondisi ini akan mengalami masalah pada proses pencernaan yang bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. 

Atresia duodenum bisa mendatangkan konsekuensi yang mengkhawatirkan. Salah satunya adalah menyebabkan muntah yang parah pada bayi baru lahir. Di samping itu, karakteristik khas lainnya adalah timbul beberapa tanda yang tidak biasa selama fase kehamilan. 

1. Gejala 

Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIlustrasi bayi sedang terbaring (pexels.com/Pixabay)

Secara umum, gejala atresia duodenum dapat diidentifikasi menjadi dua bagian, yakni gejala prenatal (sebelum kelahiran) dan post-natal (setelah kelahiran). 

1. Gejala prenatal

Atresia duodenum sering berimplikasi terhadap angka kejadian polihidramnion, yakni terakumulasinya cairan ketuban yang abnormal. Gejala ini dapat diindikasikan dengan pembesaran ukuran perut ibu hamil yang dinilai melebihi batas normal kehamilan.

Gejala yang selanjutnya berkaitan dengan gelembung ganda. Melalui pemeriksaan USG, gejala gelembung ganda dapat lebih mudah teramati dengan bantuan tenaga medis profesional.

2. Gejala post-natal

Beberapa kemungkinan gejala yang dapat menjadi sinyal bahaya bayi terlahir mengalami atresia duodenum, yakni:

  • Pembengkakan perut.
  • Muntah dalam kapasitas di luar normal.
  • Muntahan bayi sering kali terlihat kehijauan karena bercampur dengan cairan empedu.
  • Periode muntah berulang dan intens meskipun sudah dihentikan konsumsi air susu ibu atau susu formula.

2. Penyebab 

Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIlustrasi kaki mungil bayi (pexels.com/Pixabay)

Penyebab atresia duodenum belum diketahui secara pasti. Namun, kemungkinan besar hal ini berkaitan dengan permasalahan selama perkembangan embrio di dalam kandungan.

Atresia duodenum termasuk dalam obstruksi atau penyumbatan pada organ usus halus yang diakibatkan oleh malformasi perkembangan. Secara anatomis, keadaan ini melibatkan terganggunya kinerja lumen atau saluran di dalam pembuluh saluran pencernaan.

Kendati penyebabnya belum diketahui pasti, diduga kuat genetika berperan cukup signifikan terhadap perkembangan kondisi ini. Dengan demikian, atresia duodenum dapat menjadi kondisi yang berdiri sendiri dan/atau kondisi yang terjadi bersamaan dengan cacat bawaan sejak lahir. 

Baca Juga: Tahap Pertumbuhkembangan Bayi Usia 0-12 Bulan, Yuk Cermati!

3. Diagnosis 

Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIlustrasi proses kelahiran bayi (pexels.com/Jonathan Borba)

Dalam menegakkan proses diagnosis atresia duodenum selama kehamilan, dokter biasanya akan melakukan prosedur medis tahap awal dengan ultrasonografi prenatal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada minggu ke-20 kehamilan. Akan tetapi, atresia duodenum kemungkinan tidak terlihat jelas bahkan sampai trimester akhir. 

Sementara itu, prosedur lain yang mungkin akan diberlakukan untuk memastikan atresia duodenum meliputi:

  • Pengujian genetika.
  • Ultrasonografi janin dengan resolusi tinggi.
  • Ekokardiografi janin.
  • Amniosentesis.

4. Pengobatan 

Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIlustrasi kaki bayi (pexels.com/Pixabay)

Pengobatan atresia duodenum cenderung diobati setelah bayi lahir. Namun, ada beberapa intervensi prenatal yang dapat diberlakukan guna membantu mengurangi risiko komplikasi saat bayi lahir.

Dokter akan melakukan pengamatan ketat, termasuk melakukan pengukuran uterus dan tekanan uterus internal. Terkadang prosedur medis amnioreduksi dilakukan untuk mengeluarkan sebagian cairan selama kehamilan.

Opsi selanjutnya adalah dengan jalur pembedahan. Setelah operasi dilakukan, bayi yang bersangkutan akan dikembalikan kembali ke unit perawatan intensif neonatal (ada kemungkinan diberikan pemakaian ventilator selama beberapa hari). 

5. Kondisi medis yang berhubungan

Atresia Duodenum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIlustrasi jari bayi (pexels.com/Pixabay)

Dilansir laman Cleaveland Clinic, atresia duodenum adalah kondisi medis yang jarang terjadi. Kondisi ini mempengaruhi bayi laki-laki maupun perempuan secara setara.

Hampir 1 dari 3 diagnosis atresia duodenum terjadi pada bayi yang mengalami down syndrome. Hal demikian yang menjadikan kedua permasalahan medis tersebut sering dikaitkan.

Belum diketahui pasti mengenai cara mencegah atresia duodenum. Meskipun terbilang kasus yang jarang, kondisi ini perlu diperhatikan terlebih bagi ibu hamil. Penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan bayi yang ada di kandungan. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada dokter kandungan untuk memastikan segala permasalahan yang dirasakan ketika fase kehamilan berlangsung.

Baca Juga: Haruskah Membedong Bayi agar Kaki Bayi Tidak Bengkok?

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya