Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?

Benarkah bisa jadi alternatif aman untuk merokok?

Popularitas vape saat ini sedang sangat menanjak. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, jumlah penggunanya sudah mencapai lebih dari sembilan juta orang. Sedangkan di dunia, diperkirakan jumlahnya mencapai 20,8 juta orang.

Tingginya angka pengguna vape ini disebabkan karena banyak orang mengklaim bahwa ia adalah alternatif yang lebih sehat daripada merokok. Asap yang dikeluarkan juga disinyalir tidak akan membuat orang sekitar terganggu.

Namun nyatanya masih banyak misinformasi mengenai rokok elektrik tersebut. Banyak pengguna yang menolak untuk percaya ada bahaya di balik vape. Sedangkan orang yang sentimen terhadapnya percaya bahwa vaping sama buruknya dengan merokok. Lantas mana yang benar? Berikut ini pembahasan mitos mengenai vape yang perlu kamu ketahui!

1. Mitos 1: Vape tidak mengandung nikotin

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?techcrunch.com

Banyak orang yang percaya bahwa vape tidak mengandung nikotin, atau ada beberapa jenisnya yang tidak mengandung zat tersebut. Namun sebenarnya asumsi tersebut salah. 

Rokok elektrik tersebut masih mengandung nikotin walaupun dalam jumlah yang tidak lebih banyak daripada rokok. Tingkat nikotin dalam vape biasanya memiliki satuan mg/ml. Semakin besar angkanya, semakin tinggi pula konsentrasi zat berbahaya tersebut.

2. Mitos 2: Uap yang dihirup murni dan tidak berbahaya

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?scientist.com

Data dari CDC mengatakan bahwa cairan yang dihisap saat vaping mengandung propilen glikol, nikotin, zat perasa, zat karsinogenik (penyebab kanker), logam berat, dan zat-zat tambahan lainnya. Mari kita bahas komposisi yang masih asing di telinga kita satu per satu. 

Propilen glikol adalah bahan yang umum ditemukan di dalam kosmetik, makanan, dan formulasi farmasi. Food and Drugs Administration (FDA) mengatakan bahwa zat ini aman jika digunakan dalam kondisi tertentu. Namun ketika ia dilarutkan dan diuapkan, propilen glikol dapat menyebabkan iritasi pada mata dan sistem pernapasan.

Ada pula zat perasa yang menjadi daya tarik dari vape. Meskipun aman untuk dikonsumsi atau masuk ke sistem pencernaan, zat tersebut ternyata bisa membahayakan paru-paru ketika dihirup. Sedangkan logam berat seperti nikel, tembaga, dan timah dapat meningkatkan risiko kanker, kerusakan otak, dan jantung, dilansir dari Science Alert.

3. Mitos 3: Rokok elektrik dapat menjadi alternatif untuk berhenti merokok

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?heart.org

Banyak orang yang menganggap bahwa vape bisa menjadi salah satu cara untuk berhenti merokok. Namun studi yang mendalami mengenai hal ini ternyata menunjukkan hasil yang ambigu. 

Kebiasaan tersebut bisa dikurangi tetapi tidak berhasil untuk dihentikan. Tidak hanya itu, sebenarnya tujuan dari berhenti merokok adalah untuk menghindarkan tubuh dari nikotin. Namun dengan beralih ke vape, tujuan tersebut akan sulit untuk tercapai

Baca Juga: Kamu Wajib Tahu, Ini 8 Bahaya Rokok Elektrik atau Vape bagi Kesehatan

4. Mitos 4: Vape tidak menghasilkan asap yang berbahaya bagi orang lain dan lingkungan

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?medicalnewstoday.com

Salah satu selling point yang ditawarkan oleh vape adalah klaim bahwa alat tersebut dapat digunakan di mana saja karena tidak memproduksi asap yang berbahaya. Pernyataan tersebut tidak bisa dibilang benar maupun salah.

“Passive vaping” atau menghirup uap dari vape orang lain ternyata tidak seburuk menghirup asap rokok. Dilansir dari Live Science, level dari zat toksik uap vape lebih kecil daripada rokok. Namun uap tersebut mengandung partikel logam berat dan zat perasa yang masih bisa membahayakan paru-paru orang yang ada di sekitar.

Studi dari International Journal of Hygiene and Environmental Health pun menemukan bahwa rokok elektrik meningkatkan konsentrasi dari volatile organic compound (VOC) di udara. Itu adalah zat yang terdiri dari senyawa benzen hingga formalin. Tidak hanya berbahaya bagi manusia, VOC juga bisa merusak lapisan ozon.

5. Mitos 5: Vape tidak menyebabkan ketergantungan

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?phillyvoice.com

Salah satu poin plus dari vape adalah ia tidak mengandung tembakau seperti pada rokok. Namun bukan berarti ia tidak akan menyebabkan ketergantungan. Sebenarnya zat yang bersifat adiktif pada rokok adalah nikotin, yang juga terkandung di dalam cairan vape. 

Sementara itu, tren vape kini lebih digemari oleh mereka yang masih remaja. Padahal semakin muda usia seseorang terpapar nikotin, semakin kuat pula ketergantungan. Mereka akan sulit untuk terlepas dari nikotin nantinya.

6. Mitos 6: Vape non nikotin aman untuk digunakan sehari-hari

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?sciencenewsforstudents.org

Memang ada beberapa jenis rokok cair elektrik yang mengklaim bahwa mereka bebas dari nikotin. Namun ini tidak berarti bahwa jenis tersebut bebas dari bahaya. Dilansir dari VOA, terdapat penelitian yang membuktikan masalah ini dari University of Rochester Medical Center di New York. 

Peneliti mengatakan bahwa penghisapnya masih terpapar oleh bahan kimia penambah rasa yang ternyata berbahaya untuk paru-paru. Akibatnya, sel di dalam organ tersebut akan memproduksi zat kimia yang menyebabkan pembengkakan dan akhirnya menimbulkan kerusakan. Peneliti juga menambahkan bahwa dari semua rasa, yang terlihat paling beracun adalah vanilla dan kayu manis.

7. Mitos 7: Vape itu aman dan bebas efek samping

Mengupas 7 Mitos Vape yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya, Apakah Aman?npr.org

Setelah membaca penjelasan di atas tentunya mudah untuk mengatakan bahwa pernyataan ini tidak benar. Memang iya, dalam beberapa hal vape lebih aman digunakan daripada rokok. Namun bukan berarti ia tidak memiliki efek samping sama sekali. 

Ada berbagai macam penyakit yang bisa ditimbulkannya, mulai dari kanker, radang paru-paru, iritasi mata, dan lain-lain. Bahkan di tahun ini saja, CDC sudah menerima laporan tiga orang meninggal dan 450 kasus penyakit paru-paru yang disebabkan oleh rokok elektrik. Angka tersebut belum termasuk kasus yang terjadi karena ledakan alat penghisap.

Jadi kesimpulannya adalah menggunakan vape tidak akan menghindarkanmu dari bahaya. Memang tidak seburuk merokok, tapi jika dilakukan dalam intensitas yang tinggi, efeknya sama saja. Kamu perlu mempertimbangkan dampaknya demi kesehatanmu dan orang-orang terdekatmu. 

Baca Juga: Berani Berhenti Merokok? Ini 6 Manfaat Kesehatan yang Kamu Rasakan

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya