Mendengkur sesekali atau jarang terjadi umumnya tidak berbahaya. Namun, jika dengkuran menjadi sesuatu yang rutin atau cukup parah hingga mengarah pada SDB, dampaknya bisa serius.
Salah satu kondisi yang paling dikhawatirkan adalah obstructive sleep apnea (OSA). Kondisi ini bisa mengganggu kualitas tidur dan menurunkan suplai oksigen selama tidur. OSA ini bisa memicu berbagai masalah seperti gangguan perkembangan otak, penurunan prestasi akademik, tekanan darah tinggi, gangguan metabolisme, hingga masalah perilaku.
Dulu, primary snoring yang tidak berkembang menjadi OSA dianggap tidak berisiko. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak yang sering mendengkur juga memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami gangguan kognitif, perilaku, hingga dampak buruk pada kesehatan saraf dan kardiovaskular.
Walaupu hubungan pasti antara dengkuran habitual dan masalah kesehatan masih diteliti, tetapi temuan ini menegaskan bahwa mendengkur pada anak bukan hal sepele dan perlu diperhatikan sejak dini.
Mendengkur pada anak kerap dianggap sebagai hal yang biasa, tetapi kenyataannya bisa menjadi sinyal adanya gangguan kesehatan yang serius. Orang tua perlu waspada dan tidak ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika dengkuran si kecil berlangsung rutin atau disertai gejala mengkhawatirkan. Makin cepat ditangani, makin besar peluang anak mendapatkan tidur yang berkualitas demi tumbuh kembang optimal.
Referensi
Dale L. Smith et al., “Frequency of Snoring, Rather Than Apnea–hypopnea Index, Predicts Both Cognitive and Behavioral Problems in Young Children,” Sleep Medicine 34 (March 25, 2017): 170–78, https://doi.org/10.1016/j.sleep.2017.02.028.
National Library of Medicine, “Snoring,” MedlinePlus, n.d., https://medlineplus.gov/snoring.html.
Pablo E. Brockmann et al., “Primary Snoring in School Children: Prevalence and Neurocognitive Impairments,” Sleep and Breathing 16, no. 1 (January 15, 2011): 23–29, https://doi.org/10.1007/s11325-011-0480-6.