Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!

Ciptakan lingkungan aman dan nyaman untuk bumil

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), hingga Oktober 2022 tercatat 18.261 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di seluruh Indonesia. Sebanyak 79,5 persen atau 16.745 korban adalah perempuan.

Selain itu, KDRT juga menimpa laki-laki, yaitu sebanyak 2.948 menjadi korban. Jadi, siapa pun tidak boleh abai karena masing-masing berisiko menjadi korban KDRT.

Menurut data dari National Resource Center on Domestic Violence, diperkirakan sekitar 20 persen perempuan hamil mengalami kekerasan selama kehamilan, membuat kondisi seperti preeklamsia dan diabetes gestasional lebih umum terjadi, kondisi yang sering diskrining oleh dokter selama masa kehamilan. Ini merupakan contoh yang terjadi di Amerika Serikat.

Kekerasan bisa terjadi dalam bentuk fisik, emosional, maupun seksual, dan bisa menimbulkan masalah serius. Apa saja dampak KDRT bagi ibu hamil dan bayinya?

1. Kematian perinatal pada bayi

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!ilustrasi janin (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Saat ibu hamil mengalami kekerasan, ada peningkatan risiko terhadai bayinya dalam kandugan. Penelitian dalam Journal of Women’s Health pada tahun 2015 menemukan bahwa KDRT selama masa kehamilan bisa sangat serius, termasuk konsekuensi yang tragis seperti kematian perinatal pada janin atau bayi baru lahir.

Kematian perinatal merujuk pada kehilangan bayi setelah usia kehamilan 22 minggu hingga kematian bayi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran. Ketika perempuan hamil menjadi korban kekerasan, risiko kematian perinatal atau keguguran meningkat secara signifikan.

Kekerasan tersebut dapat menyebabkan trauma fisik yang serius pada ibu hamil dan mengganggu perkembangan normal bayi dalam kandungan. Dalam beberapa kasus, trauma fisik yang parah dapat menyebabkan keguguran atau bahkan kematian bayi.

KDRT juga dapat menyebabkan stres yang berlebihan pada ibu hamil. Ketika seorang ibu hamil mengalami stres yang tinggi, ini bisa memengaruhi perkembangan bayi dalam kandungan dan memicu komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa.

2. Tekanan pada sistem HPA dan sistem plasenta-adrenal pada ibu hamil

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!ilustrasi hamil (pexels.com/RDNE Stockproject)

Ketika perempuan hamil mengalami kekerasan, sistem dalam tubuhnya terganggu dan menjadi lebih aktif dalam merespons stres. Penelitian dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology tahun 2005 menemukan bahwa kekerasan selama masa kehamilan dapat menyebabkan tekanan pada sistem dalam tubuh ibu yang berperan dalam menanggapi stres, yaitu sistem HPA (sumsum tulang hipotalamus-hipofisis-adrenal) dan sistem plasenta-adrenal (PA).

Sistem HPA adalah jalur komunikasi dalam tubuh yang terdiri dari beberapa organ, termasuk hipotalamus di otak, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal di atas ginjal. Ketika seseorang mengalami stres, hipotalamus melepaskan zat kimia yang disebut hormon pelepas kortikotropin (CRH). Hormon ini kemudian merangsang kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH kemudian mengarahkan kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol ke dalam darah.

Plasenta-adrenal (PA) adalah sistem serupa yang terlibat dalam merespons stres pada ibu hamil. Plasenta adalah organ yang berkembang selama kehamilan dan berfungsi sebagai jembatan antara ibu dan janin. Ketika perempuan hamil mengalami kekerasan, plasenta juga merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol.

Ketika tubuh mengalami stres, hormon-hormon ini berfungsi untuk membantu mengatur respons tubuh terhadap situasi yang menantang. Namun, jika ibu hamil terus mengalami kekerasan, sistem HPA dan PA dapat terbebani dan menghasilkan tingkat hormon stres yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Dampak dari tingkat hormon stres yang tinggi pada ibu hamil ini masih dalam penelitian, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa keadaan ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Misalnya, tingkat hormon stres yang tinggi dapat berkontribusi pada risiko kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah pada bayi.

3. Berat badan rendah pada bayi

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!ilustrasi bayi (pexels.com/Rene Amussen)

Pada penelitian dari jurnal Tropical Medicine and International Health tahun 2006, para peneliti menemukan bahwa konsekuensi dari kekerasan yang dialami oleh perempuan selama masa kehamilan dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah pada bayi (BBLR).

BBLR menunjukan bahwa bayi lahir dengan berat badan yang lebih rendah dari yang seharusnya. BBLR dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Bayi dengan berat badan rendah mungkin lebih rentan terhadap infeksi, kesulitan dalam menyusui, gangguan pertumbuhan, dan masalah perkembangan fisik dan mental. Selain itu, bayi dengan berat badan rendah juga memiliki risiko kematian neonatal yang lebih tinggi.

Salah satu alasan mengapa KDRT dapat menyebabkan BBLR adalah karena tekanan dan stres yang dialami oleh ibu hamil. Stres kronis akibat BBLR bisa memengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin dalam rahim. Stres tersebut bisa mengganggu aliran darah ke plasenta dan memengaruhi nutrisi dan oksigen yang diterima oleh bayi.

Selain itu, KDRT juga dapat menyebabkan gangguan pola makan dan gizi yang buruk pada ibu hamil. Peristiwa penuh ketakutan dapat membuat ibu kehilangan nafsu makan, sulit mendapatkan nutrisi yang cukup, atau bahkan mengalami gangguan makan yang lebih serius. Semua ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim.

Baca Juga: Warning, 9.588 Anak Menjadi Korban Kekerasan Seksual Tahun 2022!

4. Plasenta terlepas sebelum melahirkan

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!ilustrasi hamil (pexels.com/MART PRODUCTION)

KDRT selama masa kehamilan dapat memiliki konsekuensi yang serius bagi kesehatan ibu. Peneliti dalam Journal of the Royal Society of Medicine tahun 2008 menemukan salah satu konsekuensi KDRT selama kehamilan yang mungkin terjadi adalah abrupsi plasenta.

Abrupsi plasenta terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan selesai. Ini bisa menjadi masalah yang serius karena plasenta memberikan nutrisi dan oksigen penting kepada janin.

Ketika terjadi abrupsi plasenta, pasokan darah dan oksigen ke janin dapat terputus secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen ke janin, yang dapat membahayakan kesehatannya.

Abrupsi plasenta dapat menyebabkan rasa sakit perut yang hebat dan perdarahan pada ibu hamil. Perdarahan ini bisa menjadi sangat serius dan memerlukan perhatian medis segera. Jika tidak segera ditangani, abrupsi plasenta dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.

5. Terjadi perubahan pada struktur otak bayi

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!ilustrasi otak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Siapa sangka satu kejadian bisa memengaruhi kehidupan seseorang seumur hidup. KDRT pada ibu hamil yang kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat justru bisa membuat struktur otak pada bayi berubah.

Penelitian dalam jurnal Developmental Cognitive Neuroscience tahun 2023 menemukan bahwa kekerasan yang dialami oleh perempuan hamil dapat memengaruhi perkembangan otak bayi yang belum lahir.

Efek dari kekerasan ini tampak pada dua hal, yaitu perubahan volume otak subkortikal dan struktur mikro di dalam materi putih otak. Perubahan volume otak subkortikal berarti bahwa bagian-bagian tertentu di dalam otak bayi mengalami perubahan ukuran, sedangkan materi putih adalah jaringan yang membentuk jalur-jalur komunikasi di dalam otak.

Pada bayi perempuan yang terpapar kekerasan dalam kandungan, terdapat penurunan ukuran amigdala. Amigdala adalah bagian otak yang berperan dalam pengaturan emosi. Sementara itu, pada bayi laki-laki yang terpapar kekerasan, terjadi peningkatan ukuran nucleus caudate. Nucleus caudate adalah bagian otak yang berperan dalam fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah.

Pada bayi yang terpapar kekerasan selama masa kehamilan, terdapat juga perubahan struktur mikro di dalam materi putih otak bayi. Hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan pada perkembangan struktur mikro saraf di otak bayi.

Perubahan-perubahan ini terjadi karena stres yang dialami oleh ibu selama kehamilan. Kekerasan dapat menyebabkan tubuh menghasilkan hormon stres seperti kortisol, yang kemudian dapat memengaruhi perkembangan otak bayi yang belum lahir. Respons otak terhadap stres bisa berbeda antara bayi perempuan dan laki-laki, sehingga efek dari kekerasan juga terlihat berbeda pada kedua jenis kelamin.

6. Risiko melahirkan prematur

Dampak Negatif KDRT saat Hamil, Bahaya buat Ibu dan Bayi!Ilustrasi KDRT (Pexels.com/Anete Lusina)

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, yaitu sebelum mencapai 37 minggu kehamilan yang normal. Umumnya, bayi yang lahir prematur memiliki berat badan yang lebih rendah dan organ-organ mereka mungkin belum sepenuhnya matang.

Studi dalam jurnal BMJ Open di tahun 2018 mengemukakan bahwa ketika seorang perempuan hamil mengalami KDRT, ada risiko yang meningkat untuk melahirkan bayi secara prematur.

Pada ibu hamil korban KDRT, tubuhnya mengalami stres yang berlebihan dan ini bisa berdampak pada kesehatan kehamilannya. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan aliran darah ke rahim, yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini dapat memicu kontraksi dini atau ancaman persalinan prematur.

Bayi yang lahir prematur dapat menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi, seperti kesulitan pernapasan, masalah pencernaan, infeksi, dan masalah perkembangan. Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam mengatur suhu tubuh mereka sendiri.

Untuk melindungi kesehatan ibu hamil dan janin, kita sebagai bagian dari masyarakat harus berperan serta dalam menghentikan KDRT. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang. Jangan menutup mata dan cari pertolongan saat kamu mencurigai seorang perempuan hamil menjadi korban KDRT.

Baca Juga: Dampak Negatif Kekerasan Verbal pada Anak, Orang Tua Harus Bijak

Masrurotul Hikmah Photo Verified Writer Masrurotul Hikmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya