Studi: Pengguna Pil KB Lebih Jarang Mengalami Depresi

Pil KB bisa memberi manfaat kesehatan mental yang positif

Perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral atau pil KB lebih kecil kemungkinannya melaporkan depresi dibanding perempuan mantan pengguna pil KB, menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders yang akan diterbitkan pada 1 Januari 2024.

Pil KB adalah obat yang mengandung hormon yang diminum untuk mencegah kehamilan dengan cara menghambat ovulasi serta dengan mencegah penetrasi sperma melalui leher rahim. Ada beberapa jenis pil KB, termasuk pil kombinasi estrogen-progesteron, hanya progesteron, dan pil penggunaan terus-menerus atau jangka panjang.

Pil KB selama ini diketahui dapat meningkatkan risiko depresi. Namun, temuan studi baru ini menemukan hal sebaliknya.

Temuan studi

Studi: Pengguna Pil KB Lebih Jarang Mengalami Depresiilustrasi pil KB (pexels.com/Karolina Grabowska)

Studi ini dipimpin oleh para peneliti dari Anglia Ruskin University, Inggris, bersama para ahli dari Dana-Farber Cancer Institute dan University of California, Amerika Serikat (AS).

Studi ini menggunakan data yang dikumpulkan oleh Center for Disease Control and Prevention AS, mengontrol karakteristik demografi, kondisi kronis, dan penggunaan antidepresan.

Dalam studi cross-sectional ini, para peneliti mengamati data 6.239 perempuan di AS yang berusia antara 18–55 tahun. Mereka menemukan bahwa prevalensi depresi berat di kalangan pengguna pil KB (OCP) jauh lebih rendah, yaitu 4,6 persen, dibandingkan dengan mantan pengguna pil KB, yaitu 11,4 persen.

Temuan tersebut berbeda dengan temuan studi sebelumnya dalam Epidemiology and Psychiatric Sciences pada 12 Juni 2023, bahwa perempuan yang menggunakan pil KB memiliki risiko depresi sebesar 130 persen lebih tinggi. Risiko tersebut sangat tinggi pada dua tahun pertama penggunaan pil KB, dan lebih tinggi jika perempuan mulai mengonsumsi pil KB pada usia remaja.

Para peneliti mengemukakan dua kemungkinan penjelasan atas temuan mereka, yang bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa pil KB dapat menyebabkan depresi.

Pertama, pil KB dapat menghilangkan kekhawatiran tentang kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga membantu meningkatkan kesehatan mental pengguna pil. Ada kemungkinan juga bahwa temuan ini dipengaruhi oleh "bias penyintas", yaitu perempuan yang mengalami tanda-tanda depresi saat menggunakan pil KB berhenti menggunakannya, sehingga menjadikan mereka ke dalam kategori mantan pengguna.

Pada pengguna maupun mantan pengguna, perempuan yang menjanda, bercerai atau berpisah, perempuan dengan obesitas atau mereka yang memiliki riwayat kanker, mereka lebih mungkin melaporkan depresi. Selain itu, pada mantan pengguna, depresi lebih sering dilaporkan pada perempuan berkulit hitam atau Hispanik, perokok, memiliki tingkat pendidikan rendah, atau mengalami kemiskinan.

Kontrasepsi adalah komponen penting dari perawatan kesehatan preventif. Kebanyakan perempuan menoleransi penggunaan pil KB tanpa mengalami gejala depresi, tetapi ada sebagian bisa mengalami efek samping suasana hati yang buruk dan bahkan mengalami depresi, dan alasannya tidak sepenuhnya jelas," kata penulis utama studi, Julia Gawronska, Peneliti Pascadoktoral di Anglia Ruskin University, dilansir ScienceDaily.

"Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa perempuan yang saat ini menggunakan pil KB jauh lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan depresi yang relevan secara klinis dibanding mantan pengguna pil KB."

Julia mengatakan bahwa pil KB dapat memberi manfaat kesehatan mental yang positif bagi sebagian perempuan hanya dengan menghilangkan kekhawatiran tentang kehamilan. "Efek bertahan hidup" juga bisa berperan, yang mana perempuan yang mengalami gejala depresi lebih cenderung berhenti meminumnya, sehingga menempatkan mereka ke dalam kelompok mantan pengguna.

Meski demikian, berhenti menggunakan pil KB tanpa alternatif yang sesuai akan meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan. Jadi, penting bagi perempuan untuk mendapatkan dukungan, terinformasi, dan ditawarkan bentuk kontrasepsi alternatif jika diperlukan.

Mengenai topik pil KB dan kesehatan mental, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian. Penting untuk memperhatikan kesehatan mental saat memulai pengobatan baru, dan hubungi dokter jika kamu mengalami efek samping yang menyulitkan.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Pil KB yang Bagus, Gak Bikin Jerawat dan Gemuk

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya