Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan tidur posisi miring ke kanan.
ilustrasi posisi tidur miring ke kanan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Intinya sih...

  • Keyakinan bahwa perempuan tidak boleh tidur miring setelah melahirkan tidak memiliki dasar medis.

  • Bagi perempuan yang menjalani operasi caesar, rekomendasinya sedikit berbeda, tetapi tetap tidak melarang posisi tidur miring.

  • Pedoman pemulihan modern, termasuk ERAC, berfokus pada manajemen nyeri dan kenyamanan ibu, bukan pada larangan posisi tidur tertentu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Hesti Nurmala Rizqi, Sp.OG

Setelah melahirkan, banyak ibu dikelilingi berbagai nasihat dari keluarga dan lingkungan sekitar—mulai dari pantangan makanan hingga cara tidur yang dianggap “aman” bagi tubuh yang masih dalam masa pemulihan. Salah satu larangan yang kerap muncul adalah tidak boleh tidur miring pada minggu-minggu awal setelah persalinan

Keyakinan ini sebenarnya belum didukung oleh bukti medis. Justru, penelitian dan pedoman pemulihan modern menunjukkan bahwa kebutuhan tidur ibu pascapersalinan jauh lebih kompleks, dan posisi tidur ideal sangat bergantung pada kenyamanan dan kondisi masing-masing ibu.

Temukan posisi tidur yang nyaman

Mengenai saran perempuan yang tidak boleh tidur miring setelah melahirkan, terutama pada minggu-minggu pertama masa pemulihan, itu cuma mitos! Rekomendasi medis modern menunjukkan kenyataan yang berbeda.

Sebuah penelitian meneliti bagaimana tubuh ibu pulih setelah melahirkan. Studi ini menemukan bahwa pemulihan fisik perempuan setelah melahirkan sangat bervariasi, yang mana sebagian merasa pulih dalam beberapa minggu, sementara yang lain masih merasakan gangguan kenyamanan hingga enam minggu setelah melahirkan.

Ada berbagai keluhan yang mereka rasakan, mulai dari nyeri perineum, rasa lelah, gangguan mobilisasi, hingga masalah tidur. Penelitian tidak menyebutkan adanya larangan untuk tidur miring. Sebaliknya, posisi tidur dianjurkan mengikuti kenyamanan masing-masing ibu. Tidak ada bukti bahwa tidur miring membahayakan pemulihan tubuh setelah persalinan pervaginam.

Dengan kata lain, rasa tidak nyaman atau takut tidur miring cenderung berasal dari pengalaman pribadi atau budaya, bukan dari standar medis atau penelitian.

Bagaimana posisi tidur setelah persalinan caesar?

ilustrasi posisi tidur miring (freepik.com/tirachardz)

Bagi perempuan yang menjalani operasi caesar, rekomendasinya sedikit berbeda, tetapi tetap tidak melarang posisi tidur miring.

Protokol enhanced recovery after cesarean delivery (ERAC)—pedoman modern berbasis bukti untuk pemulihan pascaoperasi—menekankan hal-hal penting seperti manajemen nyeri, mobilisasi dini, pengaturan pola makan, dan dukungan menyusui. Posisi tidur tidak dianggap sebagai faktor risiko utama, selama perempuan merasa aman dan nyaman.

Dalam praktik klinis, banyak dokter dan bidan justru menyarankan posisi tidur miring ke sisi yang tidak menekan luka operasi untuk mengurangi rasa nyeri dan memudahkan ibu bergerak bangun dari posisi berbaring. Tidur telentang terkadang justru terasa lebih menyakitkan bagi sebagian perempuan pasca C-section karena tekanan pada area perut.

ERAC juga menekankan pentingnya tidur berkualitas untuk mempercepat pemulihan, dan salah satu cara mencapainya adalah dengan menemukan posisi tidur yang paling nyaman—baik miring, setengah duduk, maupun kombinasi keduanya.

Mitos atau fakta?

Hingga kini tidak ada studi yang menyatakan bahwa perempuan dilarang tidur miring setelah melahirkan, baik setelah melahirkan pervaginam maupun caesar. Yang terpenting adalah kenyamanan, keamanan luka, serta kemampuan mereka untuk bangun dan menyusui dengan mudah.

Jika ada rasa nyeri atau gangguan tidur, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, karena penyebabnya bisa terkait luka operasi, disfungsi dasar panggul, atau sekadar kebutuhan penyesuaian posisi tidur.

Keyakinan bahwa perempuan tidak boleh tidur miring setelah melahirkan tidak memiliki dasar medis. Penelitian menunjukkan bahwa pemulihan pascapersalinan bersifat individual dan tidak ada satu posisi tidur yang dianggap berbahaya. Pedoman pemulihan modern, termasuk ERAC, berfokus pada manajemen nyeri dan kenyamanan ibu, bukan pada larangan posisi tidur tertentu.

Dengan memahami fakta berbasis ilmiah ini, perempuan bisa lebih tenang menjalani masa nifas dan memilih posisi tidur yang membantu tubuh beristirahat dengan optimal.

Kesimpulannya, secara umum semua posisi tidur, seperti telentang, miring, maupun semi duduk diperbolehkan. Namun, bagi perempuan yang habis menjalani operasi caesar, penting untuk menghindari tidur dengan posisi tengkurap karena dapat memberikan tekanan langsung pada area luka bekas operasi dan berpotensi mengganggu proses penyembuhan.

Referensi

Frijmersum, Zayël Z., Eva Van Der Meij, Robert A. De Leeuw, Johannes R. Anema, Judith A.F. Huirne, and Petra C.A.M. Bakker. “Assessment of Recovery after Childbirth; a Cross-Sectional Study.” European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 314 (September 7, 2025): 114676.

Wilson, R Douglas, David T Monks, Nadir Sharawi, James Bamber, Danielle M Panelli, Khara M Sauro, Prakeshkumar S Shah, et al. “Guidelines for Postoperative Care in Cesarean Delivery: Enhanced Recovery After Surgery Society Recommendations (Part 3)—2025 Update.” American Journal of Obstetrics and Gynecology, April 1, 2025.

Editorial Team