3 Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Usus Besar

Salah satu kanker terbanyak di Indonesia

Menurut data dari Global Cancer Observatory (Globocan) untuk Indonesia tahun 2020, kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah satu dari lima kanker yang paling sering didiagnosis oleh dokter.

Kanker usus besar adalah sebuah penyakit saat sel di usus besar atau rektum tumbuh tidak terkendali. Kanker usus besar lebih sering dialami oleh laki-laki (11,9 persen) daripada perempuan (5,8 persen).

Kanker usus besar selain sering tidak terdeteksi, juga mempunyai kemiripan dengan gejala penyakit radang usus (IBD). Dilansir HealthMatch, yang membedakan IBD dari kanker usus besar adalah IBD berkurang selama masa remisi. Sebaliknya, orang dengan kanker usus besar akan merasakan sakit akan merasakan sakit yang bertambah seiring dengan penyebaran sel kanker ke seluruh tubuh.

Tidak diketahui secara pasti apa penyebab kanker usus besar. Namun, seseorang yang mempunyai anggota keluarga yang mengidap penyakit ini dan atau berusia 45 tahun ke atas sebaiknya melakukan skrining secara rutin. Pilihan gaya hidup yang kurang sehat juga sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko. Berikut ini beberapa faktor risiko gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko kanker usus besar.

1. Berat badan berlebihan atau obesitas

3 Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Usus Besarilustrasi obesitas (pexels.com/Andres Ayrton)

Laman Cancer Support Community menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai berat badan berlebih berisiko mengalami resistansi insulin yang mengakibatkan produksi insulin dalam tubuh meningkat. Produksi insulin yang meningkat dapat memicu munculnya sel kanker di usus besar dan rektum atau di organ lainnya.

Menurunkan berat badan dari awal hingga akhir masa dewasa (sampai pertengahan tahun 70an)—setidaknya 1 kilogram per dekade—mengurangi risiko terkena pertumbuhan pra kanker, atau adenoma, sebesar 46 persen (JNCI Cancer Spectrum, 2022). 

Temuan penelitian khususnya mendukung manfaat penurunan berat badan bagi orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Penurunan berat badan di antara mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 20 tahun dikaitkan dengan penurunan risiko lebih dari 60 persen, sedangkan tidak ada hubungan antara mereka yang memiliki indeks massa tubuh lebih rendah pada usia 20 tahun.

Di sisi lain, bertambahnya berat badan selama beberapa dekade meningkatkan risiko seseorang terkena adenoma kolorektal. Studi tersebut menemukan bahwa kenaikan berat badan sekitar 2,7 kilogram atau lebih setiap lima tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko jenis pertumbuhan ini sebesar 30 persen.

Baca Juga: 7 Gejala Kanker Usus Besar pada Pria, Perhatikan ya!

2. Konsumsi daging merah dan makanan yang diproses

3 Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Usus Besarilustrasi daging merah (pixabay.com/gate74)

Meski hasilnya berbeda-beda, tetapi penelitian dari seluruh dunia menunjukkan bahwa konsumsi daging dalam jumlah besar dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar. Dilansir Harvard Health Publishing, dalam beberapa penelitian, daging segar tampaknya menjadi penyebabnya; di negara lain, dagingnya diproses, diawetkan, atau diasinkan. Namun, dalam semua kasus kekhawatirannya hanya terbatas pada daging merah, bukan ayam.

Bukti terbaik datang dari penelitian besar pada tahun 2005, satu dari Eropa, satu lagi dari Amerika Serikat (AS). Penelitian di Eropa melacak 478.000 perempuan dan laki-laki yang bebas dari kanker ketika penelitian dimulai.

Selama hampir lima tahun masa tindak lanjut, 1.329 orang didiagnosis kanker usus besar. Orang yang makan daging merah paling banyak (sekitar 5 ons sehari atau lebih) memiliki risiko sepertiga lebih besar terkena kanker usus besar dibandingkan mereka yang makan sedikit daging merah (rata-rata kurang dari satu ons sehari).

Konsumsi ayam mereka tidak memengaruhi risiko apa pun, tetapi konsumsi ikan dalam jumlah besar tampaknya mengurangi risiko kanker usus besar sekitar sepertiganya.

Efek daging merah dan ikan bertahan setelah hasilnya disesuaikan dengan faktor risiko potensial kanker usus besar lainnya, termasuk berat badan, konsumsi kalori, konsumsi alkohol, merokok, latihan fisik, serat makanan, dan vitamin.

Penelitian di AS, yang disponsori oleh American Cancer Society menambahkan informasi penting tentang dampak konsumsi daging dalam jangka panjang. Subjeknya adalah 148.610 orang berusia antara 50 dan 74 tahun. Setiap orang melaporkan pola makan dan kebiasaan kesehatannya ketika penelitian dimulai pada tahun 1982 dan 10 hingga 11 tahun kemudian. Konsumsi daging merah dan daging olahan yang tinggi pada kedua waktu tersebut dikaitkan dengan peningkatan besar risiko kanker di usus besar bagian bawah dan rektum. Sebaliknya, konsumsi ikan dan unggas dalam jumlah besar dalam jangka panjang tampak bersifat protektif.

Sebuah meta analisis dari 29 penelitian tentang konsumsi daging dan kanker usus besar menyimpulkan bahwa konsumsi daging merah yang tinggi meningkatkan risiko sebesar 28 persen, dan konsumsi daging olahan yang tinggi meningkatkan risiko sebesar 20 persen.

3. Merokok dan minum minuman beralkohol

3 Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Usus Besarilustrasi menolak untuk merokok (pixabay.com/Myriams-Fotos)

Rokok mempunyai banyak zat karsinogenik. Dilansir American Lung Association, terdapat kurang lebih 600 bahan untuk membuat rokok dan nantinya akan menghasilkan sekitar 7,000 senyawa kimia ketika rokok tersebut dinyalakan. Dari 7.000 senyawa kimia tersebut, 69 adalah senyawa yang dapat menyebabkan kanker dan beracun.

Studi menyebutkan bahwa 70 zat karsinogenik yang sudah diketahui dapat merusak hampir seluruh sistem organ di tubuh (American Journal of Epidemiology, 2020) menyebutkan bahwa 70 zat karsinogenik yang sudah diketahui dapat merusak hampir seluruh sistem organ di tubuh.

Zat karsinogenik dalam rokok seperti nitrosamines, heterocyclic amines, benzene, dan polycyclic aromatic hydrocarbons dapat masuk ke lapisan kedua (mukosa) usus besar lewat aliran darah atau konsumsi langsung. Zat-zat ini dapat menyebabkan efek onkogenik atau memicu sel kanker di usus dan rektum (kolorektal).

Konsumsi minuman beralkohol lama-kelamaan juga akan memengaruhi kesehatan usus besar. Sebuah studi menjelaskan bahwa konsumsi minuman alkohol dan proses metabolisme dari minuman tersebut di dalam tubuh dapat menyebabkan polip muncul di usus besar (Cancers, 2018). Risiko kanker juga lebih tinggi apabila mempunyai kondisi lain, contohnya obesitas.

Itulah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker usus besar. Walaupun kamu skrining rutin, tetapi bila tidak mengubah gaya hidup yang tidak sehat, risiko kanker tetap ada. Maka dari itu, yuk biasakan diri untuk hidup sehat!

Baca Juga: Kanker Usus Kecil: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya