Atlet Lebih Rentan Mengalami Aritmia atau Detak Jantung Tidak Teratur

Mengapa demikian?

Bagi para atlet, olahraga adalah bagian dari keseharian mereka. Karena menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melatih fisik, membuat mereka memiliki tingkat kebugaran yang lebih tinggi dibanding orang biasa.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Canterbury Christ Church University di Inggris, risiko atlet terkena gangguan irama jantung 2,46 kali lebih besar daripada non atlet. Salah satu gangguan irama jantung yang banyak dialami atlet adalah aritmia, yang membuat detak jantung menjadi tidak beraturan.

Fenomena tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Ignatius Yansen Ng, SpJP (K), FIHA, FAsCC, konsultan intervensi dan aritmia jantung Eka Hospital BSD. Check this out!

1. Beberapa faktor yang membuat seseorang terkena aritmia

Aritmia merupakan penyakit yang menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau memiliki pola yang tidak beraturan. Beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena aritmia adalah:

  • Mempunyai riwayat penyakit jantung.
  • Mengidap diabetes atau hipertensi.
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
  • Mengalami stres.
  • Merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
  • Mengidap apnea tidur obstruktif.

2. Latihan yang intensif menambah beban jantung

Atlet Lebih Rentan Mengalami Aritmia atau Detak Jantung Tidak Teraturilustrasi seseorang memegangi jantungnya (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Karena tuntutan profesi, atlet diharuskan untuk sering berolahraga. Menurut dr. Ignatius, orang yang aktif secara fisik akan mengalami peningkatan detak jantung secara berkala. Latihan yang intensif bisa menambah beban jantung dan membuat otot jantung menebal, yang kemudian meningkatkan risiko aritmia.

Tidak semua cabang olahraga memiliki risiko aritmia yang tinggi. Cabang olahraga lari dan renang memiliki risiko lebih rendah dibandingkan sepak bola, balap sepeda, dan basket.

3. Atlet dengan aritmia masih bisa melanjutkan kariernya

Beberapa atlet dari berbagai cabang olahraga diketahui memiliki aritmia, seperti Sonny Colbrelli (mantan pembalap sepeda Italia) dan Kareem Abdul-Jabbar (mantan pebasket NBA). Apakah atlet yang memiliki aritmia masih bisa berlaga atau justru harus pensiun dini?

Dokter Ignatius mengatakan bahwa atlet yang mengidap aritmia masih bisa melakukan aktivitas fisik, tetapi dengan catatan sudah berkonsultasi, diperiksa, menjalani pengobatan, dan mengikuti saran dari dokter. Selain itu, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah tingkat keparahannya.

4. Hal-hal yang bisa menurunkan risiko aritmia

Atlet Lebih Rentan Mengalami Aritmia atau Detak Jantung Tidak Teraturilustrasi berhenti merokok (flickr.com/Marco Verch Professional Photographer)

Perubahan gaya hidup yang dijalani dengan konsisten terbukti bisa menurunkan risiko aritmia, seperti:

  • Mengubah pola makan menjadi lebih sehat.
  • Menghindari dan mengelola stres dengan bijak.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Berhenti merokok.
  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
  • Dalam berolahraga, selalu ikuti rekomendasi dokter dan jangan memaksakan diri.

Baca Juga: Aritmia Menyebabkan Henti Jantung dan Stroke, Cegah dengan Ini

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya