Aritmia Menyebabkan Henti Jantung dan Stroke, Cegah dengan Ini

Salah satunya dengan kontrol hipertensi

Jantung merupakan salah satu organ vital. Organ yang ukurannya sebesar kepalan tangan ini fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Normalnya, jantung berdetak sebanyak 60–100 kali per menit. Namun, bagaimana jika detak jantung lebih rendah atau lebih cepat dari itu? Mungkin, itu adalah pertanda aritmia atau gangguan irama jantung.

Dalam program Dynamic Friday yang disiarkan langsung di Instagram @dynamichealthid pada Jumat (26/8/2022), dr. Ika Mariani Ratna Devi, SpPD, menjelaskan tentang "Waspadai Aritmia yang Bisa Menyerang Usia Muda". Berikut pemaparannya!

1. Penyebabnya adalah gangguan pada elektrisitas jantung

Ada berbagai macam gangguan jantung, seperti penyakit jantung koroner karena gaya hidup tidak sehat dan penyakit jantung bawaan (PJB) yang dialami sejak lahir. Bagaimana dengan aritmia?

"Kalau ada masalah dari sistem listrik jantung, bisa terjadi yang namanya aritmia atau gangguan irama jantung. Jadi, seharusnya nadi teratur menjadi tidak teratur," jelas dr. Ika.

Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), lebih dari dua juta orang di Inggris mengalami aritmia, sementara di Amerika Serikat (AS) aritmia dialami oleh 1 dari 18 orang.

2. Denyut nadi normal berkisar antara 60–100 kali per menit

Aritmia Menyebabkan Henti Jantung dan Stroke, Cegah dengan Iniilustrasi mengecek denyut nadi (pixabay.com/kian2018)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, denyut nadi normal berkisar antara 60–100 kali per menit. Namun, bisa lebih rendah pada atlet profesional, antara 40–60 kali per menit.

Menurut dr. Ika, cara sederhana untuk mengukurnya adalah dengan menyentuh pergelangan tangan dengan dua jari dan hitung denyutnya dalam waktu satu menit. Selain itu, bisa dengan alat pulse oximeter.

"Kemudian, kita perhatikan apakah nadinya lemah atau tidak, denyutnya teratur atau tidak. Dari situ, kita bisa memperhatikan apakah nadi kita baik-baik saja," terangnya.

3. Aritmia terbagi menjadi beberapa jenis

Aritmia dibagi berdasarkan lokasinya, tipe iramanya, dan denyutnya cepat atau tidak. Menurut lokasinya, ada yang namanya aritmia ventrikular (terjadi di bilik jantung bagian bawah).

"Ada aritmia yang kita sebut bradikardia, yaitu nadinya sangat lambat. Atau takikardia, di mana nadinya sangat cepat," ungkap dr. Ika.

Dari sekian banyak jenis aritmia, yang paling sering dijumpai di Indonesia adalah atrial fibrilasi. Pada tahun 2010, ada sekitar 33,5 juta orang di seluruh dunia yang memiliki kondisi ini.

Baca Juga: Irama Jantung Tidak Teratur Meningkatkan Risiko Stroke?

4. Sebagian orang lebih berisiko terkena aritmia

Aritmia Menyebabkan Henti Jantung dan Stroke, Cegah dengan Iniilustrasi pengidap hipertensi (unsplash.com/Mufid Majnun)

Menurut dr. Ika, orang-orang yang berisiko besar terkena aritmia adalah pengidap diabetes, hipertensi, orang dengan gangguan hormonal, serta memiliki masalah pada katup dan sistem elektrisitas jantung.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Europace tahun 2002, hipertensi adalah faktor risiko yang kuat untuk aritmia supraventrikular dan ventrikel. Ini karena tekanan darah tinggi memaksa jantung untuk memompa lebih keras, membuat otot jantung menjadi lebih tebal dan kaku. Sinyal listrik tidak bisa bergerak dengan mudah dan menimbulkan aritmia.

Risiko aritmia pada laki-laki dan perempuan sebenarnya sama. Namun, pengecualian untuk aritmia yang terkait dengan gangguan jantung koroner yang lebih banyak dialami laki-laki.

5. Bisa menyebabkan komplikasi serius

Terdapat beberapa tanda yang mengindikasikan aritmia. Misalnya, penurunan tingkat kebugaran dan nadi terasa seperti ada yang "hilang". Namun, perlu dipastikan dengan pemeriksaan elektrokardiogram.

Dokter Ika mengatakan bahwa aritmia bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti henti jantung, shock cardiogenic, terjadi sumbatan, trombus (terjadi penggumpalan darah pada dinding pembuluh darah), hingga stroke!

Untuk mencegah komplikasi tersebut, pastikan diabetes, hipertensi, dan kolesterol terkontrol. Selain itu, kita didorong untuk rajin berolahraga, makan makanan sehat, berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol, mengelola stres, dan menjaga berat badan ideal (tidak kelebihan maupun kekurangan).

Baca Juga: 7 Fakta Fibrilasi Atrium, Detak Jantung Tak Teratur Penyebab Stroke

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya