Demam Lebih dari Seminggu, Ciri Khas Demam Tifoid

Disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi

Pada tahun 2019, ada lebih dari 9 juta kasus demam tifoid dan menyebabkan lebih dari 110.000 kematian di seluruh dunia. Demam tifoid, atau yang lebih sering dikenal sebagai tipes atau tifus, sering terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah yang sanitasinya buruk, termasuk Indonesia.

Penting untuk membekali diri dengan pengetahuan seputar demam tifoid. Itulah mengapa, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar media via Zoom dengan topik “Demam Tifoid pada Anak” pada Kamis (26/10/2023).

Narasumber yang dihadirkan adalah Dr. dr. Ari Prayitno, SpA(K), dokter spesialis anak yang tergabung dalam Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI. Simak, yuk!

1. Bakteri Salmonella typhi adalah penyebabnya

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, bakteri dari keluarga Enterobacteriaceae. Memiliki nama lain demam enterik, bakteri penyebab demam tifoid bisa menyebar dari tinja ke tangan dan masuk ke makanan (rute fekal-oral).

Menurut Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), insiden demam tifoid di Indonesia adalah yang terbanyak ketiga di dunia dengan angka kesakitan (morbiditas) per tahun 157 dari 100.000 populasi di daerah semi rural dan 810 dari 100.000 populasi di daerah urban.

2. Gejala khasnya adalah demam yang naik perlahan dengan durasi lebih dari 7 hari

Demam Lebih dari Seminggu, Ciri Khas Demam Tifoidilustrasi anak yang sedang demam (pixabay.com/R-region)

Menurut Dr. Ari, gejala khas demam tifoid adalah demam yang naik perlahan dengan durasi lebih dari 7 hari. Diikuti dengan berbagai gejala lain seperti sakit kepala, malaise (rasa lemah dan tidak enak badan), kehilangan nafsu makan, mual, batuk kering, nyeri abdomen (perut), nyeri otot, lidah berselaput putih, hingga pembesaran organ hati (hepatomegali) dan limpa (splenomegali).

“Kebanyakan (demam tifoid) menyerang anak di atas usia 5 tahun, karena pada umur segitu anak sudah keluar rumah, sudah sekolah, ketemu teman, dan jajan di luar,” jelasnya.

Demam tifoid bisa menyerang anak usia di bawah 5 tahun, tetapi gejalanya cenderung ringan, tidak berkomplikasi, dan tidak perlu pemantauan intens. Komplikasinya sendiri adalah perdarahan gastrointestinal, usus berlubang (perforasi), kejang, dan penurunan kesadaran.

Selain itu, sekitar 1–5 persen pasien akan menjadi carrier kronis, yang mana mereka tidak menunjukkan gejala, tetapi bisa menularkan bakteri ke orang lain.

Baca Juga: 6 Tips Cegah Penyakit pada Perut Akibat Infeksi Salmonella

3. Cara diagnosis terbaik adalah dengan kultur darah

Gold standard atau baku emas untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan kultur darah, dengan sensitivitas 40–60 persen. Ini bisa dilakukan di minggu pertama munculnya gejala. Namun, tidak semua fasilitas kesehatan menyediakan kultur darah karena rumit, biayanya mahal, dan memakan waktu lama.

Cara lain untuk mendiagnosis adalah dengan polymerase chain reaction (PCR), kultur feses, urine, atau sumsum tulang, tes serologi (Widal atau ELISA), Tubex, hingga typhidot untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM.

4. Biasanya diobati dengan kloramfenikol

Demam Lebih dari Seminggu, Ciri Khas Demam Tifoidilustrasi obat-obatan (pixabay.com/Myriams-Fotos)

Prinsip tata laksana demam tifoid adalah dengan meminta pasien bed rest (tirah baring), memberi cairan adekuat jika pasien dehidrasi, dan mencukupi gizi seimbang tanpa serat. Selain itu, karena penyebabnya adalah bakteri, maka harus diberi antibiotik.

Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksasol. Sementara, yang tergolong antibiotik lini kedua adalah sefalosporin gen III dan makrolida.

“Obat ini bekerja minimal 3–4 hari. Kalau dua hari belum membaik, wajar. Butuh waktu untuk bekerja karena Salmonella typhi tidak mudah dibunuh,” tukas Dr. Ari.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Infeksi Salmonella, Bakteri yang Ada dalam Makanan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya