Studi: Hipertensi Muncul 6 Bulan setelah Terinfeksi COVID-19

SARS-CoV-2 disebut bisa mengganggu regulasi tekanan darah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko kematian nomor satu secara global, yang memengaruhi lebih dari 1 miliar orang, mengutip World Heart Federation. Sekitar setengah dari seluruh kematian akibat penyakit jantung dan stroke dikaitkan dengan hipertensi yang tidak terkontrol.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Hypertension pada 21 Agustus 2023 menemukan bahwa orang yang pernah terinfeksi COVID-19 lebih mungkin mengembangkan hipertensi enam bulan setelahnya. Berikut ini detailnya!

Melibatkan 45.398 pasien COVID-19 yang awalnya tidak memiliki riwayat hipertensi

Untuk membuktikan apakah SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19, bisa memicu timbulnya hipertensi persisten yang baru, para peneliti mengamati 45.398 pasien COVID-19 antara Maret 2020 hingga Agustus 2022. Sebelum terjangkit COVID-19, mereka tidak memiliki riwayat hipertensi.

Enam bulan setelahnya, hipertensi persisten yang baru dialami oleh 20,6 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, dan 10,85 persen pasien COVID-19 yang tidak dirawat di rumah sakit.

Setelah diamati, hipertensi persisten lebih sering terjadi pada orang lanjut usia, berjenis kelamin laki-laki, memiliki penyakit penyerta yang sudah ada sebelum terinfeksi COVID-19 (seperti penyakit paru obstruktif kronis, penyakit arteri koroner, dan penyakit ginjal kronis), serta menggunakan obat pressor dan kortikosteroid.

Mengapa COVID-19 meningkatkan kemungkinan terkena hipertensi?

Studi: Hipertensi Muncul 6 Bulan setelah Terinfeksi COVID-19ilustrasi virus SARS-CoV-2 (pixabay.com/geralt)

Penelitian ini memang tidak dirancang untuk mengungkap mengapa COVID-19 bisa meningkatkan kemungkinan terkena hipertensi. Namun, para peneliti beranggapan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa menginfeksi sel jantung dan mengganggu regulasi tekanan darah.

Mereka juga mengatakan bahwa cedera ginjal akut (salah satu komplikasi umum pada pasien COVID-19 yang menjalani rawat inap) juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Selain itu, peradangan mungkin berperan dalam perkembangan hipertensi.

Diprediksi, makin banyak orang yang mengidap hipertensi di masa depan

Berdasarkan studi dalam British Journal of Clinical Pharmacology pada Maret 2021, diperkirakan hipertensi diidap oleh 1,13 miliar orang di seluruh dunia dan diprediksi akan meningkat sebesar 15-20 persen pada tahun 2025.

Bagaimana dengan Indonesia? Mengacu pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,1 persen. Terjadi peningkatan pesat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 yang hanya 25,8 persen. Makin banyak yang mengidap hipertensi berarti beban kesehatan masyarakat menjadi makin besar.

Belum terlambat, hipertensi bisa dicegah dengan berbagai cara. Seperti berhenti merokok, rutin berolahraga, meminimalkan stres, menurunkan berat badan (bagi yang kelebihan berat badan), mengonsumsi banyak sayur dan buah, menghindari minuman beralkohol, serta tidak berlebihan dalam mengonsumsi garam.

Baca Juga: Hipertensi Esensial: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya