Kasus Alergi di Indonesia Paling Banyak Disebabkan oleh Tungau Debu

Bagaimana cara mengatasinya?

Alergi didefinisikan sebagai perubahan reaksi pertahanan tubuh yang menolak zat-zat asing pemicu alergi (alergen). Sebanyak 30–40 persen populasi dunia memiliki alergi. Di sisi lain, belum ada data adekuat mengenai prevalensi alergi di Indonesia.

Ketika alergi datang, apa yang harus dilakukan? Ini dikupas tuntas dalam virtual media briefing yang dihelat oleh PT Bayer Indonesia pada Kamis (6/10/2022). Narasumber yang dihadirkan adalah Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik. Here we go!

1. Seperti apa proses terjadinya alergi?

Alergi adalah respons pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat di sekitar kita yang sebenarnya tidak berbahaya. Zat yang menimbulkan reaksi alergi disebut alergen.

"Masuknya alergen ke dalam tubuh akan memicu respons imun, lalu terbentuk antibodi (IgE) pada permukaan sel mast. Pada paparan berulang, alergen akan berikatan dengan IgE, dan sel mast pecah mengeluarkan berbagai zat inflamasi, seperti histamin," jelas Prof. Iris.

Salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko alergi adalah riwayat keluarga. Jika kedua orang tua tidak mempunyai alergi, maka anak 15 persen lebih mungkin memiliki alergi. Risikonya menjadi 70 persen jika kedua orang tua memiliki alergi.

2. Terdapat beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh

Kasus Alergi di Indonesia Paling Banyak Disebabkan oleh Tungau Debuilustrasi menghirup udara (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Setidaknya, ada empat cara alergen masuk ke dalam tubuh. Mulai dari:

  • Inhalan atau dihirup dan masuk ke saluran napas. Di Indonesia, paling sering disebabkan oleh tungau debu rumah, tetapi juga bisa dipicu oleh serbuk sari (pollen), kecoak, spora jamur, dan serpihan kulit hewan peliharaan.
  • Ingestan atau dimakan dan masuk ke saluran cerna. Contohnya adalah udang, ikan laut, susu, telur, kacang tanah, stroberi, dan obat oral.
  • Kontaktan atau kontak dengan kulit. Seperti kosmetik, logam (perhiasan atau arloji), tanaman beracun, dan benda berbahan lateks (sarung tangan atau pakaian).
  • Injektan atau suntikan, seperti analgesik dan antibiotik serta sengatan lebah.

Baca Juga: Bisakah Muncul Ruam akibat Alergi Sinar Matahari? Ini Penjelasannya!

3. Alergi bisa menyebabkan biduran

Biduran atau urtikaria adalah kelainan kulit yang memiliki gejala khas, seperti bentol, kemerahan, dan gatal. Penyebabnya adalah alergen (makanan laut, kacang-kacangan, dan sengatan ubur-ubur) serta bukan alergen (udara dingin, cahaya matahari, dan tekanan pada kulit).

Jika berlangsung kurang dari 6 minggu, maka disebut biduran akut. Sebaliknya, jika lebih dari 6 minggu, berarti itu biduran kronis. Penyebab biduran akut lebih mudah diketahui daripada biduran kronis.

"Menurut guidelines WAO, pengobatan alergi adalah dengan antihistamin generasi kedua. Yang paling efektif adalah cetirizine 10 mg," terang Prof. Iris.

4. Juga bisa menyebabkan rinitis alergi

Kasus Alergi di Indonesia Paling Banyak Disebabkan oleh Tungau Debuilustrasi kulit gatal (pixabay.com/Miller_Eszter)

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada mukosa hidung, yang disebabkan oleh reaksi alergi. Gejalanya antara lain bersin, hidung gatal, meler, atau tersumbat. Selain itu, mata menjadi merah, gatal, dan berair.

Sepintas terlihat sama, padahal rinitis alergi berbeda dengan batuk pilek biasa. Misalnya, batuk pilek disebabkan oleh bakteri atau virus, sedangkan penyebab rinitis alergi adalah alergen.

Durasi rinitis alergi lebih lama, antara berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, sementara batuk pilek hanya berlangsung selama 7–10 hari. Ingus akibat rinitis alergi biasanya jernih, berbeda dengan batuk pilek yang kental dan berwarna kehijauan.

"Yang harus dilakukan adalah menghindari alergen, kalau sudah tahu faktor pencetusnya, minum antihistamin generasi kedua yang cepat meredakan gejala, dan selalu sediakan antihistamin di dompet atau tas," Prof. Iris memberi saran.

Baca Juga: 7 Penyebab Alergi yang Paling Umum, dari Debu hingga Makanan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya