Uji Coba Remdesivir sebagai Obat COVID-19 Tidak Menunjukkan Efek

Padahal, obat ini sempat dianggap menjanjikan

Satu per satu obat mulai menjalani uji coba klinis untuk mengetahui efektivitasnya dalam menangani COVID-19. Salah satunya adalah remdesivir, obat antivirus yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Gilead Sciences. Sejatinya, remdesivir merupakan obat yang dibuat untuk infeksi penyakit virus Ebola dan Marburg.

Mengapa remdesivir dianggap tidak berhasil untuk mengatasi COVID-19 dalam uji coba klinis tersebut? Ketahui selengkapnya di sini!

1. Tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang diberi remdesivir dan tidak

Uji Coba Remdesivir sebagai Obat COVID-19 Tidak Menunjukkan Efekmsn.com

Dalam uji coba klinis yang dilaksanakan di Tiongkok dan melibatkan 237 pasien, sebanyak 158 pasien secara acak diberi remdesivir, sementara 79 orang sisanya menjalani perawatan standar. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok untuk waktu pemulihan, tegas laman The Guardian.

Bahkan, terjadi kematian sebesar 14 persen untuk pasien yang menggunakan remdesivir dan sebanyak 13 persen meninggal pada kelompok yang tidak diberi remdesivir. Selain itu, remdesivir dihentikan lebih awal pada 18 pasien (11,6 persen) karena menimbulkan efek samping.

2. Remdesivir tidak memperbaiki kondisi pasien atau mengurangi patogen dalam aliran darah

Uji Coba Remdesivir sebagai Obat COVID-19 Tidak Menunjukkan Efektheonlinecitizen.com

Uji klinis ini didapat dari draf dokumen yang telah diposting pada database uji klinis World Health Organization (WHO), tetapi kini telah dihapus. Menurut juru bicara WHO, dokumen ini diunggah terlalu cepat dan segera dihapus setelah kesalahan ditemukan, dilansir dari laman The Guardian.

Tarik Jasarevic, juru bicara WHO, mengatakan bahwa dokumen itu sedang menjalani peer review dan menunggu versi finalnya rilis. Berdasarkan dokumen itu, remdesivir tidak memperbaiki kondisi pasien atau mengurangi kehadiran patogen di aliran darah.

3. Padahal, obat ini sempat dianggap sebagai prospek terbaik untuk mengobati COVID-19

Uji Coba Remdesivir sebagai Obat COVID-19 Tidak Menunjukkan Efekthailandmedical.news

Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pernah menyatakan kalau obat hydroxychloroquine dan remdesivir potensial untuk mengatasi COVID-19. Tak sedikit pula politisi, peneliti dan dokter yang menyatakan hal serupa. Kini, antusiasme itu perlahan-lahan redup. Menurut dokumen tersebut, remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi, ujar laman BBC.

Bahkan, menurut penelitian yang dipublikasikan di Bio Space, menunjukkan bahwa remdesivir memiliki efek samping. Sekitar 25 persen pasien yang menerima remdesivir mengalami efek samping yang parah, seperti sindrom multifungsi organ, syok septik, cedera ginjal akut, dan tekanan darah rendah. Bahkan, 23 persen mengalami kerusakan hati saat dilakukan uji laboratorium.

Baca Juga: Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinya

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya