Cor Pulmonale, Penyakit Jantung akibat Penyakit Paru Kronis

Kenali hubungan antara penyakit paru dengan penyakit jantung

Cor pulmonale berasal dari bahasa Latin "cor" artinya "jantung" dan "pulmonale" artinya "paru-paru".

Cor pulmonale adalah perubahan struktur (hipertrofi atau dilatasi) dan fungsi ventrikel (bilik) kanan jantung, utamanya disebabkan oleh kelainan pada sistem respirasi atau pernapasan yang menyebabkan hipertensi paru.

Secara sederhana, cor pulmonale merupakan kondisi gagal jantung kanan yang terjadi akibat hipertensi paru (hipertensi pulmonal) akibat kelainan paru.

Penyakit paru yang bisa menyebabkan cor pulmonale adalah penyakit paru-paru kronis seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, atau emboli paru.

Di antara kelainan tersebut, penyebab paling utama cor pulmonale adalah PPOK. Gagal jantung kanan yang disebabkan oleh gagal jantung kiri atau penyakit jantung bawaan tidak termasuk dalam cor pulmonale.

1. Penyebab

Cor Pulmonale, Penyakit Jantung akibat Penyakit Paru Kronisilustrasi batuk (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam buku Hurst’s The Heart, proses terjadinya cor pulmonale diawali dengan penyakit paru. Pada penyakit paru kronis, seperti PPOK, emboli paru, fibrosis paru, sleep apnea, myasthenia gravis, dan poliomielitis, jaringan paru mengalami inflamasi, hipoksemia, fibrosis dan kerusakan parenkim paru. Hal ini menyebabkan peningkatan kekakuan arteri di paru, sehingga tekanan arteri paru meningkat. Inilah yang disebut sebagai hipertensi paru.

Darah akan mengalir dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Normalnya, tekanan arteri paru lebih rendah dari tekanan ventrikel kanan, sehingga ketika jantung kanan memompa, darah akan masuk ke paru melewati pembuluh darah bernama arteri pulmonalis dengan mudah. Namun, pada orang dengan penyakit paru kronis, tekanan pembuluh darah di paru cukup tinggi, sehingga jantung membutuhkan usaha lebih besar untuk memompa.

Akibat beban kerja jantung yang berat, makin lama otot jantung kanan akan membesar dan terjadilah hipertrofi ventrikel kanan. Apabila kondisi ini terus berlanjut, maka suatu saat jantung akan kelelahan dan terjadilah gagal jantung kanan.

Adanya hipertrofi ventrikel kanan menandakan bahwa telah terjadi perubahan struktur normal jantung. Sementara itu, terjadinya gagal jantung kanan menandakan bahwa terjadi kegagalan fungsi jantung. Kondisi ini didasari oleh penyakit paru kronis yang menyebabkan hipertensi paru dan kegagalan jantung kanan untuk memompa darah ke paru.

2. Gejala

Cor Pulmonale, Penyakit Jantung akibat Penyakit Paru Kronisilustrasi nyeri dada (pexels.com,/Puwadon Sang-ngern)

Secara klinis, gejala cor pulmonale tidak begitu spesifik, tetapi dapat dilihat dari ada atau tidaknya tanda dan gejala gagal jantung kanan, seperti:

  • Sesak saat beraktivitas.
  • Kelelahan.
  • Kelesuan.
  • Sinkop atau pingsan saat beraktivitas.
  • Nyeri dada akibat beraktivitas.
  • Distensi perut (perut yang membesar akibat adanya akumulasi cairan, gas, atau substansi lain).
  • Asites (rongga perut abdomen terisi oleh cairan yang berlebihan).
  • Pembengkakan ekstremitas bawah.
  • Distensi vena jugular (pelebaran pembuluh darah di leher).
  • Hepatomegali (pembesaran organ hati melebihi ukuran normalnya).

Ketika terjadi gagal jantung kanan, artinya jantung kanan tidak kuat memompa darah untuk keluar dari jantung menuju ke paru. Akibatnya, terjadi bendungan atau penumpukan darah di jantung kanan dan pembuluh darah yang mengalirkan darah menuju jantung kanan.

Ketika bendungan terjadi di vena jugularis, maka menifestasi klinisnya adalah distensi vena jugular. Bila bendungan terjadi pada vena cava inferior, maka akan terjadi penumpukan cairan di organ hepar menyebabkan hepatomegali, di perut menyebabkan asites dan distensi perut, di ekstremitas menyebabkan edema atau pembengkakan kaki, dan di ginjal menyebabkan gagal ginjal.

Baca Juga: Hipertensi Pulmonal: Penyebab, Jenis, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

3. Diagnosis

Cor Pulmonale, Penyakit Jantung akibat Penyakit Paru Kronisilustrasi pemeriksaan X-ray (pexels.com/Anna Shvets)

Diagnosis cor pulmonale ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, rontgen dada, elektrokardiografi (EKG), echocardiography, CT angiogafi, V/Q scanning, MRI, dan kateterisasi jantung kanan.

  • Anamnesis dan pemeriksaan fisik: Didapatkan keluhan yang mengarah pada gagal jantung kanan dan adanya riwayat penyakit paru kronis.
  • Chest X-ray PA: Didapatkan adanya pembesaran arteri pulmoner, peningkatan corakan paru, dan kardiomegali.
  • EKG: Didapatkan adanya hipertrofi ventrikel kanan atau pembesaran ventrikel kanan. CT angiografi dada: Digunakan untuk menyingkirkan tromboemboli paru sebagai penyebabnya.
  • V/Q scanning: Digunakan untuk mengevaluasi cor pulmonale, utamanya bila hipertensi pulmonalnya disebabkan oleh hipertensi pulmonal tromboemboli kronis.
  • MRI: Ini sangat akurat, tetapi tidak digunakan untuk pemeriksaan rutin.
  • Kateterisasi jantung kanan: Merupakan standar emas untuk penegakan diagnosis serta mengevaluasi keparahan hipertensi pulmonal. Dikatakan hipertensi pulmonal bila mean pulmonary arterial presssure (PAPm) lebih dari sama dengan 25 mmHg. Meskipun kateterisasi jantung kanan merupakan standar emas, tetapi prosedur ini termasuk prosedur invasif.

4. Pengobatan

Cor Pulmonale, Penyakit Jantung akibat Penyakit Paru Kronisilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir Penn Medicine, tujuan pengobatan cor pulmonale adalah untuk mengontrol gejala. Penting untuk menangani masalah medis yang menyebabkan hipertensi pulmonal, karena dapat menyebabkan cor pulmonale.

Banyak pilihan pengobatan yang tersedia. Secara umum, penyebab cor pulmonale individu akan menentukan pengobatan yang diterima.

Obat yang diresepkan bisa berupa obat oral, obat intravena, atau obat hirup. Pasien akan dimonitor secara ketat selama perawatan untuk melihat efek samping dan melihat seberapa baik obat tersebut bekerja. Jangan pernah berhenti minum obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.

Perawatan lainnya mungkin termasuk:

  • Pengencer darah untuk mengurangi risiko penggumpalan darah.
  • Obat-obatan untuk mengatasi gejala gagal jantung.
  • Terapi oksigen di rumah (seperti pada kebanyakan kasus cor pulmonale, oksigen rendah).
  • Transplantasi paru-paru atau jantung-paru jika obat tidak bekerja.

Tips penting untuk diikuti:

  • Hindari aktivitas berat dan angkat berat.
  • Hindari bepergian ke dataran tinggi.
  • Dapatkan vaksin flu tahunan serta vaksin lainnya, seperti vaksin pneumonia dan COVID-19.
  • Jika merokok, segera berhenti.
  • Batasi asupan garam. Dokter juga mungkin menyarankan untuk membatasi asupan cairan.
  • Gunakan oksigen jika diresepken dokter.
  • Pasien perempuan tidak disarankan untuk hamil.

Cor pulmonale adalah kondisi jantung serius yang berkembang sebagai komplikasi penyakit paru lanjut. Karena tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya, pencegahan adalah kuncinya.

Strategi pencegahan termasuk menghindari merokok dan polusi udara serta pengelolaan penyakit paru-paru secara hati-hati.

Kalau kamu memiliki kondisi paru-paru, lakukan tindakan pencegahan ekstra untuk menghindari infeksi pernapasan menular dan perhatikan baik-baik tanda dan gejala yang memburuk.

Tanpa pengobatan, cor pulmonale dapat menyebabkan sesak napas yang mengancam jiwa, penumpukan cairan yang parah di tubuh, syok, dan kematian.

Baca Juga: 4 Stadium Gagal Jantung, dari Tahap A hingga D

Neysa Ardrasheila Cesa Photo Writer Neysa Ardrasheila Cesa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya