Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahaya

Setidaknya inilah sembilan penyakit yang perlu diwaspadai

Siapa, sih, yang dalam hidupnya bebas dari stres? Penyebab stres bisa bervariasi pada setiap orang. Mulai dari pekerjaan yang menumpuk, punya atasan atau lingkungan kerja toksik, masalah finansial, konflik dengan pasangan, dan sebagainya. Tahu tidak, bila stres terjadi berkepanjangan (kronis), lama-lama bisa menyebabkan penyakit, lho.

Melansir Healthline, stres adalah situasi yang memicu respons biologis tertentu. Saat kamu merasa terancam atau menghadapi tantangan besar, kimia dan hormon dalam tubuh akan melonjak.

Stres memicu respons fight-or-flight (melawan atau menjauh). Umumnya, setelah respons muncul, tubuh akan relaks. Terlalu banyak stres yang berlangsung terus-menerus dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan dalam jangka panjang. Berikut ini adalah ancaman penyakit akibat stres kronis.

1. Sakit kepala

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit BerbahayaIlustrasi sakit kepala. IDN Times/Sukma Shakti

Kondisi stres bisa memicu sakit atau nyeri di area kepala, sekitar dahi, leher, dan bahu. Menurut American Headache Society, sekitar 4 dari 5 orang dengan migrain melaporkan bahwa sakit kepala tersebut dipicu oleh stres. 

Sebuah penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Academy of Neurology di Philadelphia, Amerika Serikat (AS), menganalisis data 5.519 peserta berusia 21-71 tahun. Tim peneliti menemukan bahwa peserta yang mengalami peningkatan sakit kepala disebabkan oleh peningkatan stres.

2. Penyakit kulit

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayapixabay.com/nastya_gepp

Stres juga berdampak buruk bagi kulit. Bahkan, keluhan bisa terus muncul walaupun sudah diobati.

Menurut Asisten Profesor Departemen Penyakit Dalam di Emory University School of Medicine, AS, Sharon Bergquist MD, stres menyebabkan ruam seperti gigitan serangga akibat alergi. Selain itu, disebutkan juga bahwa stres dalam jangka waktu panjang bisa memicu kondisi kulit yang sudah ada jadi memburuk.

Bahkan, bila stres tidak diatasi dengan benar, itu dapat memicu atau bikin kambuh penyakit kulit seperti eksem, jerawat, hingga psoriasis. Maka dari itu, selain perawatan sesuai anjuran dokter, kamu juga perlu merawatnya dari dalam dengan mengelola stres dengan baik.

Baca Juga: 10 Tanda Kamu Butuh Detoks Media Sosial, Uninstall agar Tidak Stres!

3. Diabetes

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayapexels.com/PhotoMIX Company

Ternyata, stres juga bisa memicu diabetes. Ini karena hormon stres dalam tubuh dapat memengaruhi kadar glukosa secara langsung. Saat stres, tubuhmu akan bereaksi. Respons inilah yang meningkatkan kadar hormon dan sel saraf menyala.

Melansir Healthline, selama respons tersebut, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol ke aliran darah dan menyebabkan laju pernapasan meningkat. Tubuh akan mengarahkan darah ke otot dan tungkai, yang memungkinkan untuk melawan situasi ini. Tubuh mungkin tidak dapat memproses glukosa yang dilepaskan oleh sel saraf yang bekerja bagi penderita diabetes. Jika tubuh tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi, glukosa akan menumpuk di aliran darah. Ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat.

Menurut tinjauan dalam jurnal Discovery Medicine tahun 2010 melaporkan bahwa orang-orang dengan depresi, kecemasan, stres, atau kombinasi kondisi tersebut memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan diabetes.

Pemicu stres yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan diabetes meliputi: momen penuh tekanan dalam hidup atau pengalaman traumatis, stres emosional umum, kemarahan dan permusuhan, stres kerja, dan gangguan tidur.

Tim peneliti dari Universitas Amsterdam, Belanda, menjelaskan tentang kemungkinan bagaimana tipe stres dapat meningkatkan risiko diabetes, yaitu meliputi faktor gaya hidup, efek para tingkat hormon, dan efek terhadap sistem kekebalan tubuh.

4. Gangguan pencernaan

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayapexels.com/Polina Zimmerman

Sadarkah kamu bahwa saat mengalami stres, kadang timbul rasa tidak nyaman di area perut seperti rasa melilit atau bahkan menyebabkan asam lambung naik. Ternyata, stres memang berhubungan dengan gangguan pencernaan.

Menurut sebuah riset yang diterbitkan dalam buku Neuroscience, otak dan usus terhubung dan terus "berkomunikasi". Faktanya, lebih banyak neuron berada di usus daripada di seluruh sumsum tulang belakang.

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di Scientific American, usus dikendalikan sebagian oleh sistem saraf pusat di otak dan sumsum tulang belakang. Selain itu, usus juga memiliki jaringan neuron sendiri di lapisan sistem gastrointestinal, yang dikenal sebagai sistem saraf enterik atau intrinsik. Faktanya, sistem saraf di usus punya pengaruh besar, membuat banyak ilmuwan menganggap usus sebagai otak kedua.

Sistem saraf enterik, bersama dengan 100 juta sel saraf yang melapisi saluran pencernaan dari kerongkongan ke rektum, mengatur proses pencernaan seperti:

  • Menelan
  • Pelepasan enzim untuk memecah makanan
  • Kategorisasi makanan sebagai nutrisi atau produk limbah

Maka dari itu, stres bisa secara signifikan memengaruhi cara tubuh menjalankan proses-proses di atas.

5. Masalah kesuburan

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayapexels.com/cottonbro

Stres juga dikatakan dapat memicu gangguan reproduksi yang berkaitan dengan masalah kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki, dan ini pun sudah terbukti lewat penelitian.

Salah satunya, studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari National Institutes of Health dan Universitas Oxford yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility menemukan bahwa 25 persen perempuan dengan kadar alfa-amilase tertinggi, senyawa yang disekresikan ke dalam air liur dan dikaitkan dengan respons stres, lebih sulit untuk hamil ketimbang perempuan dengan kadar alfa-amilase yang lebih rendah.

Tak hanya itu, menurut sebuah studi dalam American Journal of Epidemiology tahun 2018 melaporkan bahwa perempuan yang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi memiliki tingkat pembuahan yang lebih rendah, tetapi laki-laki yang mengalami tingkat stres yang sama tidak mengalami hal serupa.

Satu lagi, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility tahun 2014 menyebutkan bahwa laki-laki yang mengalami stres cenderung memiliki jumlah sperma yang sedikit. Selain itu, bentuk spermanya juga dilaporkan tidak sempurna dan kemampuan pergerakannya terganggu. Hal tersebut tentu bisa menyebabkan masalah kesuburan.

6. Depresi

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayaunsplash.com/Claudia Wolff

Melansir WebMD, penulis buku The End of Stress as We Know It, Bruce McEwen, PhD,
mengatakan bahwa stres yang mengarah pada perilaku dan pola hidup pada gilirannya dapat menyebabkan beban stres kronis dan meningkatkan risiko depresi berat.

Oleh sebab itu, hubungan antara stres dan depresi bersifat kompleks dan melingkar. Orang yang stres sering kali mengabaikan praktik gaya hidup sehat. Mereka mungkin merokok, minum alkohol lebih banyak dari biasanya, dan tidak berolahraga.

Selain stres, depresi memang dipengaruhi oleh banyak kemungkinan, seperti genetika dan kondisi hidup yang dijalani. Namun, stres kronis berkepanjangan sangat berpengaruh dalam meningkatkan risiko depresi jika tidak segera diatasi.

7. Obesitas

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayaunsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona

Mungkin kita tahunya bahwa stres bikin berat badan menyusut. Namun sebaliknya, stres juga bisa bikin berat badan naik dan mendatangkan risiko obesitas, lho.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Department of Epidemiology and Public Health dari Universitas College London, bahwa stres dapat menyebabkan obesitas. Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan konsumsi comfort food alias makanan yang dianggap memberikan kenyamanan saat sedang stres, yang cenderung berupa makanan tinggi lemak dan gula. Bila pola makan seperti ini berlebihan, tentunya bisa membuat berat badan meroket. 

Melansir News-Medical.Net, stres yang sedang berlangsung menyebabkan pelepasan hormon kortisol. Hormon ini meningkatkan nafsu makan dan bila stres tak kunjung reda, kadar kortisol dan nafsu makan ini akan tetap meningkat. Itu membuat seseorang yang sedang stres menjadikan makanan sebagai pelarian dan karena lebih memiliki makanan tinggi lemak dan kalori.

8. Penyakit jantung

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayaunsplash.com/Giulia Bartelli

Stres yang dibiarkan terus akan berisiko menyebabkan penyakit berbahaya seperti serangan jantung. Ini bisa terjadi karena aliran darah yang terhambat menuju jantung, sehingga organ vital itu tidak mendapat oksigen yang cukup.

Melansir WebMD, stres yang berlangsung dalam jangka panjang bisa membahayakan jantung. Penyakit yang mengancam di antaranya adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, nyeri dada, atau detak jantung tidak teratur. Stres itu sendiri bisa menjadi masalah besar karena dapat meningkatkan tekanan darah. Ini tak baik bagi tubuh.

9. Penyakit Alzheimer

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayaunsplash.com/Usman Yousaf

Ada lagi penyakit yang bisa dipicu oleh stres, yaitu Alzheimer. Penyakit tersebut merupakan penyakit progresif yang menyerang otak dan mengakibatkan penurunan daya ingat, merusak memori, hingga fungsi mental lainnya.

Menurut sebuah penelitian dalam Journal of Alzheimer's Disease tahun 2019, faktor psikis juga bisa memengaruhi risiko penyakit Alzheimer. Tekanan psikologis terutama, mungkin bisa meningkatkan kemungkinkan seseorang mengembangkan demensia.

Tim peneliti dari Universitas Copenhagen, Denmark, meneliti kemungkinan hubungan antara kelelahan vital dan penyakit Alzheimer. Kelelahan vital (vital exhaustion) dideskripsikan sebagai "keadaan mental tekanan psikologis" yang termanifestasi sebagai iritabilitas, kelelahan, dan perasaan demoralisasi.

Dijelaskan pula bahwa kelelahan vital tersebut mungkin merupakan reaksi terhadap "masalah yang belum terselesaikan" dalam hidup seseorang, khususnya ketika orang tersebut terpapar stresor dalam jangka waktu yang lama. Jadi, kelelahan vital bisa dilihat sebagai tanda tekanan psikologis.

Walaupun butuh penelitian lebih lanjut, tetapi tim peneliti meyakini bahwa stres dapat menyebabkan peradangan di otak, membuat otak lebih rentan terhadap masalah kesehatan seperti demensia (yang paling sering disebabkan oleh penyakit Alzheimer).

Tips mengatasi stres

Jangan Diremehkan, Stres Kronis Memicu Berbagai Penyakit Berbahayaunsplash.com/Radu Florin

Ancaman penyakit di atas seharusnya sudah mampu memotivasi kamu untuk mampu mengelola stres dengan baik. Melansir Healthline, ada banyak cara sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mengusir stres. Di antaranya adalah:

  • Mendengarkan musik yang menenangkan. Cara ini diketahui memiliki efek positif pada otak dan tubuh, menurunkan tekanan darah, serta mengurangi kadar hormon kortisol yang terkait dengan stres.
  • Curhat dengan teman. Hubungan baik dengan teman atau orang-orang tersayang yang bisa dipercaya penting untuk menjaga kesehatan mental. Mereka bisa membantu memberikan perspektif yang mungkin menawarkan jalan keluar masalahmu.
  • Bicara dengan diri sendiri. Katakan atau akui kepada diri sendiri tentang penyebab stres yang dialami, apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah, dan yakini diri bahwa semua akan baik-baik saja.
  • Jaga pola makan tetap sehat. Hindari camilan manis dan tinggi lemak. Pilihlah buah dan sayuran sebagai camilan sehat. Makanan yang mengandung omega-3 juga telah terbukti dapat mengurangi gejala stres.
  • Tertawalah, karena ini dapat melepaskan endorfin dan memperbaiki suasana hati, menurunkan kadar hormon kortisol dan adrenalin penyebab stres. Tertawa akan "menipu" sistem saraf untuk membuat lebih bahagia.
  • Minum teh. Kafein dalam dosis besar menyebabkan lonjakan tekanan darah jangka pendek. Ini dapat menyebabkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal menjadi terlalu bersemangat. Alih-alih kopi atau minuman berenergi, cobalah teh hijau. Ini memiliki kurang dari setengah kafein kopi dan mengandung antioksidan sehat, serta theanine, asam amino yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf.
  • Latihan kesadaran. Ini merupakan pendekatan meditatif dan somatik terhadap kesehatan mental. Bisa dengan yoga, taici, meditasi, pilates, atau sesimpel mendalami teknik pernapasan dalam.
  • Olahraga. Tak perlu berjam-jam latihan di gym atau lari. Kamu bisa jalan-jalan di lingkungan sekitar rumah atau kantor atau melakukan peregangan di sela aktivitas dapat memberikan kelegaan secara cepat. Gerak fisik bisa melepaskan endorfin dalam tubuh serta dapat meningkatkan suasana hati.
  • Perbaiki kualitas tidur. Stres bisa menyebabkan kurang tidur, dan sebaliknya, kurang tidur bisa memicu stres. Lingkaran setan ini menyebabkan otak dan tubuh rusak dan memburuk seiring berjalannya waktu. Pastikan untuk mendapatkan tidur berkualitas tiap malamnya selama 7-8 jam.

Itulah berbagai penyakit yang bisa dipicu oleh stres kronis. Maka dari itu, kelola stres dengan baik untuk mencegahnya. Bila sudah melakukan tips di atas tetapi stres tak kunjung reda, memberat, atau memengaruhi kesehatan, sebaiknya konsultasikan ke dokter dan/atau ahli kejiwaan seperti psikolog atau psikiater agar bisa segera ditangani sebelum dampaknya lebih serius.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Stres Dampak Stres pada Laki-Laki Lebih Parah

Vera Yunii Photo Verified Writer Vera Yunii

Senang menulis untuk berbagi informasi :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya