Diet Vegan Terbukti Mampu Mengurangi Risiko Sindrom Metabolik

Diet vegan mengandalkan konsumsi produk nabati

Diet vegan merupakan pola makan yang tidak mengonsumsi semua makanan sumber hewani. Namun, perlu dicatat bahwa vegan dan vegetarian adalah dua hal yang berbeda.

Orang yang menjalani gaya hidup vegan bahkan bisa menghindari pakaian, sabun, dan produk yang menggunakan atau mengandung bagian tubuh hewan, seperti kulit dan bulu hewan. Seseorang mengadopsi gaya hidup dan pola makan ini umumnya karena alasan etika, kesehatan, lingkungan, dan keyakinan.

Pola makan vegan, jika seimbang dan bervariasi, dapat membantu mencapai dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal. Jika tidak, maka dapat menyebabkan kekurangan protein, asam lemak omega-3, zat besi, vitamin D, kalsium, zink, yodium, dan vitamin B12. Biasanya suplemen makanan dapat direkomendasikan oleh dokter untuk memenuhi kekurangan nutrisi tertentu.

Pola makan vegan umumnya mengurangi risiko berkembangnya penyakit degeneratif kronis tidak menular, terutama sindrom metabolik. Mari simak penjelasan tentang pola makan vegan dan pengaruhnya dalam menurunkan risiko sindrom metabolik di bawah ini.

1. Apa itu sindrom metabolik?

Diet Vegan Terbukti Mampu Mengurangi Risiko Sindrom Metabolikilustrasi penyakit diabetes (pixabay.com/PhotoMIX-Company)

Sindrom metabolik adalah sekelompok gangguan yang terjadi secara bersamaan, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Kondisi tersebut antara lain peningkatan tekanan darah, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh, serta kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal.

Seseorang dikatakan terkena sindrom metabolik apabila setidaknya mengalami tiga masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan dislipidemia. Dislipidemia merupakan kondisi kadar kolesterol, yaitu low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL), dan trigliserida tidak normal.

Apabila hanya mengalami salah satu dari kondisi tersebut, maka belum bisa dikatakan terkena sindrom metabolik. Meskipun begitu, salah satu dari kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit yang lebih serius.

Nama lain untuk sindrom metabolik meliputi:

  • Sindrom X.
  • Sindrom resistansi insulin.
  • Sindrom dismetabolik.

2. Kriteria sindrom metabolik

Diet Vegan Terbukti Mampu Mengurangi Risiko Sindrom Metabolikilustrasi kelebihan berat badan (pixabay.com/Bru-nO)

Menurut National Heart, Lung and Blood Institut (NHLBI), seseorang memenuhi kriteria sindrom metabolik jika memiliki setidaknya tiga hal berikut:

  • Berat badan berlebih di perut: Lingkar pinggang lebih dari 40 inci (101,6 cm) pada laki-laki dan 35 inci (88,9 cm) pada perempuan.
  • Hipertrigliseridemia: Kadar trigliserida 150 miligram per desiliter darah (mg/dL) atau lebih.
  • Rendahnya kadar HDL: Kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dL pada laki-laki dan kurang dari 50 mg/dL pada perempuan.
  • Peningkatan kadar gula darah: Kadar gula darah puasa 100 mg/dL atau lebih. Jika 100 hingga 125 mg/dL dikatakan pradiabetes. Jika melebihi 125 mg/dL, kemungkinan besar menderita diabetes tipe 2.
  • Tekanan darah tinggi: Nilai tekanan darah sistolik 130 mmHg atau lebih tinggi (angka atas) dan/atau diastolik 85 mmHg atau lebih tinggi (angka bawah).

Apabila mengalami salah satu dari kondisi ini, maka dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan stroke.

Baca Juga: Hati-hati! 5 Gejala Ini Tanda Kamu Mengalami Sindrom Metabolik

3. Siapa yang berisiko terkena sindrom metabolik?

Diet Vegan Terbukti Mampu Mengurangi Risiko Sindrom Metabolikilustrasi pola makan tidak sehat (pixabay.com/shanecc)

Risiko terkena sindrom metabolik dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat dikendalikan, seperti kebiasaan gaya hidup, dan beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan, seperti usia dan penyakit genetik.

Kebiasaan gaya hidup

Kebiasaan gaya hidup berikut dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik:

  • Kurang olahraga.
  • Makan makanan yang tidak sehat dan dalam porsi banyak atau sering.
  • Kurangnya kualitas tidur yang cukup, yang membantu mengontrol cara tubuh menyerap nutrisi dari makanan yang dimakan.
  • Merokok dan minum alkohol.

Resistansi insulin

Insulin adalah hormon yang membantu tubuh dalam menggunakan glukosa. Glukosa merupakan gula sederhana yang dicerna dari makanan sebagai energi. Pada orang dengan resistansi insulin, insulin tidak bekerja dengan maksimal, sehingga tubuh terus memproduksinya lebih banyak untuk mengatasi kenaikan kadar glukosa. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan diabetes. Resistansi insulin erat kaitannya dengan kelebihan berat badan di perut.

Obesitas, khususnya obesitas perut

Para ahli mengatakan bahwa sindrom metabolik menjadi lebih umum karena meningkatnya angka obesitas. Selain itu, lemak berlebih di perut akan meningkatkan risiko.

Pekerjaan

Pekerja shift memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom metabolik karena sering kali memiliki jam sirkadian yang tidak selaras dengan lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada cara tubuh dalam menyerap nutrisi dari makanan.

4. Kaitan antara diet vegan dan sindrom metabolik

Diet Vegan Terbukti Mampu Mengurangi Risiko Sindrom Metabolikilustrasi menu diet vegan (pexels.com/Jill Wellington)

Sebuah studi mengamati model pola makan terhadap penyakit kronis, menunjukkan bahwa diet vegan memiliki risiko sindrom metabolik yang jauh lebih rendah dibandingkan pemakan daging (Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 2017).

Orang yang menerapkan diet vegan cenderung memiliki berat badan yang lebih ideal, kadar gula darah dan lemak yang lebih baik, serta sistem pencernaan cenderung lebih sehat. Banyak dari efek baik ini terkait dengan konsumsi makanan kaya akan antioksidan dan serat, terutama buah-buahan, sayuran, serta biji-bijian.

Sebuah studi menganalisis pola makan dan total asupan kacang-kacangan, kacang pohon (kenari, almon, hazelnut, kacang mete, pistachio, dan kacang Brasil) dan kacang tanah. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang lebih banyak mengonsumsi kacang pohon memiliki kemungkinan paling kecil mengalami obesitas dan menderita sindrom metabolik. Total asupan kacang-kacangan di kalangan konsumen kacang pohon tertinggi adalah 31,6 gram (segenggam) per hari (Nutrients, 2010).

Studi lainnya menunjukkan bahwa makan kacang-kacangan secara teratur dapat mencegah sindrom metabolik. Dalam studi tersebut, orang yang mengonsumsi kacang-kacangan paling banyak (sekitar 2,5 porsi per minggu) memiliki tekanan darah, kadar gula darah, dan profil lemak darah yang lebih sehat dibandingkan orang yang mengonsumsi kacang-kacangan lebih sedikit (Nutrients, 2017).

Sebagian orang menganggap bahwa tubuh tetap perlu zat gizi yang bersumber dari produk hewani. Namun, ini bisa disiasati dengan mengonsumsi suplemen nutrisi sesuai anjuran dokter atau mengonsumsi pangan nabati yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Baca Juga: Studi: Sindrom Metabolik Tingkatkan Risiko Gout

Niko Utama Photo Writer Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya