Kantuk Tak Terkendali di Jam Produktif? Bisa Jadi Tanda Narkolepsi

Penderita narkolepsi bisa tertidur secara tiba-tiba

Narkolepsi merupakan gangguan tidur kronis yang dapat memicu penderitanya sangat mengantuk saat jam produktif. Umumnya, penderita narkolepsi merasa sangat sulit untuk tetap terjaga dalam jangka waktu lama. Bahkan, mereka bisa tertidur secara tiba-tiba. Gangguan ini dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup bagi penderitanya.

Untuk memahami narkolepsi lebih mendalam, pertama-tama kamu perlu tahu dulu tentang siklus tidur normal. Siklus tidur secara normal melalui beberapa tahapan.

Tahap pertama, saat mulai tertidur itulah saatnya kamu memasuki tahap awal tidur. Selanjutnya adalah tahap lebih dalam. Tidur memasuki tahap rapid eye movement (REM) atau tidur dengan gerakan mata cepat 90 menit kemudian. Selama tahap REM, kamu bermimpi dan pada saat inilah otot-otot rileks sepenuhnya. Masalah pada penderita narkolepsi adalah REM dapat terjadi saat terjaga, sehingga mengakibatkan mimpi setengah tidur dan kelumpuhan sementara.

Hingga saat ini narkolepsi belum ditemukan obatnya. Namun, perubahan gaya hidup lebih sehat dapat mengatasi gejala narkolepsi. Selain itu, dukungan dari orang-orang sekitar seperti keluarga, teman, guru, hingga manajemen dan rekan kerja dapat membantu mengatasi gangguan ini.

1. Gejala narkolepsi

Kantuk Tak Terkendali di Jam Produktif? Bisa Jadi Tanda Narkolepsiilustrasi narkolepsi (freepik.com/may_chanikran)

Gejala narkolepsi biasanya pertama kali muncul antara usia 15 hingga 30 tahun. Berikut ini merupakan gejala yang paling umum terjadi:

  • Rasa kantuk tidak tertahankan pada siang hari. Penderita narkolepsi mengalami rasa kantuk berlebihan saat jam-jam produktif, meskipun tingkat keparahan kantuk bervariasi antar individu. Kondisi ini sangat intens sehingga mereka sering tidak sengaja tertidur saat bekerja atau mengendarai mobil. Banyak penderita narkolepsi melaporkan bahwa rasa kantuk yang dirasakan serupa dengan perasaan yang dirasakan orang setelah terjaga sepanjang malam.
  • Katapleksi, merupakan episode melemahnya otot dan biasanya dipicu oleh emosi yang ekstrem. Melemahnya otot ini umumnya berlangsung selama satu atau dua menit. Dalam keadaan yang lebih parah, katapleksi dapat menyebabkan melemahnya otot wajah, anggota bahkan seluruh tubuh, sehingga menyebabkan penderita secara tiba-tiba terjatuh. Kondisi lain seperti kondisi terjaga namun tidak dapat berbicara atau bergerak selama satu atau dua menit juga bisa terjadi.
  • Halusinasi, dapat terjadi saat penderita tertidur maupun terjaga. Halusinasi dapat terasa begitu nyata seperti perasaan ada orang asing mengancam atau didatangi binatang buas. Begitu terjaga, penderita masih memerlukan waktu beberapa menit untuk menyadari bahwa itu hanyalah halusinasi.
  • Kelumpuhan tidur, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk bergerak ketika berada di ambang tidur. Walaupun kondisi ini berlangsung tidak lebih dari satu menit, tetapi bisa terasa menakutkan terutama karena kadang disertai dengan sensasi kesulitan bernapas.

Tidak semua orang dengan narkolepsi mengalami semua gejala di atas. Kebanyakan orang mengalami kantuk pada siang hari dan katapleksi. Meskipun kondisi badan sangat lelah, tetapi kebanyakan penderita narkolepsi tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari.

2. Jenis

Kantuk Tak Terkendali di Jam Produktif? Bisa Jadi Tanda Narkolepsiilustrasi narkolepsi (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Narkolepsi merupakan kelainan yang terjadi ketika kontrol otak terhadap ritme sirkardian rusak. Beberapa penderita dapat mengalami kelemahan otot parah yang dipicu oleh syok atau emosi ekstrem lainnya. Kondisi seumur hidup ini dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis.

  • Narkolepsi tipe 1 (NT1), atau disebut narkolepsi dengan katapleksi. Pada tipe ini, penderita lebih mudah untuk didiagnosis. Namun, menurut laporan dalam jurnal Medical Sciences (2019) seseorang dapat dikatakan mengidap NT1 meskipun tidak ada katapleksi asalkan terjadi defisiensi hipokretik (orexin) dalam cairan serebrospinal.
  • Narkolepsi tipe 2 (NT2), atau disebut narkolepsi tanpa katapleksi. Pada tipe ini penderita tidak kehilangan kendali otot. Gejala lainnya hampir mirip NT1.
  • Narkolepsi sekunder, merupakan tipe yang jarang terjadi. Kondisi ini dapat dipicu akibat cedera bagian dalam otak yang disebut dengan hipotalamus, yang merupakan syaraf pengatur tidur. Pemicu lainnya seperti akibat tumor otak, multiple sclerosis, dan ensefalitis.

Baca Juga: 9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsi

3. Penyebab

Kantuk Tak Terkendali di Jam Produktif? Bisa Jadi Tanda Narkolepsiilustrasi tidur di kantor (pexels.com/Marcus Aurelius)

Para ahli hingga saat ini belum menemukan secara pasti penyebab narkolepsi. Namun, banyak yang meyakini bahwa kondisi ini dapat disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang bagian otak yang memproduksi hipokretin (orexin). Hormon ini merupakan pengatur siklus bangun-tidur.

Faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko narkolepsi. Para peneliti telah menemukan bahwa penderita narkolepsi mengalami perubahan pada gen-gen tertentu, khususnya gen reseptor sel T dan kompleks antigen leukosit manusia.

Studi dalam jurnal The Lancet (2000) menyebutkan bahwa pasien narkolepsi biasanya memiliki kadar cairan serebrospinal hipokretin yang rendah, yang dapat diindikasikan dengan hilangnya lebih dari 90 persen neuron penghasil hipokretin. Hilangnya sel-sel yang memproduksi hipokretin ini bersifat selektif dan dapat dikaitkan bahwa narkolepsi adalah proses yang dipicu oleh autoimun di dalam hipotalamus.

Dalam beberapa kasus, NT1 ditandai dengan rendahnya tingkat bahan kimia di dalam otak. Bahan kimia ini membantu mengatur siklus bangun-tidur.

Berbeda dengan NT1, faktor risiko NT2 sangat sedikit ditemukan. Beberapa ahli percaya bahwa NT2 hanyalah hilangnya neuron penghasil hipokretin yang tidak terlalu berisiko. Ada pula yang berpendapat bahwa NT2 merupakan gejala awal dari NT1, tetapi katapleksi hanya terjadi pada sekitar 10 persen kasus orang yang awalnya didiagnosis menderita NT2.

4. Penanganan

Kantuk Tak Terkendali di Jam Produktif? Bisa Jadi Tanda Narkolepsiilustrasi narkolepsi (pexels.com/Min An)

Meskipun hingga saat ini NT1 dan NT2 masih belum ditemukan obatnya, tetapi perawatan penting untuk memperbaiki gejala, mengurangi risiko kekambuhan, dan meningkatkan produktivitas penderita. Dalam beberapa kasus, kombinasi pendekatan medis dan terapi non medis dapat mengurangi gejala secara signifikan.

Beberapa pendekatan perilaku yang dapat dilakukan sebagai terapi non medis seperti :

  • Meluangkan tidur siang sebentar, karena tidur siang singkat dapat menyegarkan kembali kondisi badan.
  • Mengatur tidur malam lebih berkualitas, untuk mengatasi kualitas tidur buruk pada malam hari. Atur jadwal tidur yang konsisten, pastikan lingkungan tidur yang bersih dan nyaman, dan batasi penggunaan paralatan elektronik sebelum tidur.
  • Menghindari alkohol dan obat penenang. Zat yang dapat memicu rasa kantuk justru memperburuk gejala narkolepsi pada siang hari.
  • Berolahraga dan konsumsi makanan seimbang. Penderita narkolepsi lebih berisiko mengalami obesitas. Olahraga dan pola makan yang baik merupakan bagian penting dari kesehatan.
  • Dukungan dari orang terdekat, kelompok dukungan, atau profesional di bidang kesehatan mental dapat meningkatkan kesehatan emosional dan melawan risiko penarikan diri dari pergaulan, depresi, dan kecemasan pada penderita narkolepsi.

Selain pendekatan non medis, pengobatan medis sering diperlukan untuk membantu perbaikan gejala lebih cepat. Obat-obatan ini memerlukan resep dan harus digunakan secara hati-hati sesuai petunjuk yang diberikan dokter atau apoteker.

Berikut obat-obatan untuk membantu mengurangi gejala narkolepsi menurut laporan dalam Journal of Clinical Medicine (2022):

  • Methylphenidate: Jenis amfetamin yang dapat mengurangi kantuk pada siang hari yang berlebihan.
  • Modafinil dan armodafinil: Kedua obat ini merupakan jenis obat yang secara kimiawi serupa, biasanya digunakan sebagai terapi pertama untuk kantuk pada siang hari secara berlebihan.
  • Solriamfetol: Obat ini memiliki efek yang sebanding dengan modafinil.
  • Sodium oxybate: Obat ini dapat mengurangi katapleksi, kantuk pada siang hari yang berlebihan, dan gangguan tidur pada malam hari. Namun, memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan efek untuk narkolepsi.
  • Pitolisant: Obat ini dapat meningkatkan kesadaran dan menunjukkan efek positif pada katapleksi.

Baca Juga: 5 Penyebab Umum Narkolepsi, Rasa Kantuk Kronis di Siang Hari

Niko Utama Photo Writer Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya