ADHD: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatan

Biasanya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak.

Biasanya ADHD pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak dan sering kali berlanjut hingga dewasa. Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif, atau menjadi terlalu aktif.

Secara global, terdapat 4.198.974 kasus ADHD baru pada anak-anak (0–14 tahun) pada tahun 2019. Kondisi ini didiagnosis pada 3.114.614 (74 persen) anak laki-laki dan 1.084.360 (26 persen) anak perempuan (Biology and Life Sciences Forum, 2022).

ADHD ditandai dengan pola kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif yang menyulitkan pengidapnya untuk berfungsi dengan cara yang dianggap "standar" atau neurotipikal.

ADHD adalah kondisi seumur hidup. Walaupun tanda-tandanya bisa berubah seiring waktu, tetapi itu masih bisa mengganggu fungsi orang dewasa. Hubungan, kesehatan, pekerjaan, dan keuangan hanyalah beberapa bidang yang mungkin terkena dampaknya.

Jenis

Dilansir Johns Hopkins Medicine, ada tiga jenis utama ADHD:

  • ADHD tipe gabungan: Ini merupakan jenis ADHD yang paling umum, ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif serta kurangnya perhatian dan gangguan.
  • ADHD tipe impulsif/hiperaktif: Ini adalah jenis ADHD yang paling jarang terjadi, ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif tanpa kurangnya perhatian dan gangguan.
  • ADHD tipe inatensi dan mudah teralihkan: Jenis ADHD ini ditandai terutama oleh kurangnya perhatian dan gangguan tanpa hiperaktif.

Penyebab dan faktor risiko

ADHD: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatanilustrasi ADHD (flickr.com/Jesper Sehested)

Penyebab pasti ADHD masih belum diketahui, meskipun banyak penelitian menunjukkan bahwa gen memainkan peran besar.

Seperti banyak gangguan lainnya, ADHD mungkin disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Selain genetika, para peneliti juga melihat kemungkinan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko pengembangan ADHD dan mempelajari bagaimana cedera otak, nutrisi, dan lingkungan sosial mungkin berperan dalam ADHD.

ADHD lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan perempuan dengan ADHD lebih cenderung mengalami gejala kurangnya perhatian.

Orang dengan ADHD sering kali memiliki kondisi lain, seperti ketidakmampuan belajar, gangguan kecemasan, gangguan perilaku, depresi, dan gangguan penggunaan zat.

Faktor risiko

Penelitian telah menemukan bahwa sejumlah faktor risiko mungkin berperan dalam perkembangan ADHD, dilansir WebMD. Beberapa di antaranya memengaruhi perkembangan otak bayi selama kehamilan:

  • Nutrisi buruk.
  • Infeksi.
  • Merokok.
  • Minum alkohol.
  • Penyalahgunaan zat.

Ada hal lain yang bisa memengaruhi perkembangan otak anak setelah lahir. Beberapa hal yang peneliti cermati antara lain:

  • Lahir prematur.
  • Paparan racun, seperti timbal.
  • Cedera otak atau kelainan otak. Kerusakan pada bagian depan otak (lobus frontal), dapat menyebabkan masalah dalam mengendalikan impuls dan emosi.
  • Pola makan “Barat”. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan natrium serta rendah serat dan asam lemak omega-3 memiliki peluang lebih besar terkena ADHD.
  • Kekurangan gizi.
  • Aditif makanan. Mungkin ada hubungan antara bahan tambahan pewarna dan pengawet makanan dengan ADHD, tetapi hal ini mungkin hanya terjadi pada anak-anak yang sudah berada pada tingkat risiko tinggi terhadap kondisi tersebut.
  • Pendapatan keluarga. Anak-anak yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah mempunyai peluang lebih besar untuk menderita ADHD.

Gejala

Menurut National Institute of Mental Health, beberapa orang dengan ADHD umumnya mengalami gejala kurang perhatian. Yang lainnya kebanyakan memiliki gejala hiperaktif-impulsif. Beberapa orang memiliki kedua jenis gejala tersebut.

Banyak orang mengalami kurangnya perhatian, aktivitas motorik tidak fokus, dan impulsif, tetapi bagi pengidap ADHD, perilaku tersebut sering kali lebih parah, lebih sering terjadi, serta mengganggu atau mengurangi kualitas fungsi mereka secara sosial, di sekolah, atau dalam pekerjaan.

Kekurangan perhatian (inatensi)

Orang dengan gejala kurang perhatian sering kali:

  • Mengabaikan atau melewatkan detail dan membuat kesalahan yang terkesan ceroboh dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau selama aktivitas lainnya.
  • Mengalami kesulitan mempertahankan perhatian saat bermain atau melakukan tugas, seperti percakapan, kuliah, atau membaca bacaan panjang.
  • Terlihat tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung.
  • Merasa sulit untuk mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan rumah, atau tugas di tempat kerja, atau mungkin memulai tugas namun kehilangan fokus dan mudah teralihkan.
  • Mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan kegiatan, mengerjakan tugas secara berurutan, menjaga barang-barang tetap rapi, mengatur waktu, dan memenuhi tenggat.
  • Menghindari tugas-tugas yang memerlukan upaya mental berkelanjutan, seperti pekerjaan rumah, atau untuk remaja dan orang dewasa yang lebih tua, menyiapkan laporan, mengisi formulir, atau meninjau lapoan yang panjang.
  • Kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas, seperti perlengkapan sekolah, pensil, buku, peralatan, dompet, kunci, dokumen, kacamata, HP, dan sebagainya.
  • Mudah terganggu oleh pikiran atau stimulus yang tidak berhubungan.
  • Menjadi pelupa dalam aktivitas sehari-hari, seperti pekerjaan rumah, tugas, membalas telepon, dan menepati janji.

Hiperaktif-impulsif

Orang dengan ADHD hiperaktif-impulsif sering kali:

  • Gelisah dan menggeliat saat duduk.
  • Meninggalkan tempat duduk mereka dalam situasi yang diharapkan untuk tetap duduk, seperti di ruang kelas atau kantor.
  • Berlari, berkeliling, atau memanjat pada waktu yang tidak tepat atau, pada usia remaja dan dewasa, sering kali merasa gelisah.
  • Tidak bisa bermain atau melakukan hobi dengan tenang.
  • Terus bergerak atau bertindak seolah-olah digerakkan oleh motor.
  • Bicara berlebihan.
  • Menjawab pertanyaan sebelum ditanyakan sepenuhnya, menyelesaikan kalimat orang lain, atau bicara tanpa menunggu giliran.
  • Mengalami kesulitan dalam menunggu giliran.
  • Menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya dalam percakapan, permainan, atau aktivitas.

Karena gejala dapat berubah seiring waktu, gambarannya juga dapat berubah seiring waktu.

Baca Juga: Perbedaan Gejala ADHD pada Orang Dewasa dan Anak

Diagnosis

ADHD: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatanilustrasi ADHD (pexels.com/Tara Winstead)

Tidak ada tes tunggal untuk ADHD. Untuk membuat diagnosis, dokter akan menilai gejala ADHD yang kamu atau anak tunjukkan dalam enam bulan terakhir. Mereka juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat kesehatan kamu untuk menyingkirkan kondisi medis atau kejiwaan lain yang dapat menyebabkan gejala.

Dilansir ADDitude, dokter atau spesialis akan melakukan penilaian menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), yang merinci gejala-gejala ADHD.

Diagnosis ADHD pada anak

Seorang anak dapat didiagnosis dengan ADHD hanya jika dia menunjukkan setidaknya enam dari sembilan gejala yang diuraikan dalam DSM-V, dan jika gejala tersebut telah terlihat selama setidaknya enam bulan di dua tempat atau lebih, misalnya di rumah dan di sekolah.

Terlebih lagi, gejala-gejala tersebut telah mengganggu fungsi atau perkembangan anak, dan setidaknya beberapa gejala harus sudah terlihat sebelum usia 12 tahun. Kebanyakan anak-anak dengan ADHD mendapat diagnosis saat usia sekolah dasar.

Saat mendiagnosis seorang anak, dokter atau spesialis mungkin juga meninjau catatan sekolah dan kuesioner yang diisi oleh guru dan/atau pengasuh anak. Mereka kemungkinan besar akan berbicara dan mengamati anak, serta melakukan pemeriksaan terhadap ketidakmampuan belajar. Mereka juga akan mengesampingkan kondisi lain yang memiliki gejala serupa dengan ADHD.

Diagnosis ADHD pada orang dewasa

Remaja yang lebih tua dan orang dewasa mungkin perlu secara konsisten menunjukkan hanya lima gejala di berbagai tempat. Agar seorang remaja atau orang dewasa dapat didiagnosis dengan ADHD, gejalanya harus sudah muncul sebelum usia 12 tahun. Gejala juga tidak bisa dijelaskan dengan lebih baik oleh kelainan lain.

Pengobatan

Walaupun ADHD tidak bisa disembuhkan, tetapi pengobatan yang tersedia saat ini bisa mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari. Perawatan termasuk pengobatan, psikoterapi, pendidikan atau pelatihan, atau kombinasi perawatan.

1. Obat-obatan

Bagi banyak orang, obat ADHD mengurangi hiperaktif dan impulsif serta meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus, bekerja, dan belajar. Terkadang, beberapa obat atau dosis berbeda harus dicoba sebelum menemukan obat yang tepat dan cocok untuk orang tertentu. Siapa pun yang mengonsumsi obat harus diawasi secara ketat oleh dokter yang meresepkannya.

  • Stimulan

Jenis obat yang paling umum digunakan untuk mengobati ADHD disebut stimulan. Obat ini bekerja dengan meningkatkan bahan kimia otak dopamin dan norepinefrin, yang memainkan peran penting dalam berpikir dan perhatian. Namun, obat-obatan ini juga dapat menimbulkan efek samping, terutama bila disalahgunakan atau dikonsumsi melebihi dosis yang ditentukan.

  • Non stimulan

Beberapa obat ADHD lainnya bersifat non stimulan. Obat-obatan ini butuh waktu lebih lama untuk mulai bekerja dibanding stimulan, tetapi juga dapat memperbaiki fokus, perhatian, dan impulsivitas. Dokter mungkin meresepkan ini ketika seseorang mengalami efek samping mengganggu dari stimulan, ketika stimulan tidak efektif, atau dikombinasikan dengan stimulan untuk meningkatkan efektivitas.

Meskipun tidak disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk ADHD, tetapi beberapa antidepresan digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan stimulan untuk mengobati ADHD.

Antidepresan bisa membantu semua gejala ADHD dan dapat diresepkan jika pasien mengalami efek samping yang mengganggu dari obat stimulan. Antidepresan bisa membantu bila dikombinasikan dengan stimulan jika pasien juga menderita kondisi lain, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan mood lainnya. Obat ADHD non stimulan dan antidepresan juga mungkin memiliki efek samping.

2. Psikoterapi dan intervensi psikososial

Beberapa intervensi psikososial spesifik telah terbukti membantu individu dengan ADHD dan keluarganya mengelola gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari.

Bagi anak-anak usia sekolah, rasa frustrasi, rasa bersalah, dan kemarahan mungkin telah menumpuk dalam sebuah keluarga sebelum seorang anak didiagnosis. Orang tua dan anak mungkin perlu bantuan khusus untuk mengatasi perasaan negatif. Ahli kesehatan mental dapat mendidik orang tua tentang ADHD dan pengaruhnya terhadap keluarga. Mereka juga akan membantu anak dan orang tuanya mengembangkan keterampilan, sikap, dan cara baru untuk berhubungan satu sama lain.

Segala jenis terapi untuk anak dan remaja dengan ADHD memerlukan peran aktif orang tua. Psikoterapi yang hanya mencakup sesi pengobatan individu dengan anak (tanpa keterlibatan orang tua) tidak efektif untuk menangani gejala dan perilaku ADHD. Jenis pengobatan ini kemungkinan besar efektif untuk mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD.

  • Terapi perilaku

Terapi perilaku adalah jenis psikoterapi yang bertujuan untuk membantu seseorang mengubah perilakunya. Ini mungkin melibatkan bantuan praktis, seperti membantu mengatur tugas atau menyelesaikan tugas sekolah, atau mengatasi peristiwa yang sulit secara emosional.

Terapi perilaku juga mengajarkan seseorang bagaimana:

  • Memonitor perilaku mereka sendiri.
  • Memberikan pujian atau penghargaan pada diri sendiri karena bertindak sesuai keinginan, seperti mengendalikan amarah atau berpikir sebelum bertindak.

Orang tua, guru, dan anggota keluarga juga dapat memberikan umpan balik mengenai perilaku tertentu dan membantu menetapkan aturan yang jelas, daftar tugas, dan rutinitas terstruktur untuk membantu seseorang mengendalikan perilakunya.

Terapis juga dapat mengajarkan keterampilan sosial kepada anak-anak, seperti cara menunggu giliran, berbagi mainan, meminta bantuan, atau menanggapi ejekan. Belajar membaca ekspresi wajah dan nada suara orang lain, serta cara merespons dengan tepat juga dapat menjadi bagian dari pelatihan keterampilan sosial.

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif membantu seseorang belajar bagaimana menyadari dan menerima pikiran dan perasaannya sendiri untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi.

Terapis juga mendorong pengidap ADHD untuk menyesuaikan diri dengan perubahan hidup yang timbul akibat pengobatan, seperti berpikir sebelum bertindak, atau menahan keinginan untuk mengambil risiko yang tidak perlu.

  • Terapi keluarga dan pernikahan

Terapi keluarga dan pernikahan dapat membantu anggota keluarga dan pasangan menemukan cara produktif untuk menangani perilaku mengganggu, mendorong perubahan perilaku, dan meningkatkan interaksi dengan pasien ADHD.

  • Pelatihan keterampilan mengasuh anak (pelatihan manajemen perilaku orang tua)

Ini mengajarkan keterampilan orang tua untuk mendorong dan memberi penghargaan pada perilaku positif anak-anaknya. Orang tua diajarkan untuk menggunakan sistem penghargaan dan konsekuensi untuk mengubah perilaku anak, untuk memberikan umpan balik positif segera atas perilaku yang ingin mereka dorong, dan untuk mengabaikan atau mengarahkan perilaku yang ingin mereka cegah.

  • Intervensi manajemen kelas perilaku tertentu dan/atau akomodasi akademik

Untuk anak-anak dan remaja dengan ADHD, cara ini telah terbukti efektif dalam mengelola gejala dan meningkatkan fungsi di sekolah dan dengan teman sebaya.

Intervensi dapat mencakup rencana pengelolaan perilaku atau pengajaran keterampilan berorganisasi atau belajar.

Akomodasi dapat mencakup tempat duduk istimewa di kelas, pengurangan beban tugas kelas, atau perpanjangan waktu ujian dan ujian. Beberapa sekolah mungkin dapat menyediakan akomodasi tertentu untuk anak-anak yang memenuhi syarat untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus.

  • Teknik manajemen stres

Teknik ini dapat bermanfaat bagi orang tua yang memiliki anak ADHD dengan meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi rasa frustrasi, sehingga mereka dapat merespons perilaku anaknya dengan tenang.

  • Support group

Support group dapat membantu orang tua dan keluarga terhubung dengan orang lain yang memiliki masalah dan kekhawatiran serupa. Support group sering kali mengadakan pertemuan rutin untuk berbagi pengalaman, rasa frustrasi, dan keberhasilan, bertukar informasi tentang spesialis dan strategi yang direkomendasikan, dan untuk berbicara dengan para ahli.

3. Perangkat medis

FDA telah menyetujui Trigeminal Nerve Stimulation (eTNS) System eksternal untuk anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun yang tidak menggunakan obat ADHD. Ukurannya kira-kira sebesar ponsel dan ditempelkan pada elektroda pada tempelan yang ditempelkan di dahi anak. Ini mengirimkan impuls tingkat rendah ke bagian otak mereka yang dianggap menyebabkan ADHD. Perangkat ini biasanya dipakai pada malam hari.

4. Pengobatan pendukung lainnya

Ada cara lain untuk mengobati ADHD yang menurut sebagian pasien bermanfaat, seperti menghindari makanan tertentu dan mengonsumsi suplemen. Namun, tidak ada bukti kuat bahwa cara ini berhasil, dan tidak boleh dilakukan tanpa nasihat medis.

  • Pola makan

Orang dengan ADHD harus makan makanan yang sehat dan seimbang. Beberapa orang mungkin memperhatikan hubungan antara jenis makanan dan gejala ADHD yang memburuk. Jika ini masalahnya, buatlah catatan harian tentang apa yang kamu makan dan minum, dan perilaku apa yang terjadi setelahnya. Diskusikan hal ini dengan dokter. Kamu mungkin akan dirujuk ke ahli gizi.

  • Suplemen

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen asam lemak omega-3 dan omega-6 mungkin bermanfaat bagi pasien ADHD, meskipun bukti yang mendukung hal ini sangat terbatas.

Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan suplemen apa pun, karena beberapa suplemen dapat bereaksi secara tidak terduga terhadap obat atau membuatnya kurang efektif.

Pencegahan

ADHD: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatanilustrasi anak-anak (pexels.com/Naomi Shi)

Para ilmuwan percaya bahwa genetika memainkan peran utama dalam perkembangan ADHD. Jadi, kamu tidak bisa mencegah ADHD.

Namun, ada beberapa faktor risiko tertentu yang masih bisa kamu hindari. Kalau kamu sedang hamil, hindari racun dan zat seperti alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin mengurangi risiko, tetapi para peneliti hanya mengetahui sedikit tentang cara mengurangi kejadian dan prevalensi ADHD.

Komplikasi yang dapat terjadi

Hidup dengan ADHD bisa menjadi sebuah tantangan. Dijelaskan dalam laman Banner Health, komplikasi yang bisa terjadi pada orang dengan ADHD antara lain:

  • Kesulitan menyelesaikan tugas pekerjaan atau sekolah.
  • Kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan.
  • Kesehatan fisik dan mental yang buruk.
  • Masalah dalam mengelola uang.
  • Masalah dengan penegakan hukum.
  • Citra diri yang buruk.
  • Penyalahgunaan atau penyalahgunaan zat atau alkohol.
  • Sering mengalami kecelakaan atau cedera.
  • Kesulitan menjaga hubungan.

Terkadang orang dengan ADHD juga memiliki kondisi kesehatan mental lainnya, seperti:

Apakah ADHD termasuk disabilitas?

ADHD: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatanilustrasi ADHD (pexels.com/Tara Winstead)

Dilansir Cleveland Clinic, ADHD dianggap sebagai disabilitas perkembangan. Tantangan yang ditimbulkan oleh kondisi ini dapat mempersulit anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan berfungsi secara efisien di sekolah. Oleh karena itu, anak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan pendidikan khusus dan/atau pengajaran yang dimodifikasi di sekolah.

Selain itu, ketidakmampuan belajar seperti disleksia dan diskalkulia menunjukkan insiden yang lebih tinggi pada anak-anak dengan ADHD dibandingkan pada populasi neurotipikal. Sekitar 30 hingga 40 persen anak-anak dengan ADHD juga mengalami ketidakmampuan belajar. Seperti halnya anak-anak dengan ADHD, anak-anak dengan ketidakmampuan belajar berhak menerima layanan pendidikan khusus.

ADHD adalah kondisi umum yang terjadi seumur hidup dan menyerang orang-orang dari segala usia. Meskipun dapat memengaruhi perilaku dan perhatian anak, tetapi ADHD bisa diobati dengan terapi dan obat-obatan.

Perawatan perilaku dan dukungan dari teman, keluarga, dan guru adalah cara penting untuk membantu mengelola kondisi. Jika khawatir anak memiliki ADHD, hubungi dokter. Dokter dapat membantu langkah-langkah untuk mendapatkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang tepat.

Baca Juga: 5 Fakta ADHD pada Anak Perempuan, Apa Bedanya dengan Laki-laki?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya