Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Penanganan

Sering kali delirium dan demensia sulit dibedakan

Delirium adalah perubahan mendadak dalam kewaspadaan dan pemikiran. Orang dengan delirium biasanya menjadi bingung dan kesulitan memperhatikan. Juga dikenal sebagai juga dikenal sebagai kondisi kebingungan akut atau sindrom otak organik akut, delirium adalah kondisi medis yang terjadi karena berbagai penyebab.

Ini melibatkan kebingungan parah dan perubahan cepat dalam fungsi otak serta sekelompok gejala spesifik yang melibatkan gangguan kemampuan mental dan perubahan mendadak di otak. Ini dapat mengganggu tidur, konsentrasi dan perhatian, serta fungsi kognitif.

Delirium berbeda dengan demensia karena ini berkembang relatif tiba-tiba dan berpotensi reversibel dengan pengobatan kondisi medis yang mendasarinya. Delirium bisa menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, kondisi medis, atau penyebab lainnya seperti putus alkohol atau operasi.

1. Jenis

Para ahli telah mengidentifikasi tiga jenis delirium, yaitu:

  • Delirium hiperaktif: Ini tipe yang paling mudah dikenali, mungkin termasuk kegelisahan (misalnya mondar-mandir), agitasi, perubahan mood atau halusinasi yang cepat, dan penolakan untuk bekerja sama dengan hati-hati.
  • Delirium hipoaktif: Ini mungkin termasuk tidak aktif atau berkurangnya aktivitas motorik, kelesuan, kantuk yang tidak normal, atau tampak linglung.
  • Delirium campuran: Ini termasuk tanda dan gejala hiperaktif dan hipoaktif. Orang tersebut dapat dengan cepat beralih dari keadaan hiperaktif ke hipoaktif.
  • Delirium tremens: Ini adalah bentuk delirium parah yang diakibatkan oleh penghentian konsumsi alkohol di antara orang-orang yang telah minum alkohol dalam jumlah besar untuk waktu yang lama.

2. Gejala

Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi delirium (unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)

Tanda dan gejala delirium biasanya dimulai dalam beberapa jam atau beberapa hari. Gejala sering berfluktuasi sepanjang hari, dan mungkin ada periode tanpa gejala. Gejala cenderung lebih buruk pada malam hari saat gelap dan hal-hal terlihat kurang familier. Dilansir Mayo Clinic, tanda dan gejala utama delirium termasuk:

Berkurangnya kesadaran akan lingkungan

  • Ketidakmampuan untuk tetap fokus pada suatu topik atau beralih topik.
  • Terjebak dalam sebuah ide daripada menanggapi pertanyaan atau percakapan.
  • Mudah teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting.
  • Menarik diri, dengan sedikit atau tanpa aktivitas atau sedikit respons terhadap lingkungan.

Kemampuan berpikir yang buruk (gangguan kognitif)

  • Memori buruk, terutama tentang peristiwa baru-baru ini.
  • Disorientasi, misalnya tidak tahu di mana sedang berada atau tidak bisa mengenali diri sendiri.
  • Kesulitan berbicara atau mengingat kata-kata.
  • Bicara bertele-tele atau omong kosong.
  • Kesulitan memahami ucapan.
  • Kesulitan membaca atau menulis.

Perubahan perilaku

  • Melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
  • Gelisah, agitasi, atau perilaku agresif.
  • Memanggil, mengerang, atau membuat suara lain.
  • Menjadi pendiam dan menarik diri, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
  • Gerakan melambat atau kelesuan.
  • Kebiasaan tidur yang terganggu.
  • Pembalikan siklus tidur-bangun pagi-malam hari.

Gangguan emosi

  • Kecemasan, ketakutan, atau paranoia.
  • Depresi.
  • Iritabilitas atau kemarahan.
  • Perasaan gembira (euforia).
  • Apati.
  • Perubahan suasana hati yang cepat dan tidak terduga.
  • Perubahan kepribadian.

3. Perbedaan antara delirium dan demensia

Dijelaskan dalam laman Verywell Health, sementara delirium dan demensia mungkin tampak sulit dibedakan di permukaan, dan fakta bahwa seseorang dapat mengalami delirium dan demensia secara bersamaan (delirium sering terjadi pada orang dengan demensia), ada perbedaan utama:

Pertama, delirium tidak selalu merupakan tanda demensia. Demensia melibatkan penurunan progresif keterampilan berpikir dan memori karena hilangnya sel-sel otak dan disfungsi otak. Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer.

Kedua, delirium memiliki onset cepat. Delirium datang tiba-tiba pada mereka yang mengalaminya. Perhatian menjadi sangat terganggu dengan delirium, sedangkan orang dengan demensia dini umumnya tidak memiliki kewaspadaan yang berfluktuasi. Selain itu, demensia adalah keadaan yang cukup konstan secara keseluruhan, sedangkan delirium cenderung berfluktuasi sepanjang hari.

4. Penyebab dan faktor risiko

Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi alkoholisme (pexels.com/Nicola Barts)

Ada banyak masalah berbeda yang dapat menyebabkan delirium. Dirangkum dari MedlinePlus, beberapa penyebab yang lebih umum termasuk:

  • Alkohol atau obat-obatan, baik dari keracunan atau withdrawal. Ini termasuk jenis sindrom penarikan alkohol yang serius yang disebut delirium tremens. Biasanya terjadi pada orang yang berhenti minum setelah bertahun-tahun penyalahgunaan alkohol.
  • Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
  • Demensia.
  • Rawat inap, terutama dalam perawatan intensif.
  • Infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan flu.
  • Efek samping obat, seperti obat penenang atau opioid. Bisa juga akibat withdrawal setelah berhenti minum obat.
  • Gangguan metabolisme.
  • Gagal organ, seperti gagal ginjal atau hati.
  • Keracunan.
  • Penyakit serius.
  • Sakit parah.
  • Kurang tidur.
  • Operasi, termasuk reaksi terhadap anestesi.

Faktor-faktor tertentu menempatkan seseorang pada risiko delirium. Ini termasuk:

  • Berada di rumah sakit atau panti jompo.
  • Demensia.
  • Memiliki penyakit berat atau lebih dari satu penyakit.
  • Mengalami infeksi.
  • Usia yang lebih tua.
  • Operasi.
  • Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi pikiran atau perilaku.
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri dosis tinggi, seperti opioid.

Baca Juga: Delirium Tremens: Penyebab, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

5. Diagnosis

Dokter mungkin menggunakan banyak alat untuk membuat diagnosis, seperti:

  • Riwayat medis, termasuk menanyakan gejala.
  • Pemeriksaan fisik dan neurologis.
  • Tes status mental.
  • Tes pencitraan laboratorium dan diagnostik.

Mengutip publikasi StatPearls, satu atau beberapa tes di bawah ini mungkin diperlukan untuk memeriksa penyebab yang mendasari delirium:

  • Tes darah.
  • Rontgen dada.
  • Tes urine.
  • Elektrokardiogram.
  • Pencitraan kandung kemih.

Dokter mungkin akan memesan beberapa tes lainnya tergantung gejala yang muncul.

Delirium dan demensia memiliki gejala yang sama, sehingga sulit untuk dibedakan. Mereka juga dapat terjadi bersama-sama. Delirium mulai tiba-tiba dan dapat menyebabkan halusinasi. Gejalanya bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk dan dapat berlangsung selama berjam-jam atau berminggu-minggu. Di sisi lain, demensia berkembang perlahan dan tidak menyebabkan halusinasi. Gejalanya stabil dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (flickr.com/NIH Clinical Center)

Secara umum, ketika masalah yang menyebabkan delirium ditangani, periode pemulihan akan lebih pendek. Tingkat pemulihan juga tergantung pada status kesehatan umum orang tersebut sebelum mengalami delirium, dengan kata lain status mental seseorang sebelum delirium berperan. Mereka yang memiliki kesehatan yang lebih baik sebelum mengalami delirium akan lebih mungkin untuk pulih sepenuhnya dalam waktu yang lebih singkat.

Pada mereka dengan penyakit serius, delirium dapat menyebabkan komplikasi berikut ini:

  • Penurunan kesehatan secara umum.
  • Pemulihan yang buruk dari operasi.
  • Kebutuhan akan perawatan dalam sebuah institusi.
  • Kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri.
  • Kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
  • Perkembangan menjadi koma, stupor, dan peningkatan risiko kematian.

7. Pengobatan

Tergantung penyebab delirium, pengobatan mungkin termasuk menggunakan atau menghentikan obat-obatan tertentu.

Pada orang dewasa yang lebih tua, diagnosis yang akurat penting untuk pengobatan, karena gejala delirium mirip dengan demensia, tetapi perawatannya sangat berbeda.

Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat untuk mengobati penyebab delirium. Sebagai contoh, jika delirium disebabkan oleh serangan asma yang parah, pasien mungkin memerlukan inhaler untuk memulihkan pernapasan.

Jika infeksi bakteri menyebabkan gejala delirium, antibiotik dapat diresepkan.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan pasien berhenti minum obat tertentu jika itu menyebabkan delirium.

Jika mengalami withdrawal zat, pasien mungkin akan diberi resep obat untuk mengelola gejala.

Delirium itu sendiri biasanya tidak diobati dengan obat-obatan. Sebaliknya, itu adalah penyebab mendasar yang sedang dirawat. Akan tetapi, jika memiliki gejala delirium hiperaktif yang parah yang tidak membaik, obat antipsikotik dapat dipertimbangkan.

Perawatan suportif

Mengurangi stres dan menciptakan lingkungan yang tenang dapat membantu pemulihan dari delirium. Pasien mungkin akan mendapat manfaat dari: 

  • Membuat rutinitas harian yang jelas.
  • Makan dan minum secara teratur.
  • Usahakan agar jam dan kalender tetap terlihat untuk mengarahkan diri.
  • Pertahankan kebiasaan tidur yang baik.
  • Aktif secara fisik dengan cara yang aman.
  • Kenakan kacamata dan alat bantu dengar setiap hari jika menggunakannya. 

Jika kamu merawat seseorang dengan delirium, lakukan yang terbaik untuk:

  • Berbicara dengan tenang dan menggunakan kalimat pendek.
  • Tetap yakinkan mereka.
  • Hindari memindahkan orang tersebut ke ruangan atau tempat asing selama pemulihan, jika tidak perlu.
  • Berbagi objek yang dikenal, seperti foto.

Konseling

Jika merasa bingung, konseling dapat membantu menambatkan pikiran.

Konseling juga digunakan sebagai pengobatan untuk orang-orang yang deliriumnya disebabkan oleh penggunaan zat. Dalam kasus ini, perawatan dapat membantu menghindari penggunaan zat yang menyebabkan delirium.

Dalam semua kasus, konseling dimaksudkan untuk memberikan rasa nyaman dan tempat yang aman untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan.

8. Pencegahan

Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi tidur (pexels.com/Min An)

Pendekatan yang paling berhasil untuk mencegah delirium adalah dengan menargetkan faktor risiko yang mungkin memicu suatu episode. Lingkungan rumah sakit menghadirkan tantangan khusus—perubahan ruangan yang sering, prosedur invasif, suara keras, pencahayaan yang buruk, dan kurangnya cahaya alami dan tidur dapat memperburuk kebingungan.

Bukti menunjukkan bahwa strategi tertentu—mempromosikan kebiasaan tidur yang baik, membantu orang tersebut tetap tenang dan berorientasi baik, dan membantu mencegah masalah medis atau komplikasi lain—dapat membantu mencegah atau mengurangi keparahan delirium.

Delirium adalah keadaan kebingungan mental yang dimulai secara tiba-tiba. Ini lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang yang dirawat di rumah sakit.

Jika kamu melihat perubahan mendadak dalam status mental pada orang terdekat—misalnya kebingungan, disorientasi, dan teralihkan—segera hubungan penyedia layanan kesehatan. Perawatan yang tepat dapat membantu kebanyakan orang pulih sepenuhnya dari delirium.

Baca Juga: Studi: Pekerjaan Rumah Tangga Kurangi Risiko Demensia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya