Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?

Efek samping setelah operasi yang jarang dibicarakan

Setelah operasi, kebanyakan dokter akan menyuruh pasiennya untuk banyak beristirahat agar pulih lebih cepat secara fisik. Namun, tak disangka-sangka efek emosional juga dirasakan oleh beberapa orang, yang bisa bertahan selama beberapa minggu atau bulan.

Tak banyak dibicarakan, depresi setelah operasi merupakan komplikasi umum setelah operasi yang jarang dibicarakan.

Depresi setelah operasi atau depresi pascaoperasi (post-surgical depression atau post-operative depression) adalah jenis depresi situasional yang terjadi setelah seseorang menjalani operasi. Terjadi setelah prosedur atau hingga satu tahun kemudian, depresi setelah operasi memiliki onset yang berhubungan dengan trauma, seperti dijelaskan dalam Psychology Today.

1. Penyebab

Ada banyak alasan mengapa depresi umum terjadi sebelum dan sesudah operasi.

Depresi sebelum operasi

Saat kita mengantisipasi operasi, berbagai faktor bisa memperburuk gejala depresi. Misalnya, kita mungkin merasa lebih cemas dan stres karena khawatir dengan prosedur dan masalah seperti keuangan dan pengasuhan anak.

Menurut tinjauan ilmiah dalam jurnal BMC Surgery tahun 2016, mengalami depresi dapat membuat operasi menjadi kurang efektif. Misalnya, tim peneliti mencatat bahwa orang dengan depresi dapat mencari perawatan medis pada tahap selanjutnya dari penyakitnya.

Tim peneliti mencatat bahwa depresi pascaoperasi adalah umum dan mengusulkan skrining untuk depresi setelah operasi. Ini untuk memastikan pasien menerima dukungan yang dibutuhkan.

Stres

Tingkat stres mental, fisik, dan emosional bisa tinggi sebelum dan sesudah operasi.

Penyebab umum stres meliputi:

  • Segala sesuatu yang mengakibatkan rasa sakit, termasuk penyakit dan pembedahan.
  • Diagnosis penyakit serius.
  • Berusaha menyeimbangkan pekerjaan, sosial, dan kehidupan pribadi selama masa pengobatan.

Dokter dapat menawarkan nasihat tentang mengurangi dan mengatasi stres.

Depresi setelah operasi

Setelah operasi, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi antara lain:

  • Reaksi terhadap anestesi.
  • Efek antibiotik.
  • Rasa sakit dan ketidaknyamanan selama pemulihan.
  • Reaksi terhadap penghilang rasa sakit tertentu.
  • Stres fisik, mental, dan emosional akibat penyakit, pembedahan, atau keduanya.
  • Kekhawatiran tentang dampak pada kualitas hidup atau umur.

Operasi dan depresi memengaruhi individu secara berbeda. Dokter dapat membantu pasien mempersiapkan dan mengelola situasi.

2. Gejala

Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?ilustrasi depresi pascaoperasi (pexels.com/cottonbro studio)

Tinjauan literatur dalam jurnal Nursing Open tahun 2020 mengungkapkan bahwa sebagian besar studi tentang depresi pascaoperasi sebagian besar dilakukan pada pasien operasi jantung, diikuti oleh operasi ortopedi.

Akan tetapi, pada dasarnya depresi pascaoperasi dapat terjadi pada operasi invasif apa pun. Kadang, gejala depresi setelah operasi bisa salah didiagnosis atau terlewatkan karena mirip dengan keadaan fisik dan emosional yang diharapkan setelah operasi.

Berikut ini gejala depresi setelah operasi yang perlu dikenali:

  • Tidur berlebihan.
  • Kesulitan tidur.
  • Sifat lekas marah.
  • Kelelahan.
  • Kehilangan minat.
  • Ketidakberdayaan.
  • Keputusasan.
  • Kehilangan selera makan.

Baca Juga: 5 Jenis Depresi yang Sering Tidak Disadari, Menurunkan Kualitas Hidup

3. Siapa yang paling terdampak?

Hampir setiap orang dapat mengalami depresi setelah prosedur pembedahan, tetapi faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi pascaoperasi antara lain:

  • Waktu pemulihan lebih lama.
  • Perubahan besar pada kualitas hidup, seperti mobilitas terbatas.
  • Nyeri berkelanjutan atau penyakit kronis.
  • Terapi tambahan yang menyebabkan ketidaknyamanan, seperti kemoterapi atau radiasi.

Operasi yang lebih serius cenderung meningkatkan risiko depresi. Beberapa operasi yang terkait dengan risiko lebih tinggi termasuk:

  • Operasi bariatrik.
  • Operasi jantung.
  • Operasi kanker.
  • Amputasi.
  • Operasi tulang belakang.

Hidup dengan kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko. Ini dapat mencakup:

  • Usia lanjut, lebih dari 60 tahun.
  • Diabetes.
  • Penyakit Alzheimer onset dini.

Selain itu, tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kamu atau orang yang dicintai mengalami depresi setelah operasi.

Menurut sebuah studi dalam jurnal PLoS One tahun 2017, para peneliti menemukan bahwa perempuan yang pulih dari mastektomi untuk mengobati kanker payudara mengembangkan dan hidup dengan depresi hingga 3 tahun setelah prosedur. Akan tetapi, tim peneliti juga mencatat bahwa mereka cenderung pulih sepenuhnya, terutama perempuan yang lebih muda.

4. Mengatasi depresi setelah operasi

Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?ilustrasi depresi setelah operasi (pexels.com/Ivan Samkov)

Kalau kamu atau orang tercinta menghadapi depresi setelah operasi, tips berikut ini dari Psych Central bisa membantu mengatasinya:

1. Berusaha untuk tetap aktif

Mungkin pergerakan menjadi terbatas setelah kamu menjalani operasi. Kamu perlu lebih banyak istirahat atau menyesuaikan diri dengan rasa sakit, kehilangan anggota tubuh, atau tantangan lainnya.

Sekadar bangun untuk mandi atau ganti pakaian bisa membantu memperbaiki suasana hati dan membuat kamu merasa lebih punya kendali.

Kalau memungkinkan, kamu bisa mencoba keluar rumah atau olahraga ringan.

Amannya, tanyakan dokter terlebih dulu tentang apa saja aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah operasi. Selain itu, lakukan dengan perlahan dan semampunya, lalu tingkatkan seiring pemulihan.

2. Tanyakan secara mendetail tentang apa yang diharapkan terjadi setelah operasi

Saat bersiap untuk operasi, tanyakan kepada dokter tentang hal apa pun yang akan terjadi setelah operasi. Terinformasi dengan baik tentang apa yang diharapkan sebelum, selama, dan setelah operasi bisa membantu.

Sebagai contoh, kamu bisa menanyakan hal-hal ini:

  • Berapa lama waktu pemulihan?
  • Kapan bisa kembali beraktivitas seperti biasa?
  • Kegiatan apa yang bisa terus dilakukan?
  • Apakah nantinya akan perlu perawatan lanjutan?
  • Obat apa yang direkomendasikan untuk mengatasi nyeri?

3. Tetapkan rutinitas tidur

Tidur punya peran dalam proses pemulihan dan bisa membantu kamu merasa lebih baik. Pertimbangkan untuk tidur setidaknya 7 jam setiap malam. Ini tips untuk mendapatkan tidur yang nyenyak dan berkualitas:

  • Singkirkan semua sumber cahaya dari ruangan, tidurlah dalam ruangan gelap atau dengan lampu tidur.
  • Tidur di lingkungan yang sejuk.
  • Hindari melihat layar sebelum tidur serta kafein dan alkohol.
  • Tidur pada sekitar waktu yang sama setiap malam.

4. Buat pilihan sehat

Selama pemulihan operasi, pola makan sehat bisa membuat kamu merasa lebih baik. Pola makan sehat bisa berupa aneka buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak.

Selain itu, batasi lemak jenuh, gula, dan makanan olahan.

5. Jangan melewatkan janji temu tindak lanjut dengan dokter

Setelah operasi, dokter kemungkinan akan menjadwalkan janji temu tindak lanjut. Jangan melewatkannya sehingga kamu dapat meninjau masalah apa pun yang dimiliki dan diskusikan bagaimana pemulihannya.

Selain itu, kalau kamu butuh penyesuaian obat, bicarakan ini dengan dokter saat janji temu tindak lanjut.

Terkadang, dokter mungkin merekomendasikan terapi untuk membantu mengobati depresi, seperti obat-obatan atau terapi bicara.

Kalau orang yang kamu cintai baru saja menjalani operasi, bantulah dalam mengatasi depresi atau pemulihan. Hal-hal yang bisa kamu lakukan antara lain:

  • Bantu membuat dan tetap melakukan rutinitas.
  • Beri kesempatan untuk melampiaskan rasa frustrasi yang ia rasakan.
  • Bantu merayakan tonggak pencapaian dalam pemulihannya.
  • Berusaha untuk tetap positif.

Depresi bisa menjadi efek samping setelah operasi. Bagi siapa pun yang menjalani operasi, kita atau orang di sekitar kita harus mengetahui bahwa depresi setelah operasi mungkin terjadi, dan penting untuk mengenali gejalanya saat itu terjadi. Dengan begitu, kita bisa tahu kapan harus mencari pertolongan medis sehingga bisa mendapatkan perawatan dini.

Baca Juga: Menonton Video Pornografi dan Depresi, Adakah Hubungannya?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya