7 Jenis Kejang yang Bisa Dialami oleh Anak

Beberapa jenis kejang terjadi sangat tidak kentara

Kejang adalah semburan aktivitas listrik yang tidak terkendali antara sel-sel otak (disebut juga neuron atau sel saraf) yang menyebabkan kelainan sementara pada tonus atau gerakan otot (kekakuan, kedutan, atau lemas), perilaku, sensasi, atau kondisi kesadaran.

Kejang tidak semuanya sama. Kejang bisa terjadi satu kali saja karena penyebab akut, seperti pengobatan. Ketika seseorang mengalami kejang berulang, ini disebut epilepsi.

Banyak kondisi medis yang dapat memicu kejang, tetapi salah satu yang paling umum adalah gangguan kejang epilepsi. Sementara itu, beberapa penyebab kejang non epilepsi bisa meliputi keracunan (termasuk dari obat-obatan atau alkohol), ketidakseimbangan, elektrolit, hipoglikemia, cedera otak, kanker, demam, dan infeksi.

Pada anak, kejang terbagi dalam dua kategori umum berdasarkan apakah kejang melibatkan seluruh otak atau hanya satu sisi otak. Dalam kedua kategori ini, ada banyak subtipe kejang yang berbeda.

Berikut ini jenis kejang yang bisa dialami oleh anak-anak.

Kejang umum

7 Jenis Kejang yang Bisa Dialami oleh Anakilustrasi anak kejang (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Kejang umum memengaruhi kedua sisi otak. Beberapa jenis yang paling umum meliputi:

1. Kejang absans

Absence seizure atau kejang absans adalah jenis kejang yang umum terjadi pada anak-anak. Dokter biasa menyebutnya kejang petit mal. Jenis kejang ini biasanya dimulai pada usia anak-anak dan remaja, meskipun kadang juga dapat terjadi pada orang dewasa.

Ciri-ciri kejang absans adalah hilangnya kesadaran secara singkat dan tiba-tiba, biasanya hanya berlangsung selama kurang dari 15 detik. Selama kejang absans berlangsung, seseorang mungkin berkedip cepat atau tampak seperti sedang menatap kosong dan tidak responsif.

Karena gejalanya tidak kentara, orang dewasa mungkin tidak menyadari bahwa anak yang mengalami kejang absans sebenarnya sedang mengalami kejang.

Obat antikejang dapat membantu mencegah kejang absans atau mengurangi frekuensinya. Pada sebagian besar anak, kejang absen akan hilang dengan sendirinya saat dewasa, dilansir Medical News Today.

2. Kejang tonik-klonik

7 Jenis Kejang yang Bisa Dialami oleh AnakIlustrasi anak-anak bermain (unsplash.com/phammi)

Kejang tonik-klonik atau kejang grand mal paling mirip dengan kejang stereotip, disertai gemetar, kedutan, dan kurang kesadaran. Beberapa orang menangis atau mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa sebelum atau selama kejang.

Kejang ini biasanya berlangsung kurang dari 5 menit, meskipun seseorang mungkin mengalami perubahan neurologis sementara setelah kejang berakhir.

Fase tonik terjadi pertama kali, menyebabkan otot menjadi kaku. Hal ini dapat menyebabkan seseorang terjatuh atau mengeluarkan suara. Seseorang juga bisa menggigit lidahnya. Selama fase berikutnya, yaitu fase klonik, seseorang mungkin mulai kejang, dengan lengan dan kaki tersentak atau bergerak-gerak.

Selama kejang, satu-satunya pengobatan adalah menjaga keselamatan anak. Jangan mengguncang atau memindahkannya, tetapi awasi anak untuk memastikan mereka bernapas dan tidak melukai dirinya sendiri.

Jika kejang tonik-klonik berlangsung lebih dari 5 menit, segera hubungi pertolongan medis darurat, walaupun anak pernah mengalami kejang sebelumnya.

Epilepsi biasanya menyebabkan kejang tonik-klonik. Perawatan jangka panjang melibatkan obat antiepilepsi atau antikejang. Jika tidak berhasil, alat implan atau pembedahan dapat membantu mengurangi frekuensi kejang.

3. Kejang atonik

Kejang atonik, yang oleh sebagian orang disebut serangan jatuh, menyebabkan hilangnya kontrol dan tonus otot secara tiba-tiba. Seorang anak mungkin tiba-tiba terjatuh ke lantai atau lemas. Kepala bisa terkulai jatuh (seperti orang yang ketiduran tiba-tiba). Kejang ini bisa bersifat fokal yang dimulai pada satu sisi otak, atau umum yang memengaruhi kedua sisi otak.

Kejang atonik biasanya dimulai pada masa kanak-kanak karena epilepsi. Obat kejang, perubahan pola makan, alat stimulasi saraf, dan pembedahan dapat membantu.

Baca Juga: Kejang: Penyebab, Jenis, Gejala, dan Penanganan

Kejang fokal

7 Jenis Kejang yang Bisa Dialami oleh Anakilustrasi anak bermain (pexels.com/cottonbro studio)

Kejang fokal hanya mempengaruhi satu sisi otak, dilansir Centers for Disease Control and Prevention. Beberapa dokter menyebutnya kejang parsial. Beberapa contoh kejang fokal meliputi:

4. Kejang fokal sederhana

Kejang fokal sederhana pada anak-anak biasanya berlangsung kurang dari 1 menit. Anak mungkin menunjukkan gejala yang berbeda tergantung pada area otak mana yang terkena, dikutip dari Beaumont Health.

Jika fungsi listrik otak yang tidak normal terjadi di lobus oksipital (bagian belakang otak yang berhubungan dengan penglihatan), penglihatan anak dapat berubah.

Otot anak biasanya lebih sering terkena. Aktivitas kejang terbatas pada kelompok otot yang terisolasi, seperti jari tangan atau otot yang lebih besar di lengan dan kaki.

Kesadaran tidak hilang pada kejang jenis ini. Anak mungkin juga mengalami berkeringat, mual, atau menjadi pucat.

5. Kejang fokal kompleks

Kejang fokal kompleks pada anak umumnya terjadi di lobus temporal otak, area otak yang mengontrol fungsi emosi dan memori. Kejang ini biasanya berlangsung antara 1 hingga 2 menit.

Kesadaran biasanya hilang selama kejang ini dan berbagai perilaku dapat terjadi pada anak. Perilaku ini dapat berkisar dari tersedak, menampar bibir, berlari, menjerit, menangis, dan/atau tertawa. Saat anak sadar kembali, anak mungkin akan mengeluh lelah atau mengantuk setelah kejang. Ini disebut periode postictal.

6. Kejang fokal umum sekunder

7 Jenis Kejang yang Bisa Dialami oleh Anakilustrasi orang tua bermain dengan anak (pexels.com/Arina Krasnikova)

Kejang fokal umum sekunder dimulai sebagai kejang fokal, kemudian menyebar ke area lain di otak, yang akhirnya memengaruhi kedua sisi otak. Kejang jenis ini bisa menjadi kejang tonik-klonik.

Pengobatan tergantung pada jenis kejang atau gangguan kejang yang menyebabkan penyebaran kejang. Ini sering kali melibatkan obat antikejang.

Kejang infantil

Kejang infantil adalah jenis kejang dan kejang khusus pada anak di bawah usia 2 tahun. Durasinya sangat singkat, hanya 1–3 detik, dan menyebabkan anak menjadi kaku atau menyentak lengan dan kakinya setiap beberapa detik selama 5–10 menit. Banyak orang tua mungkin tidak mengenali kejang jenis ini sebagai kejang.

Kejang ini sering kali menandakan jenis epilepsi yang lebih serius, jadi penting untuk mencari pengobatan dini untuk membantu mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan perkembangan anak.

Obat anti kejang biasanya tidak bekerja. Dokter mungkin merekomendasikan pengobatan lain, seperti steroid. Jika tidak berhasil, dokter mungkin merekomendasikan pembedahan atau intervensi lain.

Meskipun banyak orang tua membayangkan kejang sebagai peristiwa dramatis yang melibatkan gemetar dan kejang, tetapi kejang memiliki beberapa jenis. Beberapa jenis kejang terjadi sangat tidak kentara sehingga orang tua atau pengasuh mungkin salah mengartikannya sebagai lamunan atau kurang perhatian.

Maka dari itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter tentang perubahan apa pun dalam perilaku atau kesadaran, bahkan jika perilaku anak tampak seperti disengaja.

Beberapa jenis kejang pada anak, terutama kejang tonik-klonik dan demam, bisa terlihat sangat menakutkan. Jangan melakukan intervensi atau mencoba menghentikan kejang, dan jangan menahan anak. Pastikan anak berada di tempat dan posisi yang aman dan tunggu hingga kejang berakhir. Jika ini adalah kejang pertama pada anak, segera periksakan anak ke dokter.

Cari pertolongan medis darurat jika kejang anak berlangsung lebih dari 15 menit atau jika anak mengalami cedera saat kejang.

Baca Juga: Kejang Parsial Kompleks: Gejala, Diagnosis, Penyebab, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya