3 Obat untuk Mencegah Kanker Payudara

Buat perempuan dengan risiko tinggi kanker payudara

Pada awal November 2023, Inggris menyetujui obat anastrozole untuk pencegahan kanker payudara pada perempuan dengan peningkatan risiko terkena penyakit tersebut.

Anastrozole telah disetujui selama bertahun-tahun untuk pengobatan kanker payudara, tetapi langkah sistem perawatan kesehatan di Inggris, National Health Service (NHS), untuk memperluas penggunaan obat tersebut berarti bahwa sekitar 300.000 warga yang berisiko sedang atau tinggi terkena kanker payudara kini dapat memperoleh manfaat dari obat tersebut sebagai alat pencegahan.

Lewat siaran pers, NHS mengatakan bahwa meskipun tidak semua kandidat yang memenuhi syarat akan memilih untuk mengonsumsi obat tersebut, tetapi diperkirakan jika 25 persen mengonsumsi obat tersebut, sekitar 2.000 kasus kanker payudara berpotensi dapat dicegah di negara tersebut.

Walaupun ini menjadi berita utama di Inggris, tetapi anastrozole telah digunakan untuk pengobatan dan pencegahan kanker payudara di Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Faktanya, ada beberapa obat yang tersedia untuk pencegahan kanker payudara.

1. Tamoxifen

3 Obat untuk Mencegah Kanker Payudarailustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Tamoxifen termasuk dalam kelompok obat yang disebut selective estrogen receptor modulators (SERM), atau disebut biasa penghambat reseptor estrogen. Obat-obatan ini dapat bertindak sebagai estrogen dalam tubuh atau menghambat estrogen, tergantung pada jaringan targetnya (Asian Spine Journal, 2016).

Tamoxifen, juga dikenal dengan nama merek Soltamox, digunakan untuk mengobati kanker payudara dengan reseptor hormon positif, serta disetujui untuk pencegahan kanker payudara pada pasien berisiko tinggi, mengutip National Cancer Institute (NCI).

Cara kerja

Karena kanker payudara reseptor estrogen positif “dipicu” oleh estrogen, obat ini bekerja dengan menghalangi estrogen di payudara, serta di bagian tubuh lainnya. Hal ini pada dasarnya membantu mencegah kanker tumbuh di payudara.

Efektivitas

Uji klinis telah menemukan bahwa tamoxifen secara signifikan dapat mengurangi kemungkinan terkena kanker payudara.

Sebuah uji klinis besar yang disponsori oleh NCI menemukan bahwa pada pasien pascamenopause yang berisiko tinggi, mengonsumsi tamoxifen selama lima tahun mengurangi risiko kanker payudara invasif sekitar 50 persen (JAMA, 2006).

Efek pencegahannya bertahan setelah pasien menjalani pengobatan, yang artinya penurunan risiko ini bersifat jangka panjang.

Siapa saja yang memenuhi syarat?

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui tamoxifen untuk pasien dengan kanker payudara estrogen-positif dan orang-orang dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Baik pasien pramenopause maupun pascamenopause bisa menggunakan obat ini.

Menurut American Cancer Society, kelompok risiko tinggi ini mungkin mencakup orang-orang yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, riwayat karsinoma lobular in situ, riwayat hiperplasia duktal atipikal atau hiperplasia lobular atipikal atau mutasi gen yang terkait dengan peningkatan kemungkinan kanker payudara. kanker payudara, seperti mutasi BRCA.

Cara mengonsumsi dan efek samping

Tamoxifen biasanya diminum setiap hari selama lima tahun untuk pencegahan kanker payudara. Obat ini tersedia dalam bentuk pil dan cair.

Efek samping tamoxifen cenderung terkendali dengan baik dan ringan bagi sebagian besar pasien dan dapat mencakup hot flash, penambahan berat badan, dan kekeringan pada vagina.

Ada kemungkinan efek samping yang lebih serius, seperti pembekuan darah, kanker rahim, dan stroke, namun hal ini cenderung sangat jarang.

Baca Juga: MammoReady, Tes DNA Deteksi Dini Kanker Payudara

2. Raloxifene

3 Obat untuk Mencegah Kanker Payudarailustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Raloxifene, juga dikenal dengan nama merek Evista, disetujui untuk mengurangi risiko kanker payudara invasif pada pasien pascamenopause. Obat ini juga digunakan untuk mencegah dan mengobati osteoporosis pada perempuan pascamenopause. Osteoporosis adalah penggunaan utama obat ini, dilansir Verywell Health.

Obat ini tidak digunakan sebagai pengobatan untuk kanker payudara.

Cara kerja

Raloxifene, seperti tamoxifen, juga merupakan SERM. Obat ini hanya diteliti pada perempuan pascamenopause, tetapi memiliki mekanisme mirip dengan tamoxifen karena merupakan penghambat reseptor estrogen.

Obat ini membantu mencegah kanker payudara dengan cara memblokir estrogen di payudara dan jaringan lain. Ini bermanfaat bagi pasien dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi karena estrogen dapat mendukung pertumbuhan sel kanker.

Efektivitas

Dalam sebuah penelitian yang membandingkan raloxifene dan tamoxifen pada pasien selama tujuh tahun (lima tahun minum obat dan dua tahun masa tindak lanjut), peneliti menemukan bahwa raloxifene dapat mengurangi risiko kanker payudara invasif sekitar 38 persen.

Tamoxifen, di sisi lain, menunjukkan tingkat pengurangan sekitar 50 persen selama periode ini.

Siapa saja yang memenuhi syarat?

Berbeda dengan tamoxifen yang dapat digunakan oleh orang-orang pramenopause dan pascamenopause, raloxifene hanya disetujui untuk pasien pascamenopause.

Seseorang yang menggunakan raloxifene untuk pencegahan kanker payudara harus memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut. Faktor-faktor ini dapat mencakup riwayat kanker payudara dalam keluarga atau hasil biopsi tertentu, seperti ditemukannya karsinoma lobular in situ, hiperplasia duktal atipikal, atau hiperplasia lobular atipikal.

Cara mengonsumsi dan efek samping

Raloxifene adalah obat oral dan diminum setiap hari, sering kali selama lima tahun.

Menurut DailyMed, efek samping yang umum termasuk hot flash, gejala mirip flu, sakit perut, nyeri dada, nyeri sendi, kram kaki, pembengkakan pada tungkai dan kaki, batuk, sesak napas, dan berkeringat.

Uji klinis menemukan bahwa reaksi merugikan yang paling serius terkait obat ini adalah tromboemboli vena (pembekuan darah di pembuluh darah vena).

Raloxifene telah digunakan sejak lama untuk mengobati osteoporosis, dan efek samping yang serius, seperti pembekuan darah, sangat jarang terjadi.

3. Anastrozole

3 Obat untuk Mencegah Kanker Payudarailustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Anastrozole termasuk dalam kelas obat yang disebut aromatase inhibitor (AI). Cara kerjanya berbeda dengan SERM.

Anastrozole, yang dijual dengan merek Arimidex, disetujui untuk pengobatan kanker payudara reseptor hormon positif pada pasien pascamenopause. Namun, obat ini juga sering digunakan di luar label untuk pencegahan kanker payudara.

AI lain yang terbukti membantu mencegah kanker payudara adalah exemestane (Aromasin). Obat ini saat ini disetujui untuk pengobatan kanker payudara, tetapi mungkin juga digunakan di luar label untuk pencegahan kanker payudara.

Cara kerja

Kelompok obat ini bekerja dengan menghalangi sejumlah kecil estrogen yang dibuat wanita setelah menopause.

Pada pasien pramenopause, estrogen diproduksi terutama di ovarium. Estrogen juga diproduksi di jaringan perifer seperti payudara, hati, otak, kulit, tulang, dan pankreas, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.

Namun, dilansir Mount Sinai, pada pasien yang telah mengalami menopause, indung telurnya tidak lagi menghasilkan banyak estrogen, sehingga jaringan perifer merupakan sumber utama hormon tersebut.

Seperti SERM, AI menargetkan estrogen—tetapi AI bekerja di jaringan perife. AI memblokir aktivitas enzim yang disebut aromatase, yang digunakan tubuh untuk membuat estrogen. Pemblokiran ini menurunkan jumlah estrogen yang dibuat oleh tubuh, dan pada gilirannya, dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker.

Efektivitas

Penelitian tentang AI menunjukkan penurunan risiko kanker payudara sebesar 50 persen seumur hidup jika dikonsumsi selama lima tahun.

Dalam siaran pers NHS tentang persetujuan anastrozole, dikatakan bahwa obat tersebut “telah terbukti dalam uji coba dapat mengurangi kejadian penyakit pada perempuan pascamenopause dengan peningkatan risiko penyakit hampir 50 perrsen.”

Namun, perlu diingat bahwa obat pencegah kanker payudara tidak ditujukan untuk semua jenis kanker payudara.

Entah itu SERM atau AI, seperti anastrozole, mereka benar-benar terbukti mencegah kanker payudara yang mengandung estrogen-positif. Obat-obatan tersebut tidak terlalu berpengaruh pada subtipe kanker payudara tertentu yang lebih langka, seperti kanker payudara triple-negatif.

Siapa saja yang memenuhi syarat?

Obat ini hanya boleh dikonsumsi oleh pasien pascamenopause. Umumnya tidak digunakan oleh orang-orang pramenopause.

Jika digunakan untuk pencegahan kanker payudara, kandidat yang ideal adalah pasien dengan risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

Seperti halnya SERM, faktor risiko tinggi dapat mencakup riwayat kanker payudara dalam keluarga, pertumbuhan sel payudara atau hasil biopsi yang tidak normal, dan peningkatan skor risiko kanker payudara menggunakan model Gail.

Cara mengonsumsi dan efek samping

Efek samping AI mirip dengan menopause. Gejalanya bisa berupa hot flash, kekakuan sendi, kekeringan pada vagina, insomnia, dan penipisan rambut.

Efek samping yang paling diamati oleh dokter adalah pengeroposan tulang, seperti osteopenia atau osteoporosis.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien perempuan yang memakai AI mempunyai peningkatan risiko pengeroposan tulang dua dan empat kali lipat dibandingkan perempuan pada populasi umum (Journal of Bone Oncology, 2017). Hal ini berbeda dengan SERM seperti raloxifene yang membantu mencegah pengeroposan tulang.

Jika sudah mengalami pengeroposan tulang akibat menopause alami, obat ini bisa meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat kamu mengonsumsinya.

Meskipun obat-obatan pencegahan kanker payudara sangat membantu dalam mengurangi risiko, tetapi menurut para ahli, skrining rutin, termasuk pemeriksaan dan mamogram, sangat penting. Berkonsultasi dengan dokter tentang risiko kanker payudara dapat membantu mencegah penyakit atau perkembangan penyakit.

Bahkan jika kamu tidak memiliki biopsi yang menunjukkan salah satu temuan berisiko tinggi, bicarakan dengan dokter untuk mengetahui apakah kamu termasuk orang yang dianggap berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

Baca Juga: Ductal Carcinoma In Situ, Bentuk Paling Awal dari Kanker Payudara

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya