Perbedaan Diare karena Virus dan Bakteri, Mana yang Lebih Serius?

Diare karena bakteri bisa sebabkan ada darah dalam tinja

Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare juga bisa didefinisikan sebagai buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Ini bisa atau tanpa disertai lendir dan darah.

Kamu mungkin juga perlu lebih sering ke kamar mandi. Diare adalah masalah kesehatan umum, bisa berlangsung 1 atau 2 hari dan hilang dengan sendirinya. Jika berlangsung selama lebih dari dua hari, bisa jadi kamu mengalami masalah yang lebih serius.

Menurut Johns Hopkins Medicine, diare dapat berupa:

  • Jangka pendek (akut): Diare yang berlangsung 1 atau 2 hari dan akan sembuh dengan sendirinya. Ini ini mungkin disebabkan oleh makanan atau air yang menjadi tidak aman karena infeksi bakteri, atau bisa juga terjadi jika kamu sakit karena virus.
  • Jangka panjang (kronis): Diare yang berlangsung beberapa minggu. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan lain seperti sindrom iritasi usus besar. Bisa juga disebabkan oleh penyakit usus seperti penyakit Crohn atau penyakit celiac. Beberapa infeksi seperti parasit dapat menyebabkan diare kronis.

Diare bisa disebabkan oleh banyak hal. Namun, dalam artikel ini akan dibahas spesifik perbedaan diare karena bakteri dan virus.

Bakteri penyebab diare

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, infeksi bakteri dapat menyebabkan gejala diare. Beberapa jenis bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air yang terkontaminasi dan menyebabkan diare.

Jenis bakteri yang umum menyebabkan diare termasuk:

  • Campylobacter.
  • Escherichia coli.
  • Salmonella.
  • Shigella.

Di Indonesia, dari 2.812 pasien diare akibat bakteri yang datang ke rumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar,
dan Batam yang dianalisis dari tahun 1995–2001, bakteri penyebab diare terbanyak adalah Vibrio cholerae O1, diikuti Shigella spp., Salmonella spp., V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-O1, dan Salmonella paratyphi A (American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 2003).

Patogenesis diare pada diare akut akibat bakteri dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri non invasi, yaitu bakteri yang memproduksi toksin, yang mana bakteri tersebut hanya melekat pada mukosa usus halus dan tidak merusak mukosa.

Kedua adalah bakteri invasif, yakni bakteri yang menyebabkan bakteri yang memberi keluhan pada diare seperti air cucian beras dan disebabkan oleh bakteri enteroinvasif, yaitu diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, secara klinis berupa diare bercampur lendir dan darah.

Virus penyebab diare

Perbedaan Diare karena Virus dan Bakteri, Mana yang Lebih Serius?ilustrasi rotavirus (pixnio.com/Dr. Erskine Palmer, USCDCP)

Beberapa infeksi virus dapat menyebabkan diare. Ini termasuk norovirus dan rotavirus. Gastroenteritis virus adalah penyebab umum diare akut.

Menurut publikasi StatPearls, patogen manusia yang paling umum dipelajari adalah rotavirus, Caliciviridae (norovirus dan sapovirus), enteric adenovirus, dan Astrovirus. Beberapa Picornaviridae (misalnya, Aichivirus) kemungkinan besar menyebabkan gastroenteritis sementara penyebab diare akibat virus lainnya masih belum terbukti.

Manifestasi klinis diare yang disebabkan oleh virus di antaranya adalah diare akut, demam, nyeri perut, dan dehidrasi (Hiswani, 2003).

Perbedaan gejala

Gejala diare karena virus dan bakteri serupa, tetapi menurut Nao Medical, ada beberapa perbedaan utama yang bisa membantu kamu menentukan jenis infeksi yang kamu miliki.

  • Diare akibat virus: Biasanya berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu, dan sering kali disertai gejala seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Feses mungkin encer atau encer, tetapi biasanya tidak berdarah.
  • Diare karena bakteri: Dapat berlangsung selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu, dan sering kali disertai gejala seperti sakit perut, kram, dan demam. Feses mungkin encer atau berdarah, dan mungkin berbau busuk.

Baca Juga: Diare dan Muntah Berbarengan? Ini 6 Penyebabnya

Diagnosis

Perbedaan Diare karena Virus dan Bakteri, Mana yang Lebih Serius?ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Kalau kamu mengalami diare, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan seputar gejala dan kondisi kesehatan kamu. Kamu mungkin perlu menjalani tes laboratorium untuk memeriksa darah dan urine.

Dijelaskan dalam laman Johns Hopkins Medicine, tes lain yang mungkin dibutuhkan bisa meliputi:

  • Pemeriksaan tinja termasuk kultur dan tes lainnya. Tes ini memeriksa bakteri abnormal di saluran pencernaan yang dapat menyebabkan diare dan masalah lainnya. Sampel tinja kecil diambil dan dikirim ke laboratorium.
  • Sigmoidoskopi. Tes ini memungkinkan dokter memeriksa bagian dalam usus besar untuk mengetahui penyebab diare. Sebuah tabung pendek, fleksibel, dan menyala (sigmoidoskop) dimasukkan ke dalam usus melalui rektum. Tabung ini meniupkan udara ke usus untuk membuatnya membesar, membuatnya lebih mudah untuk melihat ke dalam. Biopsi dapat dilakukan jika diperlukan.
  • Kolonoskopi. Tes ini melihat keseluruhan usus besar. Ini dapat membantu memeriksa adanya pertumbuhan abnormal, jaringan yang merah atau bengkak, ulkus, atau pendarahan. Sebuah tabung panjang, fleksibel, dan menyala (kolonoskop) dimasukkan ke dalam rektum hingga ke usus besar. Tabung ini memungkinkan dokter melihat lapisan usus besar dan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk mengujinya. Dokter juga dapat menangani beberapa masalah yang mungkin ditemukan.
  • Tes pencitraan. Untuk melihat apakah ada masalah dengan pembentukan organ (kelainan struktural).
  • Tes puasa. Tes ini menunjukkan jika kamu tidak mampu mencerna makanan tertentu (intoleransi makanan). Tes ini juga dapat mengetahui apakah makanan tertentu menimbulkan reaksi sistem kekebalan (alergi makanan).
  • Tes darah. Ini dapat mencari masalah metabolisme seperti penyakit tiroid, anemia (jumlah darah rendah), bukti kadar vitamin rendah yang menunjukkan penyerapan yang buruk, dan penyakit celiac, dan lain-lain.

Pengobatan

Pengobatan diare yang disebabkan oleh virus dan bakteri tergantung pada tingkat keparahan infeksinya.

  • Diare karena virus: Biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari hingga seminggu. Perawatan mungkin termasuk istirahat, hidrasi, dan obat-obatan yang dijual bebas untuk meringankan gejala seperti demam dan diare.
  • Diare karena bakteri: Kemungkinan memerlukan antibiotik untuk membersihkan infeksi. Penting untuk menemui dokter jika kamu mencurigai diare disebabkan oleh bakteri, karena infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius.

Pencegahan

Perbedaan Diare karena Virus dan Bakteri, Mana yang Lebih Serius?ilustrasi cuci tangan (pexels.com/Burst)

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat membantu mencegah diare baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Penting untuk:

  • Sering-sering mencuci tangan.
  • Gunakan pembersih berbahan dasar alkohol.
  • Makanlah makanan yang telah dibersihkan dan dimasak dengan cara yang aman.
  • Tidak mengonsumsi makanan atau cairan apa pun yang mungkin telah terinfeksi bakteri atau virus.
  • Saat bepergian, pastikan apa pun yang kamu makan dan minum aman.

Tips keamanan perjalanan untuk air dan cairan lainnya meliputi:

  • Tidak meminum air keran atau menggunakannya untuk menyikat gigi.
  • Tidak menggunakan es batu yang terbuat dari air keran.
  • Tidak meminum susu atau produk susu yang belum melalui proses membunuh bakteri tertentu (pasteurisasi).

Tips keamanan perjalanan untuk makanan meliputi:

  • Tidak makan buah dan sayuran segar atau mentah apa pun kecuali kamu mencuci dan mengupasnya sendiri.
  • Pastikan daging dan ikan telah dimasak dengan tingkat kematangan minimal sedang.
  • Tidak makan daging atau ikan mentah atau tingkat kematangan rare.
  • Pastikan daging dan kerang seperti udang, kepiting, dan tiram dalam keadaan panas saat disajikan.
  • Tidak makan makanan dari pedagang kaki lima atau food truck.

Ada beberapa perbedaan diare karena virus dan bakteri. Dalam kebanyakan kasus, diare akut bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun, diare parah (lebih dari 10 kali sehari atau diare yang kehilangan cairan jauh lebih banyak dibandingkan asupan cairan) bisa menyebabkan dehidrasi, yang bisa berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Dehidrasi terutama lebih berbahaya bagi anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Segera cari perhatian medis jika anak mengalami gejala-gejala ini:

  • Diare yang tidak membaik setelah 24 jam.
  • Tidak mengotori popoknya selama 3 jam atau lebih.
  • Demam di atas 39 derajat Celcius.
  • Feses hitam ada ada darah.
  • Mulut atau lidah kering atau menangis tanpa mengeluarkan air mata.
  • Mengantuk, tidak responsif, atau mudah tersinggung.
  • Penampilan cekung pada perut, mata, atau pipi.
  • Kulit tidak kembali ke bentuk asal jika dicubit dan dilepas.

Untuk orang dewasa, temui dokter jika mengalami gejala-gejala ini:

  • Diare berlangsung selama lebih dari dua hari dan tidak membaik.
  • Merasa sangat haus, kulit atau mulut kering, urine sedikit atau tidak, kelemahan parah, pusing atau merasa mau pingsan, urine berwarna gelap, yang mana ini bisa menandakan dehidrasi.
  • Sakit perut atau dubur yang parah.
  • Demam di atas 39 derajat Celcius.

Baca Juga: Mengalami Diare Berwarna Hijau, Apa Penyebabnya?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya