5 Risiko Menjadi Donor Ginjal, Jadikan Pertimbangan

Dari kesehatan, psikososial, sosial ekonomi, dan emosional

Gagal ginjal atau penyakit ginjal stadium akhir terjadi ketika kedua ginjal berhenti bekerja. Orang dengan gagal ginjal membutuhkan dialisis untuk mengambil alih fungsi ginjal atau transplantasi ginjal.

Dari kasus PGK stadium akhir di Indonesia, mayoritas (80 persen) menjalani terapi
hemodialisis dan hanya sedikit yang melakukan transplantasi ginjal (15 persen) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis atau CAPD (2 persen), menurut data dari PERNEFRI tahun 2013.

Menurut laporan dalam Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018), donor organ ginjal di Indonesia masih sangat terbatas, yakni sekitar 15 donor per tahun dan hanya didapat dari donor hidup.

Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur secara khusus mengenai transplantasi ginjal. Belum adanya petunjuk teknis tata cara donor jenazah berpengaruh pada keterbatasan donor yang didapat.

Siapa pun yang sedang mempertimbangkan untuk menjadi donor ginjal harus mempertimbangkan dengan hati-hati potensi risiko dan manfaatnya.

Meskipun pembedahan sering menjadi kekhawatiran utama, tetapi faktor lain seperti risiko medis, hasil kosmetik, dan faktor sosial ekonomi juga berperan dalam proses pengambilan keputusan. Yuk, ketahui bersama apa saja risiko menjadi donor ginjal bagi kesehatan!

1. Risiko pembedahan

Dipaparkan dalam laman Weill Cornell Medicine, berikut ini adalah daftar lengkap komplikasi yang mungkin terjadi yang terkait operasi untuk mendonorkan ginjal:

  • Rasa sakit.
  • Infeksi (pneumonia atau infeksi luka).
  • Pembekuan darah.
  • Reaksi terhadap anestesi.
  • Kematian (tingkat kematian di seluruh dunia untuk donor ginjal hidup adalah 0,03 persen hingga 0,06 persen).
  • Perubahan operasi menjadi nefrektomi terbuka.
  • Perlu operasi ulang (seperti untuk pendarahan).
  • Perlu kembali dirawat di rumah sakit.
  • Hernia.
  • Obstruksi usus.
  • Pembengkakan testis dan rasa tidak nyaman (donor pria).

2. Risiko medis atau jangka panjang

5 Risiko Menjadi Donor Ginjal, Jadikan Pertimbanganilustrasi operasi atau pembedahan (pixabay.com/scotth23)

Donor ginjal biasanya mengalami penurunan fungsi ginjal sebesar 20 hingga 30 persen (diukur dengan laju filtrasi glomerulus) setelah donasi. Ginjal yang tersisa mengompensasi hilangnya satu ginjal, melalui proses yang disebut hiperfiltrasi.

Komplikasi lain yang bisa terjadi dalam jangka panjang pascaoperasi donor ginjal bisa termasuk:

  • Mengembangkan penyakit yang bisa memengaruhi fungsi ginjal yang tersisa, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas.
  • Penurunan alami fungsi ginjal seiring bertambahnya usia.
  • Mengembangkan penyakit ginjal stadium akhir.
  • Peningkatan jumlah protein yang masuk ke dalam urine.
  • Nyeri kronis.
  • Kerusakan saraf.

Baca Juga: Hidup dengan Satu Ginjal, Apa Pengaruhnya terhadap Kesehatan?

3. Risiko psikososial, sosial ekonomi, dan emosional

Mempertimbangkan donasi ginjal bisa menakutkan dan menantang bagi calon donor hdup. Di satu sisi, calon donor mungkin khawatir dengan calon penerimanya atau mungkin merasa bersalah atas masalah kesehatan yang dialami orang tersebut. Di sisi lain, calon donor kemungkinan akan merasa stres dan khawatir terkait kemungkinan mendonorkan organnya, yang mengharuskannya menjalani operasi.

Kabar baiknya, sebagian besar calon donor memiliki pertanyaan dan kekhawatiran serupa. Tim donor yang berdedikasi (termasuk koordinator transplantasi, dokter, pekerja sosial, dan psikiater) berpengalaman dapat membantu calon donor menjawab pertanyaan dan kekhawatiran apa pun yang muncul.

Beberapa kekhawatiran yang banyak dikemukakan oleh banyak calon donor meliputi:

  • Siapa yang akan merawatku/anak-anak setelah aku mendonasikan ginjal?
  • Apakah aku harus menanggung atas pengeluaran yang tidak tercakup seperti biaya perjalanan, pengasuhan anak, pengasuhan orang tua, dan lain-lain?
  • Apa yang harus aku lakukan jika aku merasa dipaksa untuk mendonorkan?
  • Akankah atasan mengizinkanku untuk mengambil cuti yang diperlukan dan/atau akankah pekerjaanku tetap stabil selama aku cuti?
  • Bagaimana perasaanku jika penerima ginjalku tidak melakukan seperti yang diharapkan setelah transplantasi atau jika mereka tidak mematuhi hal-hal pasca transplantasi?
  • Bagaimana perasaanku jika penerima ginjalku tidak "cukup berterima kasih" atas apa yang aku alami untuk mendonorkan ginjalku?
  • Bagaimana perasaanku jika organ yang ditransplantasikan gagal?

Donor ginjal yang masih hidup mungkin berisiko mengalami hal berikut:

  • Kekecewaan jika menyumbangkan organ tidak memperbaiki hubungan donor dengan penerima.
  • Depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma setelah mendonorkan ginjal.
  • Karier berpotensi terpengaruh dengan memiliki satu ginjal, misalnya militer, penegak hukum, dan pemadam kebakaran.
  • Donor harus menghindari olahraga dengan risiko tabrakan yang tinggi (seperti tinju, seni bela diri, sepak bola, sepak bola, gulat, dan sebagainya). Jika donor memilih untuk berpartisipasi dalam salah satu kegiatan kontak fisik, maka harus ekstra hati-hati dan memakai bantalan pelindung untuk memastikan perlindungan ginjal yang tersisa.
  • Dukungan yang tidak memadai, baik fisik, emosional, logistik, dan keuangan.

4. Aspek finansial

5 Risiko Menjadi Donor Ginjal, Jadikan Pertimbanganilustrasi pasien (flickr.com/NIH Clinical Center)

Banyak calon donor ginjal punya pertanyaan mengenai dampak finansial menjadi donor. Akan ada biaya yang ditanggung (dibayar oleh asuransi penerima donor) dan biaya yang tidak ditanggung terkait dengan evaluasi dan donasi yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh calon donor.

Kamu perlu menanyakan ini sejelas-jelasnya kepada pihak penerima donor dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan di mana operasi untuk donor ginjal akan dilakukan.

Tanyakan tentang pembiayaan ini: 

  • Tes-tes yang diperlukan untuk mengetahui apakah kamu bisa menjadi donor (proses evaluasi).
  • Operasi untuk mendonorkan ginjal.
  • Rawat inap dan pemulihan pascaoperasi.
  • Perjalanan dan tempat menginap.
  • Penitipan anak.
  • Perawatan orang tua.
  • Tindak lanjut.
  • Gaji yang hilang (dalam beberapa kasus, donor mungkin menerima cuti berbayar dari tempatnya bekerja).
  • Dan lain-lain.

5. Risiko hidup dengan satu ginjal

Orang bisa hidup normal hanya dengan satu ginjal. Selama donor dievaluasi secara menyeluruh dan ginjal dinyatakan aman untuk disumbangkan, pendonor bisa menjalani kehidupan secara normal setelah operasi. Saat satu ginjal diangkat, ginjal yang tersisa akan bertambah besar untuk mengompensasi hilangnya ginjal yang disumbangkan, mengutip laman National Kidney Foundation.

Rutin olahraga sangat disarankan untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun, bagi orang yang hidup dengan satu ginjal, mereka harus berhati-hati dan harus melindungi ginjal yang tersisa dari cedera. 

Beberapa dokter berpendapat bahwa yang terbaik adalah menghindari olahraga kontak fisik seperti sepak bola, tinju, hoki, sepak bola, seni bela diri, atau gulat. Mengenakan alat pelindung dapat membantu melindungi ginjal dari cedera saat berolahraga. Ini dapat membantu mengurangi risiko, tetapi tidak menghilangkan risiko. Bicarakan dengan dokter jika ingin melakukan olahraga kontak.

Donor sangat disarankan untuk melakukan tindak lanjut medis jangka panjang secara berkala dengan dokter. Tes urine, cek tekanan darah, dan tes darah untuk fungsi ginjal harus dilakukan setiap tahun.

Meskipun donasi ginjal tampaknya tidak memengaruhi harapan hidup, tetapi penelitian menunjukkan bahwa mendonorkan ginjal meningkatkan risiko gagal ginjal selama masa hidup donor.

Dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of American Society of Nephrology tahun 2015, risiko gagal ginjal seumur hidup untuk rata-rata orang adalah 326 dalam 10.000 (sekitar 1 dari 30), 90 dari 10.000 (sekitar 1 dari 110) untuk mereka yang menyumbangkan ginjal, dan 14 dari 10.000 (sekitar 1 dari 700) untuk non donor yang sehat.

Alasan bahwa donor ginjal memiliki risiko gagal ginjal yang lebih rendah dibandingkan populasi umum adalah karena donor ginjal lebih sehat daripada orang kebanyakan. Ketika donor dan non donor yang sehat dibandingkan, ada peningkatan risiko gagal ginjal sebesar 76 dari 10.000 dari mendonorkan ginjal.

Secara umum, kebanyakan orang yang hidup dengan satu ginjal normal memiliki sedikit atau tidak ada masalah. Pastikan untuk selalu berbicara dengan tim transplantasi tentang risiko yang terlibat terkait donor.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa donor hidup mungkin lebih berisiko mengembangkan tekanan darah tinggi. Disarankan agar calon donor berkonsultasi dengan dokter mereka tentang risiko donor hidup.

Mendonorkan ginjal dapat menyelamatkan hidup seseorang, tetapi itu adalah keputusan besar. Tim medis dapat membantu memutuskan apakah kamu kandidat yang baik untuk donasi dan mendiskusikan risiko donor ginjal. Tes ekstensif akan dilakukan untuk memastikan kesehatan kamu tidak terganggu dan operasi secara umum relatif aman.

Baca Juga: 8 Jenis Obat yang Dapat Merusak Kesehatan Ginjal

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya