Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kenaikan berat badan (pexels.com/Andres  Ayrton)
ilustrasi kenaikan berat badan (pexels.com/Andres Ayrton)

Umumnya diketahui bahwa berat badan bisa bertambah karena makan secara berlebihan atau pola makan yang tidak diatur, misalnya pola makan tinggi gula dan lemak yang tidak terkontrol.

Meskipun pola makan biasanya memainkan peran besar dalam penambahan berat badan, tetapi faktor lain—seperti stres dan kurang tidur—juga dapat berkontribusi.

Namun, tahukah kamu kalau ada kondisi kesehatan atau penyakit yang bisa menyebabkan kenaikan berat hingga bisa berakhir pada badan gemuk? Berikut ini daftar penyakit yang bisa bikin badan gemuk.

1. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon tiroid. Selain bisa bikin berat badan naik, tanda-tanda lain dari hipotiroidisme adalah kelelahan, kulit lebih kering, atau rambut lebih tipis.

Tiroid adalah kelenjar utama yang mengendalikan banyak fungsi tubuh. Menurut American Thyroid Association, jika tiroid tidak berfungsi dengan baik, maka gejala akan muncul di seluruh tubuh.

Fungsi utama yang dikontrol tiroid adalah metabolisme. Jika tidak memproduksi cukup hormon tiroid, tubuh tidak akan membakar banyak energi secara keseluruhan.

Ketika metabolisme istirahat melambat, jumlah kalori yang dibakar sepanjang hari akan berkurang.

Diperkirakan 1 dari 8 perempuan mengalami kelainan tiroid selama hidupnya.

Gejala lain yang harus diwaspadai adalah kelemahan otot, rasa dingin terus-menerus, kembung, dan sembelit.

2. PCOS

ilustrasi perempuan dengan PCOS (pexels.com/Sora Shimazaki)

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi ketika ovarium menghasilkan androgen dalam jumlah yang tidak normal, hormon seks pria yang biasanya terdapat pada perempuan dalam jumlah kecil.

Gangguan endokrin ini ditandai dengan ketidakseimbangan hormon seks estrogen dan testosteron (perempuan juga memproduksi testosteron, meski dalam jumlah yang jauh lebih kecil dibanding pria).

Ketidakseimbangan ini menyebabkan menstruasi tidak teratur, jerawat, bahkan pertumbuhan rambut di wajah, menurut Office on Women's Health.

Gangguan ini diperkirakan menyerang 1 dari 10 perempuan usia subur, juga mengganggu cara tubuh menggunakan insulin—hormon yang bertanggung jawab untuk mengubah karbohidrat menjadi energi. Ini bisa menyebabkan penambahan berat badan.

Saat tubuh menjadi resistan terhadap insulin, gula dan pati yang dikonsumsi disimpan sebagai lemak, bukan diubah menjadi bahan bakar.

Gejala PCOS lainnya menurut Johns Hopkins Medicine yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Menstruasi yang terlewat, menstruasi tidak teratur, atau menstruasi yang sangat ringan.
  • Ovarium yang berukuran besar atau mempunyai banyak kista.
  • Rambut tubuh berlebih, termasuk dada, perut, dan punggung (hirsutisme).
  • Pertambahan berat badan, terutama di sekitar perut.
  • Kulit berjerawat atau berminyak.
  • Pola kebotakan pria atau rambut menipis.
  • Infertilitas.
  • Potongan kecil kulit berlebih di leher atau ketiak (skin tag).
  • Bercak kulit berwarna gelap atau tebal di bagian belakang leher, di ketiak, dan di bawah payudara.

3. Depresi dan kecemasan

Orang dengan depresi atau kecemasan mungkin mengalami penambahan (maupun penurunan) berat badan karena kondisi mereka atau obat yang digunakan.

Depresi dan kecemasan dapat dikaitkan dengan makan berlebihan, pilihan makanan yang buruk, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak. Seiring waktu, bisa terjadi penambahan berat badan dan menyebabkan kegemukan atau obesitas.

Sekitar 43 persen orang dewasa dengan depresi mengalami obesitas, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Dan, orang dewasa yang telah didiagnosis depresi lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan dibandingkan mereka yang tidak.

Demikian pula, anak-anak yang mengalami depresi sering kali memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dibanding anak-anak tanpa depresi. Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami obesitas pada saat para peneliti menindaklanjutinya satu tahun kemudian (Pediatrics, 2022).

4. Perimenopause

ilustrasi usia perimenopause (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Penurunan kadar estrogen selama menopause dan perimenopause (tahun-tahun menjelang menopause) dapat menyebabkan penambahan berat badan, menurut Mayo Clinic.

Penurunan pesat dalam jumlah hormon dalam tubuh akan membuat perempuan bisa membuat perempuan memiliki nafsu makan yang tidak terkendali.

Selain itu, berat badan ekstra yang terkait dengan menopause cenderung menumpuk di area perut, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan tekanan darah tinggi.

Mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur dapat membantu menghindari penambahan berat badan.

5. Sindrom Cushing

Dilansir Health, kortisol atau hormon stres merupakan sesuatu yang dilepaskan tubuh sebagai respons terhadap situasi yang berat atau berbahaya.

Namun, bila sistem tubuh memproduksi terlalu banyak kortisol dalam jangka waktu lama, kamu bisa mengalami sindrom Cushing. Salah satu efek sampingnya yaitu timbunan lemak yang tidak normal di area perut dan sekitar wajah.

Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh tumor pada kelenjar pituitari di otak, yang memicu peningkatan produksi dan pelepasan hormon adrenokortikotropik—yang memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol.

Pertambahan berat badan, terutama di tubuh bagian atas, merupakan ciri khas sindrom Cushing. Gejala lainnya termasuk stretch mark, jerawat, dan mudah memar.

Setiap orang mungkin memiliki gejala yang berbeda-beda. Ini adalah tanda dan gejala yang paling umum dari sindrom Cushing:

  • Obesitas tubuh bagian atas dengan lengan dan kaki kurus.
  • Wajah bulat.
  • Peningkatan lemak di sekitar leher atau punuk lemak di antara bahu.
  • Kulit memerah, tipis, rapuh yang lambat sembuh.
  • Stretch mark berwarna biru kemerahan pada ketiak, perut, paha, bokong, lengan, dan payudara.
  • Kelemahan tulang dan otot.
  • Kelelahan yang parah.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Gula darah tinggi.
  • Iritabilitas dan kecemasan atau depresi.
  • Pertumbuhan rambut ekstra pada wajah dan tubuh pada perempuan.
  • Siklus menstruasi yang tidak teratur atau berhenti pada perempuan.
  • Berkurangnya gairah seks dan kesuburan pada pria.

6. Tumor ovarium atau rahim

ilustrasi ovarium (freepik.com/freepik)

Ada kasus yang mana seorang perempuan berusia 53 tahun di Singapura memiliki tumor seberat 61 pon atau sekitar 27 kilogram yang diangkat dari rahimnya (BMJ Case Reports, 2018)

Untuk bisa tumbuh begitu besar, tumor tersebut kemungkinan telah berkembang di dalam dirinya selama bertahun-tahun.

Ini adalah kasus yang ekstrem, menunjukkan jika tidak diobati, tumor besar di area panggul, seperti tumor rahim atau ovarium, dapat menggembungkan perut seperti halnya kelebihan lemak dan membuat berat badan melonjak.

American Cancer Society menyebut selain penambahan berat badan, gejala tumor ovarium atau rahim termasuk:

  • Nyeri punggung bawah.
  • Pendarahan vagina.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Sembelit.

7. Obat-obatan

Kenaikan berat badan yang berhubungan dengan obat-obatan bisa disebabkan oleh banyak hal.

Beberapa obat mungkin merangsang nafsu makan, menyebabkan kamu makan lebih banyak dan bisa menyebabkan kegemukan.

Beberapa obat mungkin memengaruhi metabolisme tubuh. Ini menyebabkan tubuh membakar kalori lebih lambat.

Beberapa obat mungkin menyebabkan kamu menahan air. Hal ini membuat berat badan bertambah meskipun kamu tidak menambah lemak.

Obat-obatan lain mungkin memengaruhi cara tubuh menyimpan dan menyerap gula dan nutrisi lainnya.

Jika suatu obat menyebabkan kamu lelah atau sesak napas, kamu mungkin cenderung tidak berolahraga. Ini bisa menyebabkan berat badan bertambah.

Untuk obat-obatan tertentu, para peneliti masih tidak yakin apa yang memicu penambahan berat badan.

Dirangkum dari laman University of Rochester Medical Center Rochester, obat-obatan yang dapat menyebabkan penambahan berat badan meliputi:

  • Obat diabetes, seperti insulin, thiazolidinediones, dan sulfonilurea.
  • Obat antipsikotik, seperti haloperidol, clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, dan lithium.
  • Obat antidepresan, seperti amitriptyline, imipramine, paroxetine, escitalopram, citalopram, mirtazapine, dan sertraline.
  • Obat epilepsi, seperti valproate, divalproex, carbamazepine, dan gabapentin.
  • Obat hormon steroid, seperti prednison atau pil KB.
  • Obat penurun tekanan darah, seperti beta-blocker, seperti propranolol dan metoprolol.

8. Insomnia

ilustrasi sulit tidur, insomnia (pexels.com/cottonbro studio)

Dijelaskan oleh Sleep Foundation, kurang tidur menciptakan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang menyebabkan makan berlebihan dan penambahan berat badan.

Leptin dan grelin adalah hormon yang mengatur nafsu makan, dan ketika kamu tidak cukup tidur, produksi hormon-hormon ini diubah sedemikian rupa sehingga meningkatkan rasa lapar.

Kurang tidur dikaitkan dengan kekurangan hormon pertumbuhan dan peningkatan kadar kortisol, yang keduanya dikaitkan dengan obesitas.

Selain itu, kurang tidur dapat mengganggu cara tubuh kamu dalam memetabolisme makanan.

Sayangnya, dampak kurang tidur terhadap berat badan tidak terbatas pada perubahan pada tingkat kimia saja.

Durasi tidur yang terbatas terbukti menyebabkan kecenderungan lebih besar untuk memilih makanan berkalori tinggi.

Kalori yang dikonsumsi larut malam meningkatkan risiko penambahan berat badan.

Selain itu, orang dewasa yang kurang tidur akan lebih sedikit berolahraga dibandingkan dengan mereka yang tidur cukup, kemungkinan karena kurang tidur menyebabkan kantuk dan kelelahan pada siang hari.

9. Gagal jantung kongestif

Gagal jantung kongestif, atau gagal jantung, adalah suatu kondisi jangka panjang di ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Saat kamu mengalami gagal jantung, jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup ke seluruh tubuh. Ini menyebabkan berkurangnya sirkulasi dan berkurangnya aliran darah melalui ginjal, yang bertanggung jawab untuk membuang kelebihan cairan dan natrium dalam tubuh.

Ketika aliran darah melalui ginjal terganggu, ini dapat menyebabkan penumpukan cairan dan natrium. Terkadang, edema berkembang dengan cepat. Kamu mungkin terbangun suatu hari dan melihat pembengkakan di kaki atau perut yang tidak terlihat pada malam sebelumnya, mengutip dari Healthline.

Gejala gagal jantung mungkin berkembang secara perlahan. Terkadang, gejala gagal jantung muncul secara tiba-tiba. Gejala gagal jantung mungkin termasuk:

  • Sesak napas saat beraktivitas atau saat berbaring.
  • Kelelahan dan kelemahan.
  • Pembengkakan di tungkai, pergelangan kaki, dan kaki.
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur.
  • Berkurangnya kemampuan berolahraga.
  • Mengi.
  • Batuk yang tidak kunjung sembuh atau batuk yang mengeluarkan lendir berwarna putih atau merah muda disertai bercak darah.
  • Pembengkakan di daerah perut.
  • Pertambahan berat badan yang sangat cepat akibat penumpukan cairan.
  • Mual dan kurang nafsu makan.
  • Kesulitan berkonsentrasi atau penurunan kewaspadaan.
  • Nyeri dada jika gagal jantung disebabkan oleh serangan jantung.

10. Sleep apnea

ilustrasi sleep apnea (unsplash.com/Kinga Howard)

Penelitian telah menunjukkan bagaimana pendeknya siklus tidur yang dialami penderita sleep apnea dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.

Pertambahan berat badan akibat sleep apnea bisa menjadi proses yang sangat kompleks yang meningkatkan peradangan dalam tubuh, dikombinasikan dengan intoleransi glukosa, resistensi insulin, dan ketidakseimbangan hormon, dilansir National Heart, Lung, and Blood Institute.

Hormon leptin disimpan dalam sel lemak di tubuh. Ini memberi sinyal ke hipotalamus (di otak) untuk memberi tahu otak bahwa tubuh sudah kenyang dan tidak perlu makan. Sleep apnea dapat menyebabkan penurunan produksi leptin sehingga otak tidak mendapatkan sinyal bahwa tubuh sudah kenyang.

Orang dengan obesitas mungkin juga memiliki kadar leptin yang lebih tinggi karena meningkatnya jumlah sel lemak dalam tubuh. Terkadang, otak menjadi tidak peka terhadap aksi leptin, dan sinyal tidak tersampaikan.

Ada hormon lain dan protein pemberi sinyal yang ditemukan dalam sel lemak yang dapat memengaruhi fungsi otak saat tidur. Ini dapat menyebabkan saraf dan otot di dada dan saluran napas bagian atas menjadi lemah dan tidak mampu menjaga saluran napas tetap terbuka saat tidur.

Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya peradangan yang dapat menyebabkan penambahan berat badan. Ini bisa menjadi siklus yang sulit untuk diputus.

Hormon lain, grelin, merangsang nafsu makan. Hormon ini dilepaskan dari perut untuk memberi tahu otak bahwa ia lapar. Dengan berkurangnya waktu tidur, seperti yang dialami pada sleep apnea, jumlah grelin meningkat sehingga menyebabkan nafsu makan meningkat.

11. Edema

Pembengkakan yang disebabkan oleh penumpukan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Edema bisa bersifat ringan dan disebabkan oleh garam, tidak aktif, pengobatan, atau pembedahan.

Namun, penumpukan cairan dalam jumlah besar bisa menjadi gejala kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal, gagal jantung, dan pembekuan darah.

Misalnya, beberapa orang dengan gagal jantung mungkin mengalami kenaikan berat badan hingga 2 kilogram selama satu atau dua minggu akibat penumpukan cairan (ESC Heart Failure Journal, 2019; StatPearls, 2023).

Inilah sebabnya mengapa penting untuk berbicara dengan dokter tentang kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Dalam kasus edema, dokter akan menyesuaikan perawatan untuk mengatasi masalah medis yang mendasarinya.

12. Sindrom metabolik

ilustrasi obesitas atau kegemukan (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Sindrom metabolik erat kaitannya dengan kelebihan berat badan atau obesitas dan ketidakaktifan. Ini juga terkait dengan kondisi yang disebut resistensi insulin.

Biasanya, sistem pencernaan akan memecah makanan menjadi gula. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membantu gula memasuki sel untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang terjadi secara bersamaan dan meningkatkan peluang kamu terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan lemak tubuh berada pada tingkat yang tidak sehat. Mungkin tidak ada gejala yang jelas kecuali berat badan berlebih yang bertambah di sekitar pinggang.

13. Diabetes

Ketika aliran darah memiliki kelebihan gula darah dan insulin, tubuh diberi sinyal untuk menyimpan gula. Sebagian gula dapat disimpan di otot dan hati. Namun, sebagian besar gula disimpan sebagai lemak ketika tidak ada tempat lain untuk dituju.

Oleh karena itu, orang dengan diabetes lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan dengan orang-orang tanpa diabetes.

Walaupun penambahan berat badan adalah salah satu efek samping diabetes yang paling umum, tetapi ini tidak dapat dihindari. Salah satu faktornya adalah pengobatan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar obat antidiabetes menyebabkan penambahan berat badan. Penelitian ini dapat memiliki implikasi penting untuk pengobatan diabetes tipe 2, dilansir HealthMatch.

Pertambahan berat badan bervariasi dari orang ke orang, tergantung pada beberapa faktor, termasuk obat-obatan. Faktor lain yang memengaruhi penambahan berat badan meliputi:

  • Usia, jenis kelamin, tinggi badan.
  • Jumlah insulin yang dilepaskan setiap kali makan dan tingkat resistansi insulin.
  • Susunan genetik, riwayat keluarga, dan etnis.
  • Kebiasaan pola makan dan olahraga.

Kalau kamu sedang menjalani pengobatan diabetes dan mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan, risiko kenaikan berat badan meningkat.

14. Kanker ovarium

ilustrasi ovarium (freepik.com/freepik)

Kanker ovarium mengacu pada kanker apa pun yang dimulai di ovarium.

Beberapa orang mungkin tidak merasakan gejala pada tahap awal. Namun, dikutip dari Medical News Today, seiring berkembangnya penyakit, orang dengan kanker ovarium mungkin mengalami penambahan berat badan dan gejala lainnya, seperti:

  • Nyeri di perut atau panggul.
  • Kesulitan tidur.
  • Kebutuhan buang air kecil yang sering atau mendesak.
  • Kehilangan nafsu makan atau merasa cepat kenyang.
  • Siklus menstruasi yang tidak biasa.
  • Gangguan pencernaan.

Kanker ovarium sering kali mencapai stadium lanjut tanpa terdeteksi, jadi siapa pun yang mengalami nyeri tidak normal di daerah panggul harus berkonsultasi dengan dokter.

15. Binge-eating disorder

Dikutip situs National Eating Disorders, binge-eating disorder (BED) ditandai dengan episode makan berlebihan yang berulang dan makan dalam jumlah yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan kebanyakan orang dalam situasi yang sama.

Perilaku terkait lainnya termasuk makan sangat cepat, makan melewati titik kenyang, makan saat tidak lapar, dan makan sendiri serta sembunyi-sembunyi serta menghindari makan dalam situasi sosial.

Perilaku ini disertai dengan perasaan kehilangan kendali yang intens atas makan, malu, dan bersalah. BED didiagnosis ketika seseorang melakukan makan berlebihan, rata-rata, setidaknya satu hari dalam seminggu selama tiga bulan.

Editorial Team