Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Binge Eating Disorder: Gangguan Makan yang Jarang Diketahui 

Ilustrasi perempuan sedang makan (www.dreamstime.com)

Pernahkah melihat seseorang makan dengan porsi banyak dan tidak merasa kenyang? Mungkin saja hal tersebut merupakan salah satu gangguan makan, lho! Gangguan makan tersebut dikenal dengan binge eating disorder (BED). Lantas, apa sih BED itu? Yuk, kita simak penjelasan di bawah ini!

Pengertian binge eating disorder

Ilustasi makanan (www.gettyimages.com)

Binge eating disorder (BED) adalah gangguan perilaku makan, yang di mana penderitanya makan dengan jumlah yang banyak dan sulit untuk mengontrol dorongan untuk makan. Binge eating disorder memliki konsekuensi yang merugikan bagi para penderitanya, seperti obesitas, diabetes tipe 2, bahkan depresi. Penderita binge eating disorder biasanya makan secara diam-diam, dan akan merasa bersalah, jijik, malu, serta suasana hatinya akan sangat buruk setelah makan.

Faktor risiko yang memengaruhi

Ilustrasi makanan (www.gettyimages.com)

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap BED. Pertama adalah adanya pengalaman yang buruk saat masa kanak-kanak atau trauma emosional, seperti mengalami bullying secara verbal yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya mengenai berat dan bentuk badan, atau bahkan bullying fisik.

Kedua yaitu memiliki riwayat penyakit mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), bipolar disorder, anxiety, atau lainnya. Berikutnya yakni memiliki pandangan negatif terhadap bentuk badan, berat badan, dan makan.

Penyebab yang jarang diketahui

Ilustrasi makanan cepat saji (vecteezy.com/ramiramola21973)

Tidak seperti makan berlebihan yang di mana kita secara sadar untuk makan dengan porsi yang lebih banyak dari pada biasanya, BED bukanlah respons terhadap rasa lapar yang sebenarnya, dan bukan juga untuk memberikan ketenangan setelah mengonsumsi makanan yang kita makan.

Binge eating disorder bisa terjadi ketika seseorang mengalami stress yang berat, di mana motilitas usus diperlambat oleh adrenalin dan kortisol, dan kemudian kembali beraksi penuh yang menyebabkan rasa lapar yang ekstrem.

Rasa lapar yang dialami oleh penderita BED ini tampaknya tidak berdasar. Sehingga makanan yang dikonsumsi oleh penderita BED ini hanya untuk sekadar 'menghilangkan rasa tegang' yang mereka alami ketika sedang stress.

Makan secara berlebihan secara terus menerus atau secara konsisten juga dapat menjadi faktor risiko seseorang mengalami binge eating disorder. Karena, pada dasarnya manusia bisa makan karena adanya sinyal lapar (melalui hormon ghrelin) dan sinyal kenyang (melalui hormon leptin) yang dikirim ke otak. Jika seseorang makan berlebihan secara konsisten, hal tersebut dapat membuat otak sulit mengenali sinyal kenyang.

Binge eating disorder juga dapat terjadi saat seseorang merasakan emosi negatif (sedih, marah) karena dopamin dan serotonin yang rendah, maka hal tersebut akan meningkatkan respons untuk mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan gula.

Dopamin dapat membantu tubuh agar dapat mengembangkan siklus makan yang tidak terkontrol, yang di mana hal tersebut dapat menjadi kebiasaan bagi tubuh, dan otak pun tersadar bahwa dengan makan, tubuh bisa menjadi lebih tenang. Sehingga nantinya dopamin akan terus mengontrol tubuh untuk mengonsumsi makanan jika sedang sedih, marah, dan lainnya. Perilaku tersebut akan terus berulang.

Pengobatan atau penangan

Ilustrasi seseorang melakukan konsultas (www.gettyimages.com)

Tujuan pengobatan binge eating disorder adalah untuk mengurangi perilaku makan secara berlebihan dan mencapai kebiasaan makan yang lebih sehat. Tujuan lainnya, agar penderita BED bisa lebih percaya diri dan menerima dirinya sendiri. Selain itu, dengan pengobatan yang dilakukan, diharapkan penderita binge eating disorder dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Beberapa pengobatan atau penanganan yang bisa dilakukan misalnya psikoterapi. Ini merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menangani berbagai penyakit mental, salah satunya untuk menangani binge eating disorder. Adapun metode psikoterapi yang sering digunakan untuk menangani BED adalah terapi perilaku kognitif (CBT) dan psikoterapi interpersonal (IPT).

Penanganan berikutnya yakni pemberian obat antidepresan. Penanganan seseorang dengan BED dapat dilakukan dengan memberikan obat antidepresan, yang dapat meredakan gejala BED.

Penanganan ketiga yakni mengontrol berat badan dengan membantu para penderita BED memperoleh berat badan ideal. Dengan menurunkan berat badan, diharapkan penderita binge eating disorder dapat lebih percaya diri dan memiliki pandangan positif terhadap makan, berat badan, dan bentuk tubuh.

Kesimpulan

Ilustrasi diet (www.gettyimages.com)

Binge eating disorder adalah penyakit mental yang serius, namun masih banyak masyarakat yang kurang aware terkait gangguan makan ini. Meskipun pengalaman setiap orang berbeda-beda terkait dengan gangguan makan ini, setiap penderita binge eating disorder berhak untuk mendapatkan bantuan dari para profesional, seperti psikolog atau psikiater. Selain itu, individu diharapkan tidak melakukan self-diagnose, jika mengalami hal serupa. Baiknya adalah melakukan konsultasi kepada ahlinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us