ilustrasi psoriasis vulgaris atau psoriasis plak (vecteezy.com/Werayuth Piriyapornprapa)
Penyakit autoimun dapat menyerang satu organ atau banyak organ. Setiap penyakit ditandai dengan antibodi unik yang mendeteksi dan menargetkan protein spesifik pada sel yang disebut antigen. Beberapa antigen ini berada pada satu organ (menyebabkan penyakit autoimun spesifik organ), sementara antigen lainnya terdapat pada banyak organ (menyebabkan penyakit autoimun sistemik atau umum).
Berikut ini beberapa contohnya.
Penyakit autoimun spesifik organ
Beberapa penyakit autoimun spesifik organ yang umum meliputi:
Autoantibodi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan tiroid dan hipotiroidisme, seperti pada tiroiditis Hashimoto, atau pada rangsangan jaringan tiroid dan hipertiroidisme, seperti pada penyakit Graves. Dengan kedua kondisi ini, gejala dapat berkembang dengan cepat atau secara perlahan. Penyakit tiroid autoimun sangat umum dan dianggap kurang terdiagnosis, dilansir National Institute of Environmental Health Sciences.
Sebaliknya, hipertiroidisme sering kali menyebabkan rasa gugup, cemas, berkeringat, dan intoleransi terhadap panas, dan dapat diobati dengan obat antitiroid, pembedahan, atau terapi yodium radioaktif untuk menghancurkan kelenjar tersebut.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika autoantibodi menghancurkan sel beta di pankreas yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin. Kondisi ini sering muncul pada masa kanak-kanak atau dewasa muda. Gejalanya bisa berupa rasa haus, peningkatan buang air kecil, dan bila parah koma diabetes, menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
Diabetes tipe 1 diobati dengan penggantian insulin seumur hidup, dan pemantauan yang cermat diperlukan untuk menghindari komplikasi seperti gagal ginjal, retinopati, dan penyakit jantung.
Psoriasis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru mengirimkan sinyal ke sel-sel kulit untuk tumbuh terlalu cepat. Ada beberapa bentuk psoriasis, yang paling umum adalah psoriasis plak, ditandai dengan bercak merah yang menonjol (sering kali terasa gatal) yang disebut plak, dan paling sering terjadi pada lutut, punggung bawah, kulit kepala, dan siku.
Pilihan pengobatan untuk psoriasis bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Bagi orang dengan psoriasis, penting untuk melakukan skrining terhadap kondisi autoimun terkait yang disebut artritis psoriasis.
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu kondisi saat autoantibodi menyerang selubung lemak (mielin) yang menutupi saraf dan diperlukan agar saraf dapat bekerja dengan baik.
Penyakit ini dapat memiliki banyak gejala yang berbeda tergantung area tertentu dari sistem saraf yang terkena, tetapi bisa mencakup masalah penglihatan, gangguan sensoris seperti mati rasa dan kesemutan, masalah kandung kemih, kelemahan, kehilangan koordinasi, gemetar, dan lain-lain.
Sindrom Guillain-Barré (GBS) adalah suatu kondisi saat autoantibodi menyerang sel pendukung yang melapisi saraf. Sindrom ini sering terjadi setelah infeksi virus (jarang, terjadi setelah vaksinasi flu), dan diperkirakan bahwa bagian dari organisme yang menularkan penyakit tersebut menyerupai bagian dari sistem saraf. Sindrom Miller Fisher adalah salah satu subtipe GBS.
GBS sering diawali dengan kelemahan dan perubahan sensasi pada kaki dan tangan. Ketika kondisi ini meningkat ke seluruh tubuh, kondisi ini dapat mengancam jiwa tanpa perawatan medis yang segera.
Penyakit autoimun sistemik
Penyakit autoimun sistemik dapat menimbulkan banyak masalah berbeda, karena dampaknya dapat dirasakan di seluruh tubuh. Contohnya termasuk:
- Lupus eritematosis sistemik
Lupus eritematosus sistemik (lupus) merupakan penyakit autoimun yang menyerang banyak organ dan mempunyai dampak luas. Gejalanya bisa termasuk nyeri sendi, ruam kulit, masalah ginjal, radang paru-paru dan/atau jantung, anemia, peningkatan pembekuan (trombosis), masalah memori, dan banyak lagi.
Perawatan mencakup perubahan gaya hidup dan obat-obatan seperti kortikosteroid, obat antimalaria, dan obat imunosupresif.
Artritis reumatoid ditandai dengan nyeri, bengkak, dan kerusakan sendi. Kerusakan pada artritis reumatoid disebabkan oleh peradangan dan gejalanya lebih parah dibanding osteoartritis.
Tanpa pengobatan dini dan agresif, kelainan bentuk sendi bisa terjadi. Sendi yang sama biasanya terkena pada kedua sisi tubuh, dan sendi kecil pada tangan dan kaki sering terkena. Selain peradangan sendi (sinovitis), orang dengan artritis reumatoid mungkin mengalami benjolan di bawah kulit (nodul subkutan), efusi pleura, radang selaput jantung (perikarditis), dan banyak lagi.
Penyakit radang usus (IBD), yang meliputi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, mengacu pada peradangan kronis pada saluran pencernaan. Meskipun penyakit Crohn dapat menyebabkan peradangan dari mulut hingga anus, tetapi peradangan pada kolitis ulseratif hanya menyerang usus besar dan rektum. Gejalanya bisa meliputi diare, sakit perut, tinja berdarah, penurunan berat badan, dan kelelahan.
Perawatan sering mencakup kombinasi obat-obatan dan pembedahan, serta pemantauan yang cermat karena kedua kondisi tersebut dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar.
Pada sindrom Sjögren, autoantibodi menyerang kelenjar yang memproduksi air mata dan air liur. Hal ini menyebabkan mata kering, mulut kering, dan konsekuensi terkait seperti kerusakan gigi, hilangnya indra perasa, dan banyak lagi. Nyeri sendi dan gejala lainnya juga dapat terjadi.
Sekitar setengah dari pasien SJS, sindrom ini terjadi sendiri. Namun, kondisi ini berkaitan dengan kondisi autoimun lainnya seperti lupus, artritis reumatoid, atau skleroderma.
Sindrom antifosfolipid merupakan kondisi autoimun umum yang melibatkan autoantibodi terhadap protein tertentu dalam darah, mengakibatkan pembekuan tidak normal. Penyakit ini pertama kali didiagnosis pada perempuan sebagai penyebab seringnya keguguran atau kelahiran prematur, atau ketika pembekuan darah dan/atau memar terjadi tanpa penyebab yang jelas (British Journal of Haematology, 2012).
Pembentukan bekuan darah juga dapat menyebabkan serangan jantung (bila terjadi di pembuluh darah jantung) atau stroke (bila bekuan terjadi di otak).