Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Retinopati Hipertensi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

ilustrasi penglihatan kabur (pixabay.com/kalhh)

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah kondisi medis yang bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah di mana pun dalam tubuh, termasuk pada retina mata. Retina mata adalah lapisan tipis di bagian belakang mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan membantu penglihatan. Saat ini terjadi, maka dapat menyebabkan retinopati hipertensi.

Retinopati hipertensi adalah penyempitan pembuluh darah di retina akibat adanya tekanan darah yang terlalu tinggi. Ini dapat menghambat aliran darah pada retina dan menyebabkan retina tidak dapat menerima oksigen dan nutrisi yang cukup, yang pada akhirnya memicu gangguan penglihatan.

Dilansir Verywell Health, retinopati hipertensi dapat dialami siapa pun yang memiliki tekanan darah tinggi. Akan tetapi, orang dengan hipertensi kronis yang berlangsung lama atau memiliki tekanan darah paling tinggi berisiko lebih besar untuk mengembangkannya.

Apakah retinopati hipertensi bisa disembuhkan? Apa penyebab dan gejalanya yang perlu diwaspadai? Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini!

1. Tanda dan gejala

ilustrasi gangguan mata (pixabay.com/nastya_gepp)

Pada beberapa kasus, gejala retinopati hipertensi bisa ringan atau tidak menunjukkan gejala apa pun (asimtomatik). Akan tetapi, jika tekanan darah tinggi terus terjadi, ini dapat menyebabkan gejala seperti:

  • Penglihatan kabur atau berkurang.
  • Pembengkakan mata,
  • Pecahnya pembuluh darah di bagian luar mata (perdarahan subkonjungtiva).
  • Penglihatan ganda disertai sakit kepala.
  • Kehilangan penglihatan mendadak atau mengalami anomali visual lainnya.

2. Penyebab

ilustrasi aliran darah dalam pembuluh darah (pixabay.com/Vector8DIY)

Mengutip Healthline, tekanan darah tinggi yang berkepanjangan adalah penyebab utama retinopati hipertensi. Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat membuat dinding pembuluh darah mengeras dan menebal. Akibatnya, pembuluh darah menyempit dan membatasi aliran darah yang akan mencapai retina.

Seiring waktu, tekanan darah yang konsisten tinggi ini juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah retina, sehingga ini mengganggu fungsi retina dan memengaruhi penglihatan.

Tak hanya itu, beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko mengembangkan retinopati hipertensi, termasuk:

  • Penyakit jantung.
  • Diabetes.
  • Merokok.
  • Kolesterol tinggi.
  • Kelebihan berat badan.
  • Aterosklerosis.
  • Konsumsi makanan yang tidak sehat, seperti tinggi protein, tinggi lemak trans, makanan manis, konsumsi banyak garam, dan alkohol.

3. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi nyeri dada setelah operasi (freepik.com/jcomp)

Pada kondisi yang makin parah, orang dengan retinopati hipertensi mungkin juga berisiko mengembangkan kondisi medis lain terkait retina, seperti:

  • Neuropati optik iskemik: Kondisi yang terjadi ketika tekanan darah tinggi menghalangi aliran darah normal di mata sehingga merusak saraf optik.
  • Oklusi arteri retina: Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah ke retina tersumbat oleh gumpalan darah.
  • Oklusi vena retina: Keadaan ketika pembuluh darah vena yang membawa darah menjauh dari retina tersumbat oleh gumpalan darah.
  • Iskemia lapisan serat saraf: Kondisi kerusakan serat saraf yang dapat menyebabkan bintik kapas, atau adanya lesi putih halus pada retina.
  • Hipertensi maligna: Merupakan kondisi langka yang menyebabkan tekanan darah meningkat secara tiba-tiba. Ini dapat mengganggu penglihatan dan berpotensi mengancam jiwa.
  • Stroke atau serangan jantung: Berdasarkan penelitian berjudul "Hypertensive Retinopathy and Risk of Stroke" dalam jurnal Hypertention tahun 2013, retinopati hipertensi juga dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung.

4. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan mata (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menggunakan oftalmoskop untuk memeriksa retina. Alat ini akan menyinari pupil untuk melihat apakah ada penyempitan pembuluh darah atau cairan yang bocor dari pembuluh darah.

Selain itu, dokter mungkin merekomendasikan tes khusus angiografi fluoresen. Tes ini dapat membantu memeriksa aliran darah dalam retina dengan menggunakan obat tetes mata khusus dan suntikan pewarna fluorescein.

Untuk menentukan tingkat keparahan retinopati, digunakan sebuah skala yang disebut sistem klasifikasi Keith-Wagener-Barker.

  • Tingkat 1: Ada penyempitan ringan pada arteri retina.
  • Tingkat 2: Mirip tingkat 1, tetapi ada penyempitan yang lebih parah atau lebih ketat yang disebut arteriovenous nicking.
  • Tingkat 3: Tandanya seperti tingkat 2 disertai edema retina, mikroaneurisma, bintik-bintik kapas, dan perdarahan retina.
  • Tingkat 4: Memiliki tanda-tanda tingkat 3 yang parah, bersama dengan pembengkakan cakram optik (papilledema dan edema makula).

5. Pengobatan

ilustrasi pola makan sehat (pexels.com/Nathan Cowley)

Cara terbaik untuk mengobati retinopati hipertensi adalah dengan penurunan dan pengendalian tekanan darah tinggi. Beberapa pilihan pengobatannya dapat meliputi:

  • Perubahan gaya hidup: Misalnya pola makan tinggi buah dan sayuran, rutin olahraga atau beraktivitas fisik, mengurangi asupan garam, membatasi kafein dan alkohol, tidak merokok, dan menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih.
  • Penggunaan obat untuk tekanan darah secara teratur, seperti diuretik, beta-blocker, atau ACE inhibitor.
  • Mendapatkan pemeriksaan medis rutin untuk memastikan tekanan darah normal.

Retinopati hipertensi merupakan kondisi yang bisa dicegah dengan mempertahankan tekanan darah tetap normal. Akan tetapi, jika kamu mengalami tanda dan gejala seperti yang dijelaskan di atas, sebaiknya segera temui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan sedini mungkin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Bayu Aditya Suryanto
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us