Beda Gejala Pneumonia Biasa dan Pneumonia akibat Bakteri Mycoplasma

Pneumonia akibat bakteri Mycoplasma sering menyerang anak

China, Denmark, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat telah melaporkan peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak yang terkait dengan bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi, telah ditemukan enam kasus Mycoplasma pneumoniae di Indonesia. Akan tetapi, keenam kasus ini terjadi sudah cukup lama, bahkan sebelum ramai pemberitaan mengenai kasus tersebut di China.

Walaupun tidak perlu panik, tetapi kita tetap harus waspada. Salah satunya dengan mengenali perbedaan gejala pneumonia biasa dengan pneumonia akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae.

1. Gejala pneumonia bakteri Mycoplasma cenderung lebih ringan

Beda Gejala Pneumonia Biasa dan Pneumonia akibat Bakteri Mycoplasmailustrasi pneumonia pada anak (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam rilis yang diterima IDN Times pada Selasa (5/11/2023), dr. Rina Triasih, M.Med (Pead), Ph.D, SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyatakan bahwa Mycoplasma pneumonia merupakan salah satu bakteri penyebab pneumonia pada anak yang sudah lama dikenal.

Bakteri ini terutama menyerang anak usia sekolah (di atas 5 tahun). Gejala pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia mirip dengan gejala pneumonia pada umumnya, tetapi cenderung lebih ringan.

Pada anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, infeksi ini dapat menyebabkan kondisi yang serius. Waktu yang dibutuhkan untuk munculnya gejala setelah bakteri memasuki tubuh relatif panjang, tidak secepat virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab COVID-19.

2. Perbedaan gejala pneumonia akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae dan pneumonia bakteri umum

Beda Gejala Pneumonia Biasa dan Pneumonia akibat Bakteri Mycoplasmailustrasi anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

Dilansir Healthline, gejala pneumonia Mycoplasma pneumoniae berbeda dengan gejala pneumonia khas yang disebabkan oleh bakteri umum, seperti Streptococcus dan Haemophilus.

Pasien biasanya tidak mengalami sesak napas yang parah, demam tinggi, dan batuk produktif disertai pada pneumonia Mycoplasma. Sebaliknya, mereka mengalami demam ringan, batuk kering, sesak napas ringan (terutama saat beraktivitas), dan kelelahan.

Pneumonia Mycoplasma mungkin menyerupai infeksi saluran pernapasan atas atau pilek daripada infeksi saluran pernapasan bawah atau pneumonia. Batuk kering adalah tanda infeksi yang paling umum.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, gejala lainnya bisa termasuk:

  • Perasaan tidak enak badan (malaise).
  • Sesak napas ringan.

Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi ini bisa menjadi berbahaya dan merusak jantung atau sistem saraf pusat. Contoh gangguan ini meliputi:

  • Artritis, yaitu persendian menjadi meradang.
  • Perikarditis, yaitu peradangan pada perikardium yang mengelilingi jantung.
  • Sindrom Guillain-Barré, yakni kelainan neurologis yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
  • Ensefalitis, yaitu peradangan otak yang berpotensi mengancam jiwa.
  • Gagal ginjal, yaitu ginjal kehilangan kemampuan membuang limbah dan menyeimbangkan cairan.
  • Anemia hemolitik. Ini merupakan jenis anemia yang terjadi ketika sel darah merah hancur atau mati lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Akibatnya, tubuh kekurangan sel darah merah sehat.
  • Kondisi kulit yang langka dan berbahaya seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik.
  • Masalah telinga langka seperti myringitis bulosa.

Dalam kasus yang jarang terjadi, pneumonia Mycoplasma bisa berakibat fatal.

Baca Juga: Kemenkes RI: Pneumonia di China Tingkat Fatalitasnya Rendah

3. Kapan harus ke dokter?

Beda Gejala Pneumonia Biasa dan Pneumonia akibat Bakteri Mycoplasmailustrasi pasien dirawat di rumah sakit (vecteezy.com/Thanakorn Phanthura)

Segera temui dokter jika mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, demam terus-menerus (39 derajat Celcius atau lebih), dan batuk terus-menerus.

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi sangat disarankan untuk menemui dokter. Ini termasuk:

  • Orang dewasa usia di atas 65 tahun.
  • Anak-anak di bawah usia 2 tahun dengan tanda dan gejala.
  • Orang dengan kondisi kesehatan yang mendasari atau sistem kekebalan yang lemah.
  • Orang yang menerima kemoterapi atau mengonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan.

Bagi sebagian orang lanjut usia yang memiliki gagal jantung atau masalah paru-paru kronis, pneumonia bisa dengan cepat menjadi kondisi yang mengancam jiwa.

Baca Juga: Apakah Seseorang Bisa Meninggal akibat Pneumonia?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya