Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang laki-laki mengeluarkan makanan takeaway dari kantong kertas.
ilustrasi laki-laki mengeluarkan makanan takeaway dari kantong kertas (pexels.com/Jonathan Reynaga)

Intinya sih...

  • Makan makanan takeaway terlalu sering berkaitan dengan peningkatan peradangan tubuh.

  • Pola makan ini dikaitkan dengan kolesterol baik yang lebih rendah dan gula darah lebih tinggi.

  • Risiko kardiometabolik bisa muncul bahkan pada usia muda dan produktif.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian dan disabilitas terbesar di dunia. Dalam dua dekade terakhir, bebannya tidak hanya meningkat, tetapi juga bergeser ke kelompok usia yang lebih muda. Jantung yang bermasalah kini tidak lagi identik dengan lansia, tetapi juga dialami oleh orang dewasa aktif yang usianya lebih muda.

Perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Genetik memang berperan, tetapi faktor lingkungan dan gaya hidup juga turut memengaruhi, terutama pola makan. Di antara semua kebiasaan yang bisa diubah, makanan disorot karena hadir setiap hari, berulang, dan sering kali luput disadari dampaknya.

Salah satu pola makan yang populer adalah konsumsi takeaway food atau takeout food (makanan yang dibungkus untuk dibawa pulang). Praktis, lezat, dan agresif dipasarkan, makanan ini menjadi solusi bagi orang yang waktunya terbatas, tidak bisa atau tidak suka memasak, atau jawaban dari tuntutan hidup urban. Bahkan, tanpa disadari makanan takeaway ini sudah bukan pilihan sesekali, tetapi menjadi rutinitas.

Hubungan antara makanan takeaway, inflamasi, dan risiko jantung

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Food Science & Nutrition menyoroti hubungan antara frekuensi konsumsi makanan takeaway, peradangan/inflamasi dalam pola makan, dan risiko kardiometabolik. Para peneliti menggunakan Dietary Inflammatory Index (DII), sebuah alat yang mengukur seberapa besar pola makan seseorang mendorong atau meredam inflamasi di tubuh.

Data diambil dari lebih dari 8.500 partisipan dewasa dalam survei nasional kesehatan Amerika Serikat (NHANES) selama hampir satu dekade. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan takeaway enam kali seminggu atau lebih memiliki skor inflamasi diet yang lebih tinggi dibanding mereka yang hanya mengonsumsinya sekali seminggu atau kurang.

Mengapa inflamasi penting? Inflamasi tingkat rendah yang berlangsung lama terkait dengan penyakit jantung. Ini mendorong pembentukan plak di pembuluh darah, meningkatkan risiko penggumpalan darah, dan mempercepat kerusakan sistem kardiovaskular. Studi sebelumnya bahkan menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu poin DII berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kematian sekitar 8 persen.

Tak hanya itu, konsumsi makanan takeaway yang terlalu sering/banyak juga dikaitkan dengan profil kesehatan yang kurang menguntungkan: kolesterol baik (HDL) lebih rendah, trigliserida lebih tinggi, gula darah puasa meningkat, serta resistansi insulin yang lebih nyata. Menariknya, dampak metabolik ini tampak lebih kuat pada perempuan, menandakan respons biologis yang bisa berbeda antara jenis kelamin.

Apa artinya untuk kesehatan publik dan individu

ilustrasi seorang laki-laki memesan makanan takeaway (pexels.com/Frazao Studio Latino)

Studi ini memang bersifat observasional, sehingga belum bisa memastikan hubungan sebab-akibat. Namun, pola yang muncul cukup konsisten untuk menjadi sinyal peringatan. Makanan takeaway bukan musuh yang harus dihilangkan sepenuhnya, tetapi frekuensi tinggi dan ketergantungan jangka panjang berpotensi membawa konsekuensi kesehatan.

Para peneliti menekankan bahwa solusinya tidak harus menghindarinya. Pendekatan yang lebih realistis mencakup edukasi konsumen, pelabelan nutrisi yang jelas, serta peningkatan akses terhadap pilihan makanan yang lebih sehat dan terjangkau. Mengurangi potensi inflamasi dalam pola makan dapat berdampak luas pada kesehatan populasi.

Pada akhirnya, tubuh tidak bereaksi terhadap satu kali makan, melainkan akumulasi kebiasaan. Makan makanan takeaway sesekali mungkin tidak bermasalah. Namun, saat sudah menjadi kebiasaan, jantung lama-lama akan terbebani. Menjaga kesehatan kardiometabolik juga termasuk kesadaran atas pilihan yang kamu lakukan setiap hari.

Referensi

Huai Wen et al., “Takeaway Food Consumption, Dietary Inflammatory Index, and Cardiometabolic Risk Factors in US Adults: Findings From NHANES (2009–2018),” Food Science & Nutrition 13, no. 12 (December 1, 2025), https://doi.org/10.1002/fsn3.71316.

"What happens to your body when you eat takeaway food too often?" News Medical Life Sciences. Diakses Desember 2025.

Editorial Team