6 Fakta Trigeminal Neuralgia, "Penyakit Bunuh Diri" yang Mengerikan

Sampai saat ini belum ada obatnya, lho.

Trigeminal neuralgia alias "penyakit bunuh diri" sering dianggap sebagai salah satu rasa sakit terburuk yang pernah dialami oleh manusia. Diketahui kalau penderita kondisi langka ini akan mengalami rasa sakit yang luar biasa pada saraf kranial kelima mereka.

Karena tidak ada cara untuk melepaskan diri dari rasa sakit ini, lebih dari 50 persen penderita diyakini melakukan bunuh diri. Namun, para penderita (dan orang terdekat mereka) seringkali dihibur dengan fakta bahwa tidak ada bukti atau statistik substansial untuk mendukung klaim tersebut.

Selain "penyakit bunuh diri," trigeminal neuralgia juga dikenal dengan nama tic douloureux, penyakit Fothergill, prosopalgia, dan neuralgia trifasial. Namun, istilah yang paling umum digunakan oleh penderita dan mereka yang mengobati trigeminal neuralgia adalah "TN." Walau belum dapat disembuhkan, beberapa pilihan perawatan untuk penyakit ini sudah tersedia.

TN bukanlah penyakit yang dikenal oleh khalayak umum, sehingga kalian harus mengetahui tentang fakta-faktanya sebagai upaya pencegahan. Berikut daftarnya.

1. Sejarah panjang "penyakit bunuh diri"

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikanjournal.sciencemuseum.ac.uk

Diskusi tentang rasa sakit di wajah (tortura oris) dapat ditelusuri kembali ke dokter Yunani kuno, Galen dan Aretaeus dari Cappadocia, pada abad pertama dan Avicenna (Ibnu Sina) pada abad ke-11. Bahkan, Hippocrates juga pernah membahas rasa sakit pada wajah ini dalam tulisannya.

Laporan selanjutnya tentang kondisi ini muncul di Somerset, Inggris, pada abad ke-13. Di dalam makam Uskup Button, orang dapat melihat ukiran dinding yang menggambarkan orang yang menderita karena penyakit di wajahnya. Sejarawan berpendapat kalau ini adalah rujukan pada apa yang sekarang kita kenal sebagai trigeminal neuralgia.

Trigeminal neuralgia sendiri menghantam dunia medis arus utama ketika filsuf terkenal John Locke menggambarkannya pada tahun 1677. Beberapa dekade setelahnya, penyakit ini baru mendapatkan istilah medis pertamanya, tic douloureux, dari Nicolas Andre pada 1756.

Tak lama setelah penelitian Andre, John Fothergill menulis deskripsi komprehensif pertama tentang kondisi tersebut, yang ia sebut dengan "Penyakit Fothergill." Melansir dari Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry, Fothergill mengidentifikasinya sebagai sebuah kondisi neurologis ketimbang rasa sakit yang disebabkan oleh gigi, mulut, atau lidah. 

Saat ini, ilmu neurologi modern mengklasifikasikannya sebagai trigeminal neuralgia, referensi untuk neuropati saraf kranial kelima (saraf trigeminal) yang membuat penderitanya mengalami sensasi rasa sakit yang luar biasa di wajahnya.

2. Pemicu trigeminal neuralgia

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikanhealthline.com

Setelah mengetahui sejarah penyakit ini, kalian pasti bertanya-tanya tentang pemicu rasa sakit — yang terasa seperti ditusuk atau tersengat listrik — di wajah penderita TN. Seperti yang telah diketahui, mereka yang menderita kondisi ini melaporkan pemicunya secara beragam.

Sebagaimana dikutip dari laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke, pemicu umum yang dilaporkan adalah tersenyum, menyentuh wajah, menyikat gigi, menyisir rambut, angin, makan dan minum, perubahan suhu, bercukur, merias wajah, makanan tertentu, suara keras, dan berciuman.

Penyakit ini juga bisa muncul sebagai akibat dari peristiwa traumatis. Ini bisa termasuk kecelakaan mobil atau jenis insiden lain yang melibatkan benturan pada wajah. Sampai sekarang, daftar pemicu ini masih terus berlanjut.

Para penderita bahkan sering melaporkan kalau ketakutan akan rasa sakit tersebut dapat membuat mereka menarik diri dari aktivitas sehari-hari. Dalam beberapa kasus langka, rasa sakit yang sedemikian parah membuat para penderitanya "menyerah" dan melakukan bunuh diri, walau hal ini belum terbukti secara statistik.

3. Koneksi dengan sakit gigi

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikanbcpediatricdentistry.com

"Cabut mereka semua!" Seruan ini kemungkinan sering diteriakkan oleh kebanyakan penderita TN sebelum diagnosis yang tepat. Seperti yang ditemukan di makam Uskup Button — di mana kerangkanya terlihat seperti orang yang menderita sakit gigi — pasien TN memang sekilas terlihat seperti orang yang menderita sakit gigi kronis. 

Kebanyakan, tindakan pertama penderita TN (yang belum mendapat diagnosis) adalah menemui dokter gigi untuk mencabut gigi yang terasa sakit. Mereka tidak tahu kalau rasa sakit itu sebenarnya adalah nyeri saraf wajah yang memancar ke ujung saraf di rahangnya. Sejujurnya, banyak pasien TN yang tidak perlu menjalani pencabutan gigi.

Mengutip dari laman National Center for Biotechnology Information, koneksi antara sakit gigi dengan TN memang tidak sepenuhnya salah. Namun seperti yang sudah ditunjukkan oleh penelitian, sakit gigi seringkali bukan menjadi penyebab dari nyeri wajah karena TN.

Trauma gigi yang tidak disengaja atau iatrogenik ditemukan sebagai penyebab hampir 40 persen dari semua kasus trigeminal neuralgia. Namun ketika dikombinasikan dengan persepsi kalau rasa sakitnya berasal sakit gigi, hal tersebut justru dapat memunculkan "fobia gigi" pada pasien TN. Tentunya, mereka bisa saja mencabut semua giginya agar rasa sakit tersebut hilang.

Baca Juga: Harus Waspada! 5 Gangguan Kesehatan Ini Kerap Terjadi Setelah Lebaran

4. Belum bisa disembuhkan

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikandmlawyer.com

Mengingat akan sejarah panjang trigeminal neuralgia, memang mengejutkan kalau pilihan pengobatan yang layak untuk kondisi ini baru ditemukan selama satu abad terakhir. Pengobatan ini sendiri ditemukan setelah TN dikaitkan dengan asal-usul neurologis, di mana dokter dapat mengembangkan intervensi medis secara lebih efektif.

Karena TN adalah kondisi saraf, obat penghilang rasa sakit yang "standar" seperti NSAID dan opioid tidak akan menghilangkan rasa sakitnya. Obat antikonvulsan dan kejang seperti gabapentin dan Trileptal adalah pilihan pertama untuk meredakan nyeri karena TN.

Obat-obatan semacam itu dianggap manjur di sekitar 80 persen pasien TN. Namun, mereka sering melaporkan efek sampingnya dan seringkali harus meningkatkan dosisnya dari waktu ke waktu untuk mempertahankan kemanjuran obat. Oleh karena itu, opsi lain seperti Lamictal dan Baclofen dapat dimasukkan untuk menambah efek antikonvulsan.

Ketika obat mulai tidak berpengaruh (dan seringkali memang tidak), pasien TN memiliki sejumlah opsi untuk melakukan prosedur bedah. Yang paling umum adalah operasi microvascular decompression (MVD). Prosedur ini dikembangkan oleh Walter Dandy pada tahun 1925 dan dengan cepat menjadi prosedur paling populer dari opsi bedah TN.

Seperti dilansir dari Neurosurgical Atlas, MVD adalah operasi otak yang melibatkan pemisahan akar saraf trigeminal dari arteri yang menekan saraf. Prosedur ini seringkali cukup berhasil untuk pasien dengan Tipe 1 TN yang gambar MRInya menunjukkan tekanan saraf sebagai penyebab utamanya.

Untuk pasien dengan Tipe 2 TN atau kondisi lain yang disebut atypical facial pain (AFP), MVD mungkin bukan opsi yang direkomendasikan. Pilihan bedah lainnya seperti rhizotomy, suntikan gliserol, dan kompresi balon lebih dianjurkan untuk tingkatan ini.

5. Penyakit lain yang menyertainya

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikansunshinehospitals.com

Sudah lama diketahui kalau trigeminal neuralgia dapat hidup berdampingan dengan beberapa penyakit lainnya. 

Melansir dari International Journal of MS Care, salah satu penyakit yang sering "bersanding" dengan TN adalah sklerosis ganda. Para ilmuwan sendiri belum menentukan sifat koneksi atau mana yang lebih dulu muncul dari kedua penyakit ini. Namun, perlu dicatat kalau 1-2 persen pasien MS terlebih dahulu memiliki TN sebagai gejala pertamanya.

Selain sklerosis ganda, penyakit lain yang sering menyertai penderita TN adalah migrain dan sakit kepala cluster. Lebih parah lagi, ketiganya (TN, migrain, dan sakit kepala cluster) cenderung "bepergian bersama" dalam satu kelompok, meskipun satu dari mereka tidak dianggap menyebabkan yang lain. 

Beberapa dokter berteori kalau hal ini mungkin karena kedekatan antara migrain dan sakit kepala kluster dengan saraf trigeminal itu sendiri, yang berhubungan dengan kejengkelan, rasa sakit, dan gejala sekunder. Penting juga untuk dicatat kalau efek samping umum dari pengobatan TN adalah sakit kepala.

Terkadang, terapi antikonvulsan TN dapat membantu mencegah migrain dan sakit kepala lainnya, walau seringkali migrain dan sakit kepala harus diobati dengan terapi dan intervensi mereka sendiri. Lewat kompleksitas penyakit ini, tidak mengejutkan kalau kesehatan mental seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi TN. 

Dilaporkan kalau depresi dan tekanan mental juga sering menjadi pendamping setia pasien TN, sehingga para dokter serta pengasuh mereka harus memberikan perhatian dan dukungan mental kepada mereka. 

Tekanan mental yang sering dialami termasuk rasa takut selama proses diagnosis (tidak mengetahui apa yang terjadi pada mereka), mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan rasa sakit kronis, kehilangan kemampuan untuk melakukan hal-hal yang biasanya mereka nikmati, dan kehilangan harapan hidup secara keseluruhan.

6. Mendapatkan pengakuan

6 Fakta Trigeminal Neuralgia, Penyakit Bunuh Diri yang Mengerikanswindonadvertiser.co.uk

Para penderita TN telah berjuang keras dalam waktu yang lama untuk mendapatkan penelitian tingkat lanjut dan peningkatan kesadaran akan penyakit ini. 

Pada tanggal 5 Oktober 2017, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengeluarkan Resolusi Dewan 558 yang mengakui 7 Oktober sebagai Hari Kesadaran Trigeminal Neuralgia Nasional. Hal ini menyatakan komitmen dan dukungan pemerintah Amerika untuk menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit ini.

Jaringan Trigeminal Neuralgia and Me juga mencari pengakuan internasional agar tanggal 7 Oktober diubah menjadi Hari Kesadaran Trigeminal Neuralgia Internasional. Proposal ini sendiri baru diajukan pada 1 Juli 2017 melalui WHO. Selain itu, TN secara bertahap mendapatkan lebih banyak liputan di berbagai berita, acara TV, dan film pendek. 

Ketika kondisi ini menjadi sorotan, para penderita TN akan mengetahui kalau mereka tidak sendirian. Para peneliti dan ilmuwan juga akan semakin didorong untuk mencari obat dan menyembuhkan penyakit ini. Hal ini juga dimaksudkan agar masyarakat umum menjadi lebih sadar akan kondisi TN dan untuk mengurangi kesalahan diagnosis di masa depan.

TN adalah musuh yang penuh teka-teki bagi ilmu-ilmu neurologis. Beberapa perawatan memang berhasil, tetapi hanya untuk beberapa kasus saja. Mengelola rencana perawatan untuk TN adalah pekerjaan penuh waktu. Penelitian sedang dilakukan, jadi semoga saja penyembuhan atau setidaknya perawatan jangka panjang dapat ditemukan secepat mungkin.

Baca Juga: 7 Gangguan Tidur yang Muncul Selama Karantina dan Cara Mencegahnya

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya