Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tahap Sleep Deprivation, Bisa Menyebabkan Halusinasi

ilustrasi  fase depresif (unsplash.com/Nik Shuliahin)
ilustrasi fase depresif (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Sleep deprivation adalah kondisi di mana seseorang mengalami kurang tidur baik itu secara durasi maupun kualitas. Kondisi ini perlu dikhawatirkan jika terjadi secara berkepanjangan karena bisa menyebabkan masalah kesehatan kronis. 

Secara umum, ada lima tahapan sleep deprivation. Tahapan ini biasanya dibagi menjadi 12 jam atau 24 jam. Makin tinggi tahapan sleep deprivation, makin parah juga gejala-gejala yang akan dialami. 

Dilansir Healthline, berikut lima tahapan sleep deprivation yang harus kamu ketahui. 

1. Tahap 1: setelah 24 jam

ilustrasi hidup sendiri (unsplash.com/Jose Pena)
ilustrasi hidup sendiri (unsplash.com/Jose Pena)

Dalam tahap ini, sleep deprivation tidak akan menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan. Akan tetapi, tahap ini akan membuat kamu merasa lelah dan tidak aktif.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kurang tidur 24 jam sama dengan memiliki kondisi konsentrasi alkohol dalam darah 0,10 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari batas untuk mengemudi secara legal. 

Beberapa gejala yang dapat ditimbulkan termasuk:

  • Merasa kantuk.
  • Mudah marah Meningkatkan risiko stres.
  • Kewaspadaan menurun.
  • Konsentrasi terganggu.
  • Koordinasi berkurang.

2. Tahap 2: setelah 36 jam

ilustrasi mata merah (commons.wikimedia.org/WaltFletcher)
ilustrasi mata merah (commons.wikimedia.org/WaltFletcher)

Saat kamu tidak tidur selama 36 jam, gejala yang akan dialami menjadi lebih intens. Kamu akan memiliki keinginan yang kuat untuk tidur. Kamu mungkin mengalami periode tidur singkat tanpa disadari atau yang disebut dengan microsleep

Tahap ini akan merusak fungsi kognitif kamu, dan menyebabkan gejala seperti:

  • Memori terganggu
  • Kesulitan mempelajari informasi baru.
  • Pengambilan keputusan.
  • Kesulitan memproses isyarat sosial.
  • Perubahan perilaku.

Kamu juga lebih mungkin mengalami efek fisik seperti:

  • Nafsu makan meningkat.
  • Peningkatan peradangan.
  • Gangguan fungsi kekebalan tubuh.
  • Kelelahan ekstrem.

3. Tahap 3: setelah 48 jam

ilustrasi kebiasaan buruk saat pandemik (unsplash.com/Vladislav Muslakov)
ilustrasi kebiasaan buruk saat pandemik (unsplash.com/Vladislav Muslakov)

Tidak tidur selama 48 jam dinilai sebagai kurang tidur yang ekstrem. Pada titik ini, kamu akan lebih sulit untuk tetap terjaga. Kamu juga akan lebih mungkin mengalami microsleep. Selain itu, kamu juga bisa mengalami halusinasi dan merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada. 

Beberapa efek lain yang mungkin terjadi adalah:

  • Depersonalisasi.
  • Kecemasan.
  • Tingkat stres yang meningkat.
  • Iritabilitas yang meningkat.
  • Kelelahan ekstrem.

4. Tahap 4: setelah 72 jam

ilustrasi rasa ingin bunuh diri (unsplash.com/Ephraim Mayrena)
ilustrasi rasa ingin bunuh diri (unsplash.com/Ephraim Mayrena)

Setelah tidak tidur selama 72 jam atau tiga hari, gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya akan makin parah. Kamu akan mengalami microsleep lebih sering dan lebih lama. 

Menurut laporan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry, orang yang tidak tidur selama tiga hari bisa mengalami halusinasi kompleks. Efek lain dari tahap ini bisa meliputi pemikiran yang tidak teratur dan depersonalisasi

5. Tahap 5: setelah 96 jam atau lebih

ilustrasi penderita gangguan bipolar (unsplash.com/Irene Giunta)
ilustrasi penderita gangguan bipolar (unsplash.com/Irene Giunta)

Setelah empat hari, persepsi kamu terhadap realita akan sangat terganggu. Dorongan untuk tidur akan terasa tidak tertahankan. Menurut studi dalam jurnal Frontiers of Psychiatry, makin lama seseorang tidak tidur, makin banyak sistem psikotik yang akan muncul. 

Kondisi tidak bisa menafsirkan kenyataan karena kurang tidur disebut juga dengan sleep deprivation psychosis. Kondisi ini bisa berkisar dari mispersepsi visual sederhana hingga halusinasi kompleks. 

Demikianlah lima tahapan sleep deprivation yang tidak boleh diremehkan. Kekurangan tidur yang berlanjut bisa mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Makin lama seseorang terjaga, maka ia akan mengalami masalah fungsi kognitif dan persepsi terhadap kenyataan. Jadi, mulai sekarang cukupi kebutuhan tidurmu, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Rifki Wuda
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us