Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan mengalami gatal-gatal di kulit bahunya.
ilustrasi kulit gatal (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Necrobiosis lipoidica: Bercak cokelat kemerahan di tulang kering, tumbuh menjadi plak kuning, kemerahan, atau keunguan.

  • Akantosis nigrikans: Lipatan tubuh tampak lebih gelap dan bertekstur seperti beludru, sering ditemukan pada orang dengan obesitas.

  • Digital sclerosis: Kulit di punggung tangan, jari kaki, atau dahi menjadi lebih kaku, tebal, dan tampak seperti lilin.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika mendengar kata diabetes, pikiran biasanya langsung tertuju pada kadar gula darah, penggunaan insulin, atau upaya menurunkan berat badan. Jarang sekali kulit masuk dalam daftar hal yang perlu diperhatikan.

Padahal, kenyataannya orang dengan diabetes memiliki risiko tinggi mengalami berbagai masalah kulit. Ada yang cuma masalah estetika, ada pula yang lebih serius. Bahkan, pada sebagian orang, ruam kulit atau keluhan lain justru menjadi tanda pertama munculnya diabetes.

Itu sebabnya, baik memiliki diabetes maupun tidak, penting untuk selalu peka terhadap perubahan pada kulit. Jika muncul sesuatu yang terasa janggal, seperti kulit kering dan gatal, bercak kemerahan, permukaan kulit yang tampak mengilap, atau bahkan lepuhan, segera konsultasikan dengan dokter. Kondisi kulit yang tampak sepele bisa saja menjadi sinyal awal bahwa kadar gula darah sedang tinggi.

Terus baca, ya, untuk tahu apa saja tanda-tanda diabetes pada kulit, sehingga kamu jadi lebih waspada.

1. Necrobiosis lipoidica

Foto lesi necrobiosis lipoidica pada kaki pasien diabetes. (commons.wikimedia.org/Warfieldian)

Saat kondisi ini mulai muncul, biasanya terlihat satu atau beberapa bercak berwarna cokelat kemerahan di tulang kering kalau warna kulit kamu terang. Pada kulit yang lebih gelap, bercak cenderung tampak keunguan. Bercak ini tidak menimbulkan rasa gatal maupun nyeri. Nama medis untuk kondisi ini adalah necrobiosis lipoidica.

Seiring waktu, bercak tersebut tumbuh perlahan menjadi satu atau lebih plak dengan warna kuning, kemerahan, cokelat, atau keunguan. Di bagian tengah, kulit bisa tampak mengilap dan menipis, terlihat pembuluh darah, atau keduanya.

2. Akantosis nigrikans

Akantosis nigrikans di ketiak. (wikipedia.org/www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431057/Mark F. Brady; Prashanth Rawla)

Ada kondisi kulit yang membuat lipatan tubuh, seperti di leher, ketiak, atau selangkangan, tampak lebih gelap dan bertekstur seperti beludru. Kadang bercak serupa juga muncul di tangan, siku, atau lutut.

Kondisi ini dikenal sebagai akantosis nigrikans. Kehadirannya sering menjadi tanda adanya resistansi insulin, yang bisa mengarah pada prediabetes atau diabetes tipe 2. Akantosis nigrikans juga lebih sering ditemukan pada orang dengan obesitas.

3. Digital sclerosis

Sebagian orang dengan diabetes dapat mengalami kondisi yang disebut digital sclerosis. Tandanya cukup khas, yaitu kulit di punggung tangan, jari kaki, atau bahkan dahi menjadi lebih kaku, tebal, dan tampak seperti lilin.

Istilah “digital” merujuk pada jari tangan dan jari kaki, sementara “sclerosis” berarti pengerasan. Tidak hanya kulit yang berubah, sendi jari pun bisa ikut terasa kaku sehingga gerakan menjadi terbatas.

4. Bullosis diabeticorum (lepuh diabetes)

Lepuh bullosis diabeticorum. (dermnetnz.org)

Kondisi ini tampak mirip dengan lepuhan akibat luka bakar. Biasanya muncul di bagian bawah kaki dan tungkai, kadang juga di lengan atau tangan. Sekilas terlihat menakutkan, tetapi sebenarnya lepuhan ini tidak sakit dan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya.

Hingga kini, penyebab pasti belum diketahui. Namun, risiko munculnya lepuh diabetes lebih tinggi pada orang yang kadar gula darahnya tetap tinggi dalam jangka waktu lama.

5. Ulkus diabetikum

Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dampaknya bisa sangat serius. Aliran darah menjadi tidak lancar dan saraf perlahan rusak. Pada orang yang mengalami diabetes tak terkontrol, kondisi ini sering muncul dalam bentuk luka terbuka atau borok (ulkus) yang sulit sembuh.

Gangguan sirkulasi dan kerusakan saraf membuat tubuh kesulitan memperbaiki jaringan yang terluka. Bagian yang paling rentan adalah kaki, di mana luka kecil bisa berkembang menjadi borok yang dikenal sebagai ulkus diabetikum.

6. Shin spot

Shin spots atau diabetic dermopathy. (dermnetnz.org)

Shin spot cukup sering dialami oleh orang dengan diabetes. Istilah medisnya adalah dermopati diabetik, atau kadang dikenal sebagai spotted leg syndrome.

Awalnya, bercak berbentuk bulat atau oval muncul di area tulang kering. Warnanya bisa cokelat atau cokelat kemerahan. Pada tahap awal, permukaannya terasa agak bersisik. Seiring waktu, bercak tersebut menjadi lebih rata dan kadang meninggalkan lekukan kecil di kulit.

Karena warnanya cenderung cokelat dan tidak menimbulkan gejala seperti gatal atau nyeri, banyak orang mengira bercak ini hanyalah flek penuaan. Padahal, ini bisa menjadi salah satu tanda khas diabetes di kulit.

7. Eruptive xanthomatosis

Eruptive xanthomatosis. (dermnetnz.org)

Ketika diabetes tidak terkontrol, kadar trigliserida, sejenis lemak yang beredar dalam darah, bisa melonjak sangat tinggi. Kondisi ini dapat memicu munculnya masalah kulit yang disebut eruptive xanthomatosis.

Bintil-bintil ini sering kali muncul tiba-tiba, terutama pada orang yang belum sadar dirinya mengidap diabetes atau yang kadar gulanya tidak terjaga. Biasanya terasa nyeri saat disentuh dan menimbulkan rasa gatal, sehingga mudah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pada kulit terang, bintil akan berubah warna menjadi kekuningan. Sementara pada kulit gelap, warnanya cenderung keabu-abuan dengan semburat kuning di bawah permukaan. Lokasinya beragam. Bisa di bokong, paha, lipatan siku, atau lutut, walaupun bisa muncul di bagian tubuh mana saja.

Ketika kadar gula darah kembali terkontrol, bintil-bintil ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya.

8. Granuloma annulare

Granuloma annulare di tangan. (commons.wikimedia.org/Bemoeial~commonswiki)

Apakah kondisi kulit ini berkaitan dengan diabetes masih menjadi perdebatan, karena sebagian besar orang dengan granuloma annulare ternyata tidak memiliki diabetes.

Namun, sejumlah penelitian menemukan kaitan antara keduanya. Dalam satu studi, orang dengan diabetes lebih sering mengalami granuloma annulare yang menyebar di area kulit luas, dengan bintil yang muncul dan hilang begitu saja. Studi lain menyimpulkan bahwa siapa pun yang mengalami granuloma annulare berulang sebaiknya menjalani pemeriksaan diabetes.

Kondisi kulit ini ditandai dengan munculnya bintil dan bercak yang bisa berwarna menyerupai kulit, merah, merah muda, atau bahkan kebiruan keunguan.

9. Xanthelasma

Xanthelasma di area mata. (commons.wikimedia.org/Klaus D. Peter, Wiehl, Germany)

Ketika kadar lemak dalam darah, khususnya trigliserida, sangat tinggi akibat diabetes yang tidak terkontrol, tubuh kadang memberi tanda lewat kulit. Salah satunya adalah munculnya xanthelasma, bercak atau bintil berwarna kuning di sekitar kelopak mata.

Warna kuning hingga kuning-oranye ini tampak jelas, baik pada kulit terang maupun gelap. Biasanya bercak muncul di area yang sama pada kedua kelopak mata, sehingga terlihat simetris. Teksturnya bisa terasa lembut, kadang agak keras, tetapi jarang menimbulkan rasa sakit.

10. Skin tag (acrochordon)

Skin tag, salah satu bentuk pertumbuhan kulit yang jinak. (commons.wikimedia.org/Jmarchn)

Banyak orang memiliki skin tag, yaitu pertumbuhan kecil di kulit yang sebenarnya tidak berbahaya. Bentuknya bisa menempel erat pada permukaan kulit, atau menggantung seperti bertangkai. Istilah medis pertumbuhan ini adalah acrochordons.

Skin tag bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tetapi paling sering terlihat di kelopak mata, leher, ketiak, dan selangkangan.

Meski tidak menimbulkan rasa sakit atau gangguan berarti, tetapi jumlah skin tag yang banyak dapat menandakan adanya diabetes tipe 2.

11. Vitiligo

ilustrasi vitiligo (pexels.com/Ron Lach)

Vitiligo adalah kondisi kulit ketika sel-sel yang memproduksi melanin, pigmen cokelat yang memberi warna pada kulit, rusak atau hancur. Akibatnya, muncul bercak-bercak tidak merata, sering terlihat di tangan, wajah, atau dada.

Para ahli meyakini vitiligo terjadi karena gangguan autoimun, dan sering kali berkaitan dengan kondisi autoimun lain, termasuk diabetes tipe 1.

12. Lichen planus

Lichen planus di rongga mulut. (commons.wikimedia.org/Ian Furst)

Lichen planus adalah gangguan peradangan yang menyerang kulit dan selaput lendir. Kondisi ini ditandai dengan munculnya bintil kecil berwarna kemerahan atau keunguan, berbentuk segi banyak, dan terasa gatal. Biasanya, bintil ini muncul di pergelangan tangan atau pergelangan kaki, tetapi bisa juga muncul di punggung, dada, atau paha.

Menurut sejumlah penelitian, lichen planus berkaitan dengan gangguan toleransi glukosa, yaitu kondisi ketika tubuh tidak memproses gula darah dengan baik. Sekitar satu dari empat penderita lichen planus juga memiliki diabetes melitus.

Meski hubungan antara keduanya masih diperdebatkan, tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa orang dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami lichen planus di rongga mulut (oral lichen planus).

13. Acquired perforating dermatosis

Perforating dermatosis adalah kelompok penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kerusakan jaringan ikat di lapisan dalam kulit (dermis). Salah satu jenisnya yang disebut acquired perforating dermatosis (APD) biasanya muncul bersamaan dengan penyakit sistemik, yaitu penyakit yang memengaruhi seluruh tubuh, bukan hanya kulit.

Meskipun APD bisa terjadi pada berbagai penyakit, tetapi kondisi ini paling sering ditemukan pada orang dengan gagal ginjal kronis atau diabetes yang sudah berlangsung lama. APD umumnya muncul pada orang dewasa berusia antara 30 hingga 90 tahun.

Diperkirakan sekitar 15 persen pasien APD juga mengidap diabetes melitus, dan sekitar 4,5 hingga 10 persen pasien gagal ginjal kronis mengalami APD secara bersamaan.

14. Masalah kulit lainnya

Selain tanda dan gejala diabetes yang dipaparkan di atas, pasien diabetes juga bisa mengalami masalah kulit lain yang perlu diwaspadai, seperti:

  • Reaksi alergi: Pasien diabetes menunjukkan reaksi alergi terhadap obat diabetes oral atau suntikan insulin. Pasien mungkin mengalami biduran (urtikaria) di tempat suntikan atau di daerah tubuh lain. Hubungi layanan kesehatan secepatnya jika pasien diabetes mengalami reaksi alergi.

  • Infeksi bakteri: Diabetes meningkatkan risiko infeksi bakteri pada kulit. Pasien mungkin mengalami infeksi bakteri di kelenjar kelopak mata (timbil) atau jauh di bawah kulit (karbunkel). Kulit yang terinfeksi mungkin bengkak, panas, merah dan nyeri. Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi.

  • Kulit kering dan gatal: Gula darah tinggi dan kondisi kulit tertentu dapat menyebabkan kulit kering dan gatal. Jika pasien diabetes memiliki sirkulasi darah yang buruk, kaki bagian bawah mungkin yang terasa paling gatal. Penggunaan pelembap dapat membantu.

  • Infeksi jamur: Jamur Candida albicans menyebabkan sebagian besar infeksi jamur pada pasien diabetes, terlihat pada tubuh seperti area lembap dengan bercak lepuh kecil kemerahan atau bersisik yang gatal. Infeksi jamur biasanya memengaruhi lipatan kulit seperti bawah payudara, sela-sela jari tangan dan kaki, dasar kuku, ketiak, dan selangkangan. Infeksi jamur yang umum termasuk selangkangan gatal (tinea cruris), kutu air, dan kurap. Obat antijamur dapat membantu.

Gejala diabetes lainnya

Kamu juga perlu mengetahui gejala umum diabetes. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, ini bisa termasuk:

  • Peningkatan rasa haus dan buang air kecil.
  • Peningkatan rasa lapar.
  • Kelelahan.
  • Penglihatan kabur.
  • Mati rasa atau kesemutan di kaki atau tangan.
  • Luka yang tidak kunjung sembuh.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Gejala diabetes tipe 1 bisa muncul dengan cepat, dalam hitungan minggu. Gejala diabetes tipe 2 sering kali berkembang secara perlahan—selama beberapa tahun—dan bisa sangat ringan sehingga kamu mungkin tidak menyadarinya.

Banyak orang dengan diabetes tipe 2 tidak menunjukkan gejala. Beberapa orang tidak mengetahui mereka memiliki penyakit ini sampai mereka mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan diabetes, seperti penglihatan kabur atau gangguan jantung.

Mencegah masalah kulit akibat diabetes

ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Cara terbaik untuk mencegah masalah kulit terkait diabetes adalah mengontrol kadar gula darah dengan baik. Jika sudah terjadi, perawatan kulit yang tepat bisa meredakan atau mengatasinya. Agar masalah kulit tak datang lagi, pasien diabetes dapat melakukan:

  • Periksa kulit setiap hari untuk melihat gejala ruam, kemerahan, infeksi, atau luka.

  • Gunakan air hangat dan sabun moisturizer saat mandi. Jangan berendam dalam bak mandi karena bisa bikin kulit kering.

  • Keringkan kulit dengan handuk dengan lembut, jangan menggosoknya. Jangan lupa keringkan sela-sela jari tangan, jari kaki, dan lipatan kulit.

  • Oleskan moisturizer tanpa pewangi setelah mandi saat kulit masih lembap. Carilah krim dan salep (bukan losion) dengan kandungan ceramide agar kulit tetap lembap.

  • Oleskan krim yang mengandung 10–25 persen urea pada tumit yang pecah-pecah dan kering sebelum tidur.

  • Cegah dehidrasi dan jaga agar kulit tetap terhidrasi dengan minum banyak air.

  • Jika terluka, segera cuci dengan sabun dan air. Gunakan salep antibiotik bila diinstruksikan oleh dokter. Perban luka dan rutin menggantinya setiap hari. Segera hubungi dokter jika terlihat tanda-tanda kemerahan, nyeri, nanah, atau infeksi.

  • Gunakan air humidifier untuk menambah kelembapan udara di rumah.

Referensi

"Diabetes." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses November 2025.

"Diabetes and Your Skin." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2025.

"Diabetes: 10 warning signs that can appear on your skin." American Academy of Dermatology Association. Diakses November 2025.

"Diabetes-Related Skin Problems You Should Know About." Everyday Health. Diakses November 2025.

"Diabetic Skin Conditions." Advanced Dermatology & Skin Care Center. Diakses November 2025.

"Skin problems associated with diabetes mellitus." DermNet. Diakses November 2025.

Elise Edwards and Gil Yosipovitch, “Skin Manifestations of Diabetes Mellitus,” Endotext - NCBI Bookshelf, March 21, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK481900/.

Editorial Team