Mengenal Staphylococcus aureus, Bakteri Penyebab Keracunan Makanan

Bakteri berbahaya ini ternyata ada di sekitar kita

Kamu pasti pernah melihat berita keracunan makanan yang terjadi pada siswa SD atau mungkin di acara-acara besar, kan? Mungkin kamu bertanya-tanya, kok bisa, sih?

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keracunan makanan adalah sebuah kondisi ketika seseorang merasa sakit setelah mengonsumsi makanan yang tercemar oleh bakteri, virus, parasit, atau bahan toksik lainnya. Beberapa kasus yang mungkin sering kamu dengar, contohnya, keracunan makanan oleh bakteri Escherichia coli dan Salmonella.

Namun, selain dua bakteri itu, masih banyak bakteri lain yang juga berpotensi mencemari makanan. Salah satunya adalah Staphylococcus aureus, bakteri yang sebenarnya berada sangat dekat dengan kita, yaitu di kulit manusia. Bagaimana gejala keracunan dari bakteri ini hingga cara pencegahannya? Simak penjelasan lengkapnya, ya!

1. Mengenal karakteristik Staphylococcus aureus

Mengenal Staphylococcus aureus, Bakteri Penyebab Keracunan MakananBakteri Staphylococcus aureus (phil.cdc.gov/Janice Haney Carr)

Menurut Osman Erkmen dalam buku Microbiological Analysis of Foods and Food Processing Environments, Staphylococcus aureus atau S. aureus adalah bakteri gram positif yang berbentuk bulat berkelompok menyerupai anggur. Penampakannya persis seperti gambar di atas.

Bakteri ini sebenarnya berhabitat alami di hidung, tenggorokan, rambut, kulit dan membran mukosa dari orang-orang yang sehat. Hanya saja, pada orang yang sehat, jumlah bakteri ini masih berada dalam batas normal. Staphylococcus aureus akan menimbulkan penyakit infeksi jika daya tahan tubuh seseorang melemah atau jumlahnya menjadi berlebihan.

Selain itu, dilansir publikasi Kajian Kontaminasi Staphylococcus aureus pada Pangan, bakteri ini juga sering ditemukan pada makanan dengan kandungan protein tinggi. Contohnya telur, daging, atau unggas.

2. Cara Staphylococcus aureus mencemari makanan

Mengenal Staphylococcus aureus, Bakteri Penyebab Keracunan MakananIlustrasi pengolahan makanan (pexels.com/Leonardo Luz)

Osman Erkmen menyampaikan dalam bukunya bahwa kontaminasi S. aureus biasanya dibawa dari orang yang menyiapkan makanan tersebut. Bakteri ini dapat masuk ke makanan melalui kontak dari orang yang menangani makanan itu, terutama orang yang telah terinfeksi S. aureus.

S. aureus yang telah mencemari makanan akan berkembang biak dan mengeluarkan enterotoksin yang membahayakan jika dikonsumsi. Makanan yang telah tercemar enterotoksin dari S. aureus inilah yang menjadi penyebab terjadinya kasus keracunan makanan.

Dilansir prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19, toksin dari S. aureus ini bersifat tahan panas dan dapat bertahan di suhu dingin. Itu artinya, zat tersebut tidak akan hilang dengan memanaskan kembali makanan ataupun menyimpan makanan dalam suhu dingin.

Baca Juga: Infeksi Bakteri dan Virus, Apa Perbedaannya?

3. Gejala keracunan makanan akibat Staphylococcus aureus

Mengenal Staphylococcus aureus, Bakteri Penyebab Keracunan MakananIlustrasi sakit perut (pexels.com/

Dalam bukunya, Osman Erkmen juga menyatakan bahwa S. aureus akan menghasilkan enterotoksin jika jumlahnya berada di atas 10^4 per gram makanan. Menelan enterotoksin dalam jumlah 100 nanogram bersama dengan makanan sudah cukup untuk membuat orang yang mengonsumsinya mengalami gejala keracunan makanan.

Gejala keracunan biasanya akan muncul 2 hingga 8 jam setelah seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi S. aureus. Efek yang dirasakan biasanya berupa mual, muntah, kram perut, diare, berkeringat, pusing, dan dehidrasi. Biasanya gejala ini akan berlangsung selama 2 hari.

4. Cara mencegah makanan tercemar Staphylococcus aureus

Mengenal Staphylococcus aureus, Bakteri Penyebab Keracunan MakananIlustrasi pengolahan pangan yang baik (pexels.com/Mark Stebnicki)

Sekalipun enterotoksin S. aureus sangat sulit untuk dihilangkan karena sifatnya yang tahan suhu panas maupun dingin, namun, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan agar makanan tidak terkontaminasi. Berikut ini di antaranya:

  1. Menerapkan kebersihan diri yang baik setiap mengolah makanan.
  2. Selalu mencuci tangan sebelum mengolah makanan, setelah menggunakan kamar mandi, ataupun setelah kontak dengan bahan mentah.
  3. Mencuci peralatan dan permukaan dapur dengan bersih terutama setelah kontak dengan bahan mentah agar tidak terjadi kontaminasi silang.
  4. Menyimpan produk segar seperti daging sapi ataupun unggas di dalam lemari es di bawah suhu 5 derajat Celsius.
  5. Memisahkan penyimpanan untuk bahan segar dengan produk siap konsumsi agar tidak terjadi kontaminasi silang.
  6. Memasak makanan dengan benar yaitu di atas suhu 60 derajat Celsius, karena tidak seperti toksinnya, bakteri S. aureus tidak tahan terhadap suhu panas.
  7. Oorang yang terinfeksi S. aureus sebaiknya tidak terlibat dalam memproses, memasak, hingga menyajikan makanan.

Selain itu, pemerintah juga sudah ikut terlibat dalam pencegahan kasus keracunan makanan. Melalui regulasi BPOM hingga SNI, pemerintah telah memberikan aturan tertulis mengenai batas cemaran mikroba pada berbagai pangan olahan seperti susu, telur, daging, unggas dan lainnya.

Kasus keracunan makanan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Namun, kita juga dapat mencegahnya dengan menerapkan sanitasi dan praktik higiene yang baik dalam mengolah makanan. Dengan begitu kita juga telah melindungi bukan hanya diri sendiri, tapi juga orang lain dari potensi terjadinya keracunan makanan. Gimana, kamu jadi semakin tahu tentang pentingnya menjaga kebersihan, bukan?

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Infeksi Salmonella, Bakteri yang Ada dalam Makanan

Victoria Putri Photo Verified Writer Victoria Putri

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya